3
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Setelah melaksanakan shalat subuh Sarah bergegas mencuci baju, menyapu dan mengepel lantai. Setelah itu dia langsung menyibukkan dirinya di dapur untuk menyiapkan sarapan untuk Kakaknya.
"Bang sarapan udah jadi. Cepet makan kalau udah dingin nggak enak!" seru Sarah pada Ari yang sedang asik mencuci motor kesayangannya.
"Iya dek. Nanti Abang makan," sahut Ari.
Kewajiban Sarah di pagi hari sudah selesai semua. Sekarang sudah saatnya untuk bersiap-siap pergi menonton konser bersama Petang.
Meskipun tadi sebelum shalat subuh dia sudah mandi, dia memilih untuk mandi kembali saat dia mencium bau kecut yang menguar dari ketiaknya. Sarah mandi sambil menyanyikan lagu CNBLUE yang berjudul Can't Stop. Itu lagu favoritnya dari jaman dia masih menggunakan seragam putih abu. Dan sampai sekarang lagu itu masih dia hafal dengan baik. Tidak terlupakan meskipun sudah lima tahun berlalu.
"Sarah jangan nyanyi di kamar mandi!"
Sarah langsung menutup mulutnya. Sepertinya dia bernyanyi terlalu kencang sampai kedengaran oleh Kakaknya. Ini pasti karena sudah tidak sabar ingin segera melihat konser CNBLUE secara live.
Sarah benar-benar tidak menyangka kalau Petang akan membelikan tiket konser CNBLUE kelas VIP free standing yang harga per tiketnya tiga juta dua ratus ribu rupiah. Itulah kejutan yang kemarin Petang tunjukkan padanya. Sebuah kejutan yang berhasil membuat Sarah sangat terkejut. Bahkan nyaris menangis.
Bagaimana tidak hampir menangis? Dia benar-benar tidak menyangka kalau dia akan mendapatkan tiket vip free standing secara gratis. Petang benar-benar baik walaupun kadang nyebelin.
"Sarah udah siap belum?!"
Sarah tersenyum lebar saat mendengar suara Petang dari balik pintu kamarnya yang tertutup.
"Siap," Untuk terakhir kalinya Sarah kembali bercermin. Memperhatikan penampilannya yang hari ini lumayan cantik karena dia memakai bedak super tebal hingga jerawat yang menghiasi wajahnya sedikit tersamarkan. Untuk pakaiannya sendiri, dia memilih memakai blouse lengan panjang berwarna biru muda yang dipadukan dengan jeans berwarna navy, tak lupa dia pun menutup kepalanya dengan pashmina berwarna biru muda, serasi dengan warna blousenya. Dan yang terakhir agar dia dapat bergerak dengan lincah saat konser, dia memilih untuk menggunakan sepatu Adidas berwarna putih.
"Ayo Tang gue siap!" ucap Sarah semangat sambil menyampirkan tas selempangnya di bahu.
"Bawa jaket. Kita pasti sampe malem banget disana."
"Oh iya," Sarah kembali masuk ke dalam kamarnya. Mengambil jaket jeans warna biru muda dari lemari gantung. Jaket kesayangannya, hadiah dari Petang saat ulang tahunnya yang ke dua puluh.
Setelah memastikan kalau tidak ada yang tertinggal keduanya langsung pamit pada Ari.
"Titip adek gue. Jangan sampe lecet!"
Petang mengangguk, "Siap. Dia nggak akan gue biarin lecet sedikitpun."
"Gue percaya sama lo."
"Ih lama banget sih!" Sarah yang sudah duduk manis di dalam mobil berseru tak sabaran.
"Pergi yah, Bang. Adek lo udah nggak sabar banget mau ketemu sama si Yonghwa padahalkan gantengan gue kemana-mana daripada si Yonghwa," gerutu Petang sambil melirik ke arah Sarah yang sudah terlihat sangat tidak sabaran, "Assalamualaikum," pamitnya.
"Waalaikumsalam," jawab Ari.
Setelah mobil yang dikendarai oleh Petang tak lagi terlihat oleh matanya, Ari menghela napas panjang. Seharusnya Sarah tidak terlalu dekat dengan Petang sebab mereka bukan mahram. Dia sudah meminta Sarah untuk mulai menjaga jarak dengan Petang, namun Sarah menolak dengan tegas. Oleh karena itu akhirnya beberapa hari yang lalu dia meminta Petang lah yang harus mulai menjaga jarak dengan Sarah. Awalnya sama dengan Sarah. Petang tidak terima saat disuruh menjauh dari Sarah.
"Ya Allah Bang. Gue kan sama Sarah cuma temenan aja. Masa nggak boleh? Sumpah gue nggak pernah ngelakuin hal-hal aneh sama Sarah. Persahabatan gue sama Sarah sehat seratus persen," itulah yang Petang katakan saat itu.
"Iya gue tahu. Lo sama Sarah nggak mungkin ngelakuin hal-hal aneh di belakang gue. Tapi tetep aja lo sama Sarah nggak boleh keseringan berduaan apalagi di kamar. Gimana kalau tiba-tiba ada setan lewat?"
Petang langsung tertawa, "Bang gue tulus sayang sama Sarah. Dan gue nggak akan mungkin ngerusak apa yang gue sayang."
"Kalau setannya ternyata yang lewat udah senior terus saat itu iman lo sama Sarah lagi di bawah rata-rata. Apa lo kira lo bisa lolos dari godaan si setan senior itu?"
Petang langsung tertawa ngakak, "Ada-ada aja lo mah Bang."
"Bukan ada-ada aja. Emang beneran ada. Setan itu musuh nyata manusia. Mungkin saat ini lo liat Sarah biasa aja tapi disaat setan udah datang buat ngegoda lo gue jamin di mata lo Sarah bakal kelihatan beda. Pokoknya gue minta sama lo jauhin Sarah!"
"Tapi Bang..."
"Rasullullah Shalallahu alaihi wassalam bersabda, Sungguh tidaklah seorang laki-laki bersepi-sepi (berduaan) dengan seorang wanita, kecuali yang ketiga dari keduanya adalah setan," ucap Ari memotong perkataan Petang yang sepertinya hendak kembali mendebatnya.
Kalau sudah diserang dengan hadis tentu Petang tidak bisa melawan. Dia takut kena azab Allah kalau sampai berani mendebat hadis yang sudah terjamin kebenarannya.
"Apa yang gue minta ke lo buat kebaikan lo sama Sarah. Coba lo tanya sama hati lo sendiri. Bener apa nggak cara lo bergaul sama Sarah?"
Petang terdiam cukup lama. Mengingat-ingat kembali kebersamaannya dengan Sarah. Dia suka ngobrol berdua dengan Sarah baik itu di kamar, di taman belakang rumah Sarah, di ruang tamu atau di tempat umum. Dia juga sering memegang tangan Sarah baik secara sengaja atau reflek, bahkan kadang-kadang dia pun masih sering memeluk Sarah sebagai ungkapan rindu dan sayang seorang sahabat dan tentu kalau dilihat dari sisi agama apa yang dilakukannya selama ini dengan Sarah adalah sebuah kesalahan fatal.
"Gimana?" tanya Ari kepada Petang yang tak kunjung memberi jawaban.
"Gue nggak bisa jauh-jauh dari Sarah Bang."
"Ya udah kalau lo nggak bisa jauh-jauh dari Sarah satu-satunya cara yaitu lo harus nikahin Sarah."
Mata Petang langsung membulat sempurna, "Lo mau ngejodohin gue sama Sarah, Bang?"
"Kalau emang lo niat serius kenapa nggak?"
Petang langsung menggeleng, "Nggak Bang. Gue pure nganggap Sarah cuma sahabat."
"Kan sekarang banyak yang awalnya sahabatan akhirnya jadi nikahan."
"Nggak. Gue sama Sarah nggak akan kaya gitu. Sarah bukan tipe calon istri gue."
"Tapi lo termasuk tipe calon suami yang Sarah cari," ucap Ari apa adanya.
"So..sori Bang. Gue bener-bener cuma nganggap Sarah sahabat nggak lebih," ucap Petang merasa tidak enak.
"Ya udah santai aja. Gue juga nggak mungkin kan maksa lo buat mau nikah sama Sarah. Gue cuma minta sama lo buat jaga Sarah. Dan cara terbaik buat ngejaga Sarah adalah lo harus mulai ngejauhin Sarah."
Petang menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya secara kasar, "Nggak ada cara lain, Bang?"
Ari menggeleng, "Nggak ada. Islam udah ngatur semuanya dengan sedemikian rupa. Kalau lo mau ngobrol sama Sarah yah mau nggak mau harus pas ada gue atau Mama di rumah. Kalau lo mau ngajak Sarah jalan berarti lo juga harus ngajak gue atau Mama jalan bareng lo berdua."
"Gila. Sampe segitunya Bang?"
Ari mengangguk.
"Kok dulu nggak gitu, Bang?"
"Karena dulu gue nggak tahu. Sekarang gue udah tahu jadi gue mau ngejaga adik gue dengan sebaik-baiknya," terang Ari, "Jadi gimana? Lo bisa kan janji sama gue buat jauhin Sarah."
"Kok pake janji segala, Bang?"
"Biar nggak dilanggar. Lo kan paling anti ngelanggar janji."
Akhirnya Petang pun berjanji kalau dia akan mulai menjauhi Sarah.
"Tapi kasih gue waktu yah Bang. Gue nggak bisa langsung ngejauhin Sarah detik ini juga."
Ari mengangguk, "Jangan kelamaan. Seminggu cukup kan?"
"Lebih bisa nggak, Bang?"
"Nggak bisa ditawar. Emang lo kira gue lagi jualan!"
Petang menghela napas, "Oke. InsyaAllah dalam waktu seminggu gue bakal jauhin Sarah."
🍒🍒🍒
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top