Prolog
Jilatan api neraka melumat ribuan jiwa setiap harinya. Bahkan tidak pernah berubah sejak awalnya penciptaan. Jeritan melengking bersahut-sahutan dari para jiwa yang mengalami penghukuman akhir, menjadi musik paling merdu seantero neraka. Begitulah menurut para iblis.
Di sisi lain neraka, sosok iblis tingkat atas berdiri tegak menatap kolam lahar di bawahnya. Kolam panas berisikan jiwa manusia yang meleleh menjadi belulang. Iblis itu terlihat begitu gagah. Tubuh yang berotot kekar dan berbulu halus dengan dua pasang tanduk melingkar di kepalanya, menggambarkan seperti seorang pejuang dalam perang. Cocok dengan jabatan yang ia sandang sekarang, Palima Besar.
Iblis yang lain, yang terlihat jauh lebih kurus darinya dengan satu tanduk mencuat kedepan, datang dan mendekat. "Yang Mulia, sampai kapan kita harus menunggu. Setiap kami memandang Raja Iblis, rasa muak terus memenuhi hati kami."
Iblis perkasa memalingkan wajahnya dari jiwa manusia yang tenggelam dalam magma panas, berjalan dan duduk di singgasananya. Sebuah kursi megah dengan sandaran tinggi dan terdapat empat tengkorak manusia menjadi hiasan pada sandaran tersebut.
Di hadapannya sekarang, berkumpul ribuan iblis lengkap dengan senjata mereka masing-masing. Seakan bersiap untuk berperang.
"Kami semua sudah siap, Yang Mulia. Anda hanya perlu mengucapkan perintah maka perang besar iblis akan bergelora," ujar iblis tadi.
"Tidak." Kalimat yang keluar dari tuan mereka terdengar mengandung kekecewaan mendalam. "Kita belum bisa menabuh genderang perang sekarang. Kita harus menunggu sedikit lebih lama."
"Mau berapa lama lagi, Yang Mulia. Lebih dari setengah suku iblis di neraka ini menunggu perintah Anda."
"Aku pun sudah tidak sabar sama seperti kalian. Tapi, penantian selama ribuan tahun akan terbayarkan dengan kemenangan kita kelak. Bukan hanya kemenangan semata, tapi keberhasilan yang gemilang," jawab panglima iblis dengan senyum kecil penuh rahasia.
Sorakan semangat bergemuruh di antara celah-celah dinding berbatu yang panas. Para iblis mengangkat senjata mereka dengan nafsu membunuh, seakan cahaya kemenangan sudah terlihat di depan mata.
Nampak di udara, sesosok iblis kecil yang terbang. Makhluk itu seperti kelelawar dengan tubuh dan kaki seperti kera. Berkulit warna merah dengan bulu panjang kusut dan kasar. Ia terbang menukik turun dan hinggap di lengan singgasana. Makhluk ini seketika tunduk di hadapan tuannya.
"Maaf, Yang Mulia. Hamba datang membawa kabar baik dari akhirat," kata makhluk kecil itu.
Kabar yang sudah sangat lama ia tunggu akhirnya tiba. Terlihat senyum kemenangan terukir pada wajah Panglima Iblis itu, senyum yang sudah lama tersimpan sejak dua ribu tahun yang lalu.
_____________________________
Akhirnya aku meriliskan satu cerita baru, semoga cerita kali ini berkesan di hati kalian para pembaca.
Karena cerita ini ikut chalange one day one capter, maka akan rilis setiap hari. Jadi, simpan karya dalam daftar bacaan kalian dan tunggu info setiap harinya.
Jangan lupa tinggalkan jejak ya, bye
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top