Capter 02

Nigel masih kebingungan dengan kata kesempatan kedua yang dimaksud dewa kematian di depannya itu. "Maksud Anda?" tanyanya.

Zanon tersenyum. "Aku akan menghidupkanmu kembali."

"Menghidupkanku!?"

"Ya."

Nigel terhenti di sini, ada pemikiran lain yang membuatnya ragu. Ia membungkuk lalu menopang kepalanya dengan kedua tangannya. Pikirannya sekarang bebas melayang mencari titik terang dalam menanggapi tawaran Zanon. Potongan-potongan ingatan selama ia hidup, berjajar seperti pajangan lukisan yang bersusun. Keseharian di hutan mencari kayu bakar - yang ia jalani hampir lima belas tahun - muncul sebagai pembukaan. Penghasilan yang rencananya akan ia simpan untuk gadis pujaannya, justru terus terpakai untuk kebutuhan sehari-hari. Walaupun Nigel menikmati dan mensyukuri kehidupan tenangnya, baginya sekarang kematian lebih baik dari pada hidup miskin.

Tapi, bayangan gadis pujaan tiba-tiba muncul dalam benak. Senyum yang merekah dari bibir Diana - yang dapat membuat laki-laki mana pun jatuh hati - muncul di sela-sela bayangan kemiskinan. Ini menjadi salah satu faktor pendukung untuk menerima tawaran tersebut. Namun, mengingat sifat Diana yang mengutamakan uang, rasa ragu menciutkan semangat untuk kembali bertemu.

Nigel menghela nafas lalu bersandar di kursinya dan kembali tenggelam dalam pikirannya.

"Kenapa?" tanya Zanon, ia manangkap raut lesu dari wajah Nigel. "Kau tidak ingin hidup kembali?"

"Itu tawaran yang sangat menarik, tapi aku sudah lelah hiup miskin. Anda sudah membaca kitap kehidupanku 'kan, Anda pasti tahu kesengsaraanku seperti apa," jawab Nigel apa adanya.

Zanon menatap pemuda itu sambil berfikir keras untuk membuatnya mau menerima tawarannya, dan ia menemukan setitik ide.

"Bagaimana jika aku memberimu beberapa gift," ujar Zanon.

"Gift?"

"Ya, gift. Tidak hanya satu, aku menawarkan tiga gift padamu. Yang pertama adalah ilmu pengetahuan dan informasi setingkat sarjana." Mendengar perkataan ini, Nigel seketika bereaksi. Sarjana adalah tingkat di mana sesesorang mencapai titik pengetahuan tertinggi. Hanya kalangan bangsawan yang bisa sekolah, dan hanya bangsawan tingkat atas yang bisa belajar sampai mendapat gelar tersebut. Sederhanya, titel sarjana hanya bisa di pegang oleh bangsawan kelas atas. Nigel sangat tertarik dengan tawaran ini. Tanpa sadar, air liur pemuda itu menetes. Dan di sisi lain, Zanon tersenyum.

Zanon melanjutkan tawarannya, "Yang kedua adalah energi fisik melebihi manusia biasa. Dengan gift ini, kau tidak akan mudah lelah. Kau bisa mengelilingi kotamu sehari penuh tanpa henti jika kau mau."

Gift kedua cukup menarik, namun gift pertama sangat menggiurkan.

"Dan gift ke tiga adalah kemampuan bertarung. Aku akan menjejalkan ke otakmu cara berkelahi sagai kesatria dan beberapa ilmu sihir. Bagaimana?"

Nigel sangat tertarik, ia tidak terlalu memikirkan dua gift terakhir. Gift pertama menarik minatnya. Tapi, Nigel terpikirkan sesutu yang lain. "Kenapa kau ingin sekali aku hidup kembali. Apa untungnya bagimu?"

Zanon tertawa seketika. "Pertanyaan yang bagus anak muda. Tentu saja kebangkitan dan gift ini tidak geratis, ada harga yang harus kau bayar."

"Apa harganya?" tanya Nigel cepat.

"Sebuah tugas. Hanya satu tugas saja,"

"Tugas apa yang Anda maksud?"

"Aku ingin kau mencari dua orang di dunia sana. Sepasang imortal. Pertemukan mereka berdua dan sampaikan pesanku pada mereka." Zanon mengagkat tangannya ke depan dada dan memainkan kelima jarinya. Energi kegelapan muncul dan membentuk bola hitam di tangan. Bola itu melebar dan berubah menjadi sebuah kartu. Zanon memberikan kartu itu pada Nigel.

Kartu itu terlihat seperti kartu biasa mengingat ini tercipta dari kegelapan. Warnanya seperti kayu. Terdapat sebuah simbol aneh di satu sisi kartu itu, sedangkan sisi yang lainnya polos. Simbol yang aneh bagi Nigel, berwarna hitam yang terkadang muncul serbuk emas.

"Hanya ini?" tanya Nigel.

"Berikan kartu itu pada mereka jika mereka menolak untuk dipertemukan?"

"Lalu, siapa dua orang yang Anda maksudkan itu?" tanya Nigel lagi.

"Nama mereka Jonah dan Kairen. Seperti yang aku katakana sebelumnya, mereka adalah makhluk imortal. Apabila dibiarkan berpisah, mereka akan hidup dengan kesepian. Jadi, aku ingin kau menjodohkan dan menyatukan mereka. Terakhir yang aku tahu, Jonah berada di Reruntuhan Zebrulgard. Sedangkan Kairen, aku tidak mengetahuinya," jelas Zanon sambil mengusap-usap dagunya.

"Baiklah," jawab Nigel akhirnya.

Bendera kemenangan berkibar di kepala Zanon. Tawarannya berhasil menarik minat pemuda di depannya itu. Ia segera mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. "Sampai jumpa lagi setelah kau menjadi tua."

Nigel berangkat dari kursinya dan membalas jabatan tangan Zanon. "Sampai jumpa."

Tiba-tiba, muncul lingkaran sihir di lantai yang Nigel pijaki. Simbol-simbol aneh turut nampak dan bersinar bersama lingkaran sihir tadi. Sinar energi keluar dari ukiran simbol-simbol tersebut dan menyirami tubuh pemuda itu. Secara perlahan, tubuh Nigel mulai menghilang dan akhirnya lenyap.

Suara langkah kaki dari kegelapan mendekat dan menghampiri Zanon. Seorang wanita tampak tersenyum dengan rencana yang nampaknya berjalan sukses.

Wanita itu mengenakan gaun hijau biasa yang diikat dengan sabuk coklat. Terlihat biasa saja namun, kedua bola matanya sepenuhnya hitam. Rambut merah panjang terurai menutupi punggungnya.

"Kau sungguh licik, Zanon. Menggunakan keturunan langsung dari malaikat jatuh yang mewarisi cahaya surga," ujar wanita itu.

"Aku tidak bisa mengalahkan kegelapan dengan kegelapan. Maka dari itu, aku mebutuhkan energi cahaya pada anak itu," jawab Zanon.

"Aku sudah membantumu. Jangan coba-coba kau lupakan perjanjian kita. Jika kudetamu berhasil, beri aku kursi kekuasaan di neraka. Tapi jika gagal, jangan sebut namaku mengenai apa yang terjadi hari ini."

"Aku tahu apa yang aku lakukan. Kau cukup diam dan tunggu keberhasilan dari rencana ini." Zanon beranjak dengan angkuh, dan pergi meninggalkan wanita itu di ruangan dingin tersebut.

*****

Udara sejuk beraromakan rumput meresap masuk ke dalam sistem pernapasan milik seorang pemuda yang tertidur di pinggir jurang.

Seekor keledai mencoba membangunkan tuannya dengan menjambak rambut pemuda tersebut, tentu saja dengan giginya.

Nigel terbangun, ia mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menstabilkan penglihatan. Langit sore merupakan pemandangan pertama yang ia lihat. Di sana terdapat kumpulan awan melayang ke arah barat, arah angit bertiup.

Ia beranjak dan duduk. Memegang kepalanya yang sebelumnya menghantam batu di dasar jurang, tidak ada luka di sana. "Mungkin hanya mimpi," gumamnya. "Sepertinya aku terlalu keras bekerja sehingga melupakan kesehatanku. Aku akan pulang dan beristirahat."

Saat Nigel akan beranjak, ia merasakan sesuatu di saku celananya. Dengan sedikit malas, ia merogoh kantong celana tersebut. Jemarinya mendapati sesuatu di sana dan ia segera mengeluarkannya.

Sebuah kartu coklat yang polos. Saat ia membalikkan kartu tersebut, simbol aneh yang diukir dengan tinta hitam terpampang di sisi itu. Jantung Nigel berdegup kencang saat melihat simbol tersebut. "Ini bukan mimpi. Aku benar-benar mati dan hidup kembali."

Nigel segera beranjak sambil menatap sekelilingnya dengan gusar. Tak sengaja, ia melihat seekor burung di dahan pohon di depannya. Burung berwarna coklat itu tampak asik meloncat dan bersiul.

Tidak ada yang spesial pada burung itu, Nigel bahkan melihat burung jenis itu setiap hari di hutan ini. Tapi, sebuah ilmu pengetahuan mengenai burung itu mengalir deras di otak pemuda itu.

"Reed Warbler. Burung yang mucul di musim semi hingga gugur dan bermigrasi ke tempat bersuhu hangat saat musim dingin. Membuat sarang di semak alang-alang. Menghasilkan empat sampai lima telur dalam siklus perkawinan. Butuh waktu sebelas hari bagi anak burung menuju dewasa dan terbang dengan sayapnya sendiri. BAGAIMANA AKU BISA TAHU HAL ITU!"

Nigel kembali menoleh. Ia melihat sebuah tanaman yang tumbuh di pinggir jurang. Luapan pengetahuan kembali mengalir di otaknya.

"Tanaman Jelatang. Mudah ditemui di alam bebes. Kulit permukaan daun tanaman ini mengandung racun. Jika menyentuhnya secara langsung, maka kulit akan gatal. Namun, jika daunnya di rendam dengan air, maka racun tersebut akan hilang. Teh dari daun jelatang sangat berkasiat mengatasi rematik. Ya tuhan. Selama ini aku bahkan tidak peduli jika tanaman itu tumbuh di sana."

Nigel segera mengambil kayu bakar yang berserakan, meletakkanya ke dalam grobak, dan bergegas menarik keledainya. Ia ingin segera pulang sekarang.


TBC ...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top