19. Allena: Peristirahatan Manusia

Silakan baca bab-bab sebelumnya terlebih dahulu

__________

Prof Delphi meneleponku pagi tadi, ia menanyakan apakah aku bisa membantunya mencari dan melakukan transaksi atas nama untuk sepasang peti mati berwarna putih. Aku hendak menolak karena ini akhir pekan dan aku butuh istirahat atau liburan sejenak dari kebodohan-kebodohan serta kebobrokan-kebobrokan. Namun nominal yang diatawarkan Prof Delphi tidak bisa dianggap remeh pun kecil, jadi aku kembali mempertimbangkan segalanya dan berakhir dengan keputusan paling rasional sealam-semesta. "Sepertinya saya bisa membantu," jawaban itu yang kuberikan. Uang memang bukan segalanya tapi beberapa hal termasuk sekelompok kebahagiaan dapat dibeli dengan uang.

Sembilan merengek memintaku mengajaknya berburu peti mati, entah sejak kapan benda hidup di hadapanku berani memaksa dan memasang tampang penuh manipulasi. Tentu aku tidak membawa Sembilan, ia terlalu merepotkan dan Allan sedang bermalas-malasan. Anak itu—Allan—butuh sesuatu seperti Sembilan untuk membuatnya sibuk seharian. Oh, pasti Allan yang mengajari Sembilan melakukan hal menggelikan seperti merengek, benar-benar kurang ajar. Lain kali akan kuberi tahu Sembilan mengenai bahaya serta kerugian dari tingkah menjijikannya.

"Jangan ajarkan hal aneh kepada Sembilan! Jaga rumah ini baik-baik!" ucapku kepada Allan sebelum meninggalkan rumah menuju kediaman Asmara. Ya, aku mengajak kawan kerjaku yang awet muda dan aneh, si penggila fiksi ilmiah berotak kosong, Asmara. Ia—Asmara—benar-benar satu dari delapan keajaiban dunia dan aku tidak melebih-lebihkan. Kediamannya tidak jauh dari perumahan vertikal ramai dan sederhana milikku, hanya beberapa blok dan voila si sinting itu—Asmara—sudah berdiri rapi di depan gerbang.

"Peti untuk apa? Kenapa sepasang?" Aku bahkan belum menyapa tapi ia sudah mencecar dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak kuketahui jawabannya.

"Kamu tahu bunuh diri ganda?" aku balik bertanya sambil mengajak Asmara menaiki bus rapid menuju pusat pertokoan. Seorang pegawai negeri yang bekerja untuk kementrian perhubungan sebagai penjaga halte membantu kami membeli karcis. Asmara mengangguk setelah ia mendapat tempat duduk dan aku harus rela berdiri beberapa menit. "Kupikir seorang profesor Pupet hendak melakukan itu, atau ia hendak melakukan hal lain, seperti membunuh sepasang kekasih, mungkin kekasihnya sendiri dan selingkuhan kekasihnya, aku tidak tahu pasti."

"Profesor yang mengundangmu ke pameran tempo hari?" Seorang anak muda keluar dari bus dan aku cepat-cepat mengambil tempat duduknya, masa bodoh dengan ibu-ibu di ujung sana yang berdiri sambil menatap sinis. Aku benci ibu-ibu seperti itu, ia jelas terlalu bugar untuk meminta kursi, mengalah dan berdiri saja dasar wanita pemalas. Toh aku ini lebih pantas sebab berperan sebagai ibu, ayah, dan kakak untuk Allan—tambahan, juga sebongkah robot.

"Bukan, rekannya yang juga ikut serta dalam Project Alfa-10, meski bukan sebagai tim pengembang utama," jelasku. Asmara mengangguk lalu menanyakan peti seperti apa yang diinginkan oleh si profesor. "Sebenarnya, aku tidak mengerti mengapa manusia harus diletakan dalam peti lalu dikubur dalam tanah, maksudku ada cara lain yang lebih menguntungkan seluruh pihak, seperti melemparkan tubuh mereka ke laut sebagai makanan hiu atau menjadikannya sebagai media tanam." Asmara hampir memuntahkan sarapannya begitu mendengar pemikiranku.

"Atau dilemparkan ke dekat lubang hitam, atau kawah nebula, seperti yang dilakukan para penghuni Galaksi Triangulum." Aku tidak terkejut dengan jawaban Asmara, ia memang setengah waras.

"Benar, setidaknya itu tidak memakan banyak tempat dan sumber daya seperti kayu atau plastik, atau apapun itu meski diberi label biodegradable, berapa banyak energi yang dibutuhkan untuk membuat peti mati yang ikut membusuk seperti tubuhmu? Aku yakin jumlahnya banyak." Asmara mengangguk lalu kami saling diam setelahnya hingga halte pusat pertokoan. Lagi, seorang pegawai membantu kami menuruni bus, sesutu yang sejujurnya sangat tidak diperlukan.

"Hey Len, jika benar profesor itu hendak melakukan pembunuhan, bukankah kita sebaiknya mencegah, bukan malah membantu dengan mencarikan sepasang peti mati untuknya?" Ucap Asmara sambil menaham pergelangan tanganku.

"Kamu benar, tapi aku lebih suka melakukan ini."



__________

19. Peti Mati

Pemikiran Allena dan Asmara mengenai peti mati yang mana keduanya tidak setuju dengan penggunaan peti mati
Delphi menbutuhkan peti mati

__________

Saya yang lemah dan tidak sampai hati membunuh karakter di sini

Pandu

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top