Bab 9: Efek Samping Santet


DEANDRA serasa hidupnya sudah menjadi mimpi. Apa lagi penjelasan yang masuk akal untuk menjelaskan semua kejadian dua hari ini, bukan? Mereka melakukan ritual santet, terkena efek samping sehingga semuanya menyukai Skye, dan sekarang Anchilla berkata ... berkata ... Skye menyukai salah satu dari mereka.

Apakah ini mimpi? Pasti mimpi, bukan? Deandra mencubit pipinya berulang kali hingga kulitnya memerah. Ia merasakan sakitnya, namun tidak terbangun. 

Ini bukan mimpi. Ini realita.

Kalau begitu, salahkah bila Deandra berharap orang yang Skye sukai adalah dirinya? 

Duduk di lantai kamar Meili, ia mulai memerhatikan satu per satu sahabatnya. Flo adalah yang paling seksi di antara mereka berlima. Ada kemungkinan Skye menyukai Flo.

"Fix ga mungkin gua sih," kata Flo, "Gua udah taken." 

"Kan selama belum terikat janji nikah bisa menikung, Flo." Lizzie berkata dengan nada acuh tak acuh. "Aww!" 

Flo baru saja melemparkan bantal kepada Lizzie dan memberikan tatapan 'kau mau mati?'

"Bisa jadi yang disuka Skye itu Deandra, ga sih?" Tanya Anchilla. 

Deandra yang mendengar hal itu langsung tersenyum dengan sangat lebar. Ah, bila Skye menyukainya balik ... bisakah mereka berpacaran? Kalau begitu Deandra dapat melihat wajahnya setiap hari, dapat mendengar suaranya lebih sering, dapat melakukan banyak hal dengannya. (Author note: Hmm... apa tuh?)

"Apa jangan-jangan ... Skye suka salah satu dari kita itu efek samping santet?" Tanya Meili.

Tanpa sadar, Deandra sudah melayangkan sebuah bantal kepada Meili. Mata Meili membelalak karena tidak mengerti mengapa sahabatnya itu melemparkan bantal padanya. Namun ketika melihat wajah Deandra yang cemberut, Meili akhirnya mengerti. 

"Aishh, bilang saja lu mau kan Skye suka sama lu."

Deandra merasa malu ketika Meili menyatakan hal itu. Ia mengubur wajahnya di antara bantal. 

"Tapi ..." Deandra berkata dengan lemah, "Kalau beneran efek santet, ketika kita berhasil buat Skye benci salah satu dari kita... artinya dia tidak akan suka salah satu dari kita lagi?"

"Mungkin." jawab Lizzie dengan nada acuh tak acuh. Ia memeluk bantal yang dilemparkan Flo padanya. 

"Tapi, kalau benar itu efek santet kan berarti Skye tidak benar-benar suka. Kau tidak apa-apa dengan itu, De?" Tanya Anchilla.

Sepertinya kelima gadis itu sudah menganggap orang yang disukai Skye adalah Deandra. Yak... lagian tidak ada dari mereka yang beneran menyukai Skye kecuali Deandra. Seperti kotbah yang pernah dilakukan Meili kepada mereka, 'Kita menarik orang yang selevel sama kita. Itu adalah hukum atraksi.'

"Kan masih ada kemungkinan benar-benar suka," sambung Lizzie.

"Btw, yeorobun," panggil Flo. "Saya back out dari Skye ya... Meski ada efek samping santet, Galih is the only one for me. Jadi mending gue saja yang dibenci Skye untuk mengakhiri santet ini."

Keempat sahabat lain melihat Flo dengan melongo. Lalu dimulailah efek domino gerakan muntah. Lizzie meniru gerakan muntah, diikuti Anchilla dan Meili. Mereka sangat geli dengan tingkat bucin Flo yang tiada tandingnya. Lizzie bahkan sampai merinding karena terlalu gelinya.

Tapi Deandra tidak mengejek Flo. Ia hanya diam saja. Jujur, ia rindu bersikap seperti itu pada seseorang. Ia rindu selalu memikirkan keadaan orang lain. Ia rindu bersikap bucin. Dan terutama, ia rindu ada orang lain yang melihat dan memikirkan dirinya terus. 

Ah, aku sudah terlalu lama melajang... 

Padahal ia memikirkan Skye hampir setiap hari selama tiga tahun (hampir setiap detik, ga sih?). Ia juga tidak melirik pria lain selain Skye –kecuali oppa-oppa Korea. 

Kapan Skye akan melirikku?

Suara Lizzie membuyarkan Deandra dari lamunannya.

"Gue sih ga pernah sudi ikutan bandwagon crush sama Skye." Katanya mantap, "Kemungkinan misi kita berhasil akan lebih tinggi kalau ada dua orang yang bisa jadi target dibenci. Jadi gue ikut sama Flo."

"Gue juga." Kata Anchilla.

"Yo, gue juga gamau ikutan bandwagon crush sama Skye. Biar Deandra aja." Meili menimbrung di akhir.

Untuk sesaat mereka terdiam. Kemudian mereka saling tertawa karena pernyataan masing-masing. Kondisi mereka saat ini sangatlah konyol. Sangatlah tidak masuk akal. Tetapi karena mereka memiliki satu sama lain... rasanya tidak terlalu buruk. Karena mereka tidak sendirian menghadapi kekonyolan dunia.

Alhasil, mereka sepakat untuk saling bergantian mencoba membuat Skye benci setidaknya satu dari empat orang. Tapi mereka juga sepakat untuk menunda misi mereka hingga dua minggu depan. 

Minggu ini mereka harus mulai belajar untuk ujian dan minggu depannya mereka harus menjalani ujian. (Jangan ketawai kami. Kecuali satu orang yang bisa belajar H-2, yang lainnya harus belajar setidaknya H-5. Plus kesibukan setiap orang beda-beda).

"OH!" Seru Meili tiba-tiba. "Mumpung kalian di sini, gue harus nunjukin sesuatu!" Meili hendak berdiri untuk keluar kamar ketika ponselnya bergetar singkat. Sebuah notifikasi pesan muncul di layarnya. Karena Meili meletakkan ponselnya di lantai, Deandra dapat melihat bahwa pesan yang muncul adalah dari Rangga.

"OHMIGOSH!! Meiii!!" Suara Deandra yang meninggi membuat ketiga gadis lain ikut mencari tahu nama sang pemberi pesan. 

Di notifikasi, tertulis --> (17.11) Rangga: Mei, mau main PUBG ga?

"Rangga chat lu duluan! Dia ngajak main, tuh!" Deandra berseru seperti baru saja melihat adegan romantis di drama Korea.

Anehnya, sebelum peristiwa santet ini Meili pasti akan berbunga-bunga setiap kali melihat nama itu muncul di layar ponselnya. Tapi... karena sekarang ia 'suka' dengan Skye, ia merasa biasa saja melihat nama itu. Kalau dipikir-pikir boleh juga efek samping santet ini membuat Meili jadi kebal dari pesona Rangga. 

Meili dengan cepat membalas.

(17.11) Meili: Sorry, gue lagi sibuk.

Biasanya Rangga tidak akan menjawab lagi. Ia adalah orang yang hanya chat ketika membutuhkan sesuatu. Dan bila sudah tidak ada keperluan lagi, ia bahkan tidak akan membalas orang itu. 

Meili yang dulu, yang menyukai Rangga, selalu mengirimkan pesan dua sampai tiga baris untuk membalas satu baris chat Rangga. Sedangkan pesan Meili tidak selalu dibalas oleh Rangga. Entah ini efek samping santet atau tidak... tapi sekarang memikirkannya membuat Meili merasa dirinya... pathetic.

(17.11) Rangga: lagi apa?

Tumben pingin tahu...

Chat Rangga masuk semenit setelah Meili mengirimkan pesan padanya. Sehingga tanda baca sudah muncul di samping chat pria itu. 

Ah, tapi kan dia tidak benar-benar peduli. Paling dia sudah dapat teman main lain sekarang. Kalau gue jawab dia bakal ngacangin gue.

Jadi, hari itu Meili memilih untuk tidak menjawab chat Rangga. Ia menutup layar ponselnya dan kembali berdiri. 

"Lu beneran bakal ngacangin?"

Meili hanya mendelikkan bahu dan melanjutkan keluar kamar untuk membawa sesuatu yang ia ingin tunjukkan pada teman-temannya. Ketika Meili keluar kamar, keempat gadis itu melongo menatap satu sama lain. 

DI atas tempat tidurnya, seorang pemuda terus menerus menatap layar ponsel. Notifikasi chat terus bermunculan di atas layar ponselnya tapi ia hiraukan semua itu. Ia mempertahankan ruang chat personal dengan seorang gadis.

Rangga membalas gadis itu dengan jeda semenit. Gadis itu juga sudah membaca pesan Rangga. Namun sudah tiga menit ia menunggu dan belum ada balasan dari gadis itu?

Padahal Rangga tahu gadis itu selalu membalas dengan cepat pesannya. Ia pun biasanya membalas dengan dua sampai tiga baris. 

Apa yang sedang ia lakukan sehingga ia tidak bisa langsung membalas? Kalau begitu sibuk, kenapa ia dapat membaca pesannya tanpa membalas? 

Sekarang sudah lima menit ia menatap ruang chat yang sama. 

Jangan-jangan ia beneran mengacangiku? Apa ia akhirnya membalas dendam karena Rangga sering tidak membalasnya?

Rangga terkekeh memikirkan hal itu. Ia merasa aneh karena memikirkan hal itu. Kenapa dia peduli? Ia merasa seperti bukan dirinya beberapa hari ini. Wajah gadis itu terkadang muncul ketika Rangga menutup matanya. Dengan rambut pendek sedagu, mata yang besar, dan bibir tebalnya... Apalagi ketika ia memakai lipstik berwarna marun...

ARGH!!

Rangga berusaha berhenti memikirkannya. Tujuh menit sudah berlalu semenjak pesannya terkirimkan. Gadis itu tidak membalasnya. 

Sepertinya mata gadis itu sudah mendapatkan target lain. 

Rangga tidak tahu harus tertawa atau mengutuk. Karena ia mulai tertarik dengan gadis yang baru saja berhenti tertarik padanya.

Apakah ada yang menyantetnya?

Rangga tertawa lagi. 

Ah, aku sudah mulai gila.



Helloo maaf lama updatenyaa!! Writing slump selama dua minggu

Tapi sekarang sudah balik hehehehehe


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top