Bab 6: Lizzie

LIZZIE tidak bisa fokus mengerjakan tugas membuat catatan kuliah dua hari lalu yang sudah dipercayakan satu kelas padanya. Padahal dirinya lah yang meminta diberikan tugas juru tulis lebih banyak dari seharusnya. 

Gadis berambut panjang dan bergelombang ini tidaklah sedikit ambisius. Dia SANGAT ambisius. Dia senang bila mendapatkan nilai bagus. Tapi lebih dari itu, dia senang bila dia dapat sukses melakukan sesuatu. Sesederhana itu. Dia sendiri sadar, dirinya tidaklah sepintar Anchilla. Hal itu justru membuatnya semakin semangat untuk mengejar kepintaran Anchilla dengan kerja keras. Meski demikian, dia tidak pernah cemburu akan Anchila. Ia bahkan selalu menghormati sifat Anchilla yang sangat santai dan tidak sombong.

Sekali gadis itu menentukan sebuah hal, ia akan melaksanakan hal tersebut sebaik mungkin. Ia tidak akan berhenti hingga melampaui standar kerja miliknya. Begitu juga dalam mengerjakan hal kecil seperti membuat catatan untuk satu kelas. 

Namun hari itu, fokus Lizzie terpecah belah. Setiap kali ia berusaha menatap layar laptopnya, matanya secara tak sadar malah melirik ke arah lain. Lebih anehnya ... matanya selalu mencari satu sosok. 

Skye. 

Awalnya, Lizzie hanya memerhatikan ketika Skye ketika pemuda itu datang sepuluh menit setelah kuliah dimulai. Entah apa yang membuat kedatangan pemuda itu memikat mata Lizzie. 

Kemeja putihnya, celana khaki berwarna hitamnya, ransel besar Skye yang juga berwarna hitam. Semuanya biasa saja. Seharusnya ... biasa saja. Tetapi mata Lizzie kian mengikuti pergerakan pemuda itu hingga ia duduk dua baris di depan Lizzie. Karena kuliah hari itu Lizzie tidak bertugas sebagai juru tulis, gadis itu memutuskan untuk duduk agak di belakang di samping Deandra. 

Sebuah notifikasi muncul di ujung kanan atas layar laptop Lizzie.

(08.16) Deandra: Cakep banget sih dia hari ini!

Lizzie tidak berniat membalas Deandra dengan stiker muntah seperti biasanya. Karena memang hari itu... dan Lizzie juga tidak tahu mengapa ... Skye memang terlihat ganteng. 

Selama kuliah berlangsung pun, Lizzie mendapatkan dirinya terus menerus menoleh ke arah Skye. Setiap kali Skye mengobrol dengan teman bangku sebelahnya, atau setiap kali Skye pamit ke kamar mandi, bahkan setiap kali Skye mulai tertidur kecil di kelas.

Lizzie menggelengkan kepalanya pelan, berusaha mengeluarkan pemikiran itu dari benaknya. Tidak seharusnya Lizzie berpikiran seperti itu kepada Skye. Tidak, tidak, tidak. Ini adalah sebuah anomali. Seharusnya yang bersikap seperti ini adalah Deandra saja. Lizie tidak boleh menyukai Skye! Bagaimana dia bisa menghadap Deandra bila ia menyukai pria yang sama?

Belum sampai sepuluh menit ia menulis tugasnya kembali, secara tak sadar manik matanya kembali melirik pemuda itu kembali. Kali ini pemuda itu mengganti posisi duduknya, lebih turun dari sebelumnya. Dengan laptop tetap terbuka di atas meja, ia mengeluarkan ponselnya di depan layar laptop. Sebuah animasi yang Lizzie hafal muncul di layar ponsel Skye. Tanpa berbasa-basi, Lizzie langsung mengambil ponselnya pula dan langsung membuka aplikasi game yang sama. Deandra melirik perbuatan Lizzie dan menaikkan satu alis matanya seakan bertanya, 'Main sama siapa, lo?'

Lizzie memiringkan kepalanya ke arah Skye. Ketika Deandra melihat layar ponsel Skye, gadis itu juga telak mengeluarkan ponsel Samsung-nya. Kini kedua gadis itu sudah masuk ke dalam aplikasi game yang sama. Sebelum Skye bermain sendiri, Deandra sudah meng-invite Skye ke dalam permainan tim dalam server game itu. Sebuah kotak undangan muncul di layar ponsel Skye. Melihat itu, Skye menolehkan wajahnya sedikit ke arah belakang. 

Hanya satu matanya yang terlihat di balik kaca mata kotaknya. Rambutnya yang sedikit bergelombang tersibak pelan. Pemuda itu tersenyum kecil, dan lesung pipinya membuatnya terlihat menawan. Dari belakang, Lizzie baru menyadari betapa bidangnya bahu Skye. Manik mata Lizzie menurun perlahan, dan oh-astaga-oh, ternyata selama ini lengan Skye berotot. Lizzie memaksa menelan ludah di tenggorokannya yang kering. Seketika ia merasa panas padahal AC ruang kelas mereka terkenal dingin. 

APA-APAAN SIHHH??!! 

Lizzie rasanya ingin berteriak pada dirinya sendiri. Namun di saat yang sama, Lizzie juga tidak mengerti, ia ingin terus menatap Skye. Detak jantung di dadanya memacu dengan sangat cepat. 

Astaga, takikardia*!! 

Lizzie hampir panik karena pacuan jantungnya yang terlalu cepat membuat pasokan udara di paru-parunya mulai menipis. Tak lama ia harus secara sadar memaksa dirinya untuk bernapas. Perutnya pun terasa seperti ada yang merayapi. Tapi matanya ... masih tidak bisa lepas dari sosok Skye.

Ia tak sadar dirinya bengong selama itu sampai Dendra menyikutnya pelan. Lizzie tersentak dan ketika Deandra melirik layar ponsel Lizzie, ternyata Lizzie belum juga menerima undangan bermain bersama di aplikasi game. Jari telunjuknya mengambang di atas pilihan "Accept." Ia berusaha mengontrol pernapasannya, berusaha menenangkan detak jantungnya. 

"Liz, lu ga apa-apa?" tanya Deandra dengan khawatir. 

Karena terlalu lama, kotak undangan itu menutup dengan sendirinya. 

"K– kalian main aja berdua," kata Lizzie dengan cepat. Terlalu cepat. 

"Sorry, gue ga jadi. Mau nyelesain catatan kelas aja." 

Lizzie mematikan layar ponselnya lalu melemparnya ke dalam tas berwarna ungu miliknya. Lalu ia mengatupkan kedua tangan di dada, dengan sebuah cengiran ia meminta maaf lagi pada Deandra. Sahabatnya itu akhirnya bermain berdua dengan Skye selama kelas berlangsung. Skye sempat menoleh bentar tetapi Lizzie tidak mau menatap wajahnya. Ia biarkan Deandra yang menjelaskan pada pemuda itu akan keputusan dadakannya untuk tidak ikut bermain. 

Meski ... sekarang dadanya terasa sesak. Perih, ketika mengetahui Deandra berinteraksi dengan Skye. 

Lizzie lama-lama menyadari... ia ingin berada di posisi Deandra. Ia ingin ... menjadi gadis yang bisa dekat dengan Skye. Ia ingin–

WOIIII!!! Earth to Lizzie! 

Dia adalah gadis yang tidak mengutamakan mencari jodoh dalam kehidupan. Motonya semenjak dia sekolah di SMA khusus perempuan adalah 'Mencari pasangan hidup bukanlah tujuan utama hidup.' Banyak hal lain yang dapat dilakukan daripada mengejar-ngejar perasaan yang didominasi hormon oxytocin dan dopamine itu." Lizzie menampar dirinya sendiri secara mental. 'Jadi dokter dulu, jangan lengah karena suka sama cowok!'

Ia menggeleng kepalanya berusaha mengusir semua pemikiran mengenai Skye. Ya, pasti perasaannya hari itu hanyalah sebuah anomali. Mungkin tadi pagi ia terlalu banyak memakan gula, sehingga meningkatkan kadar dopamine di otaknya. Atau mungkin hari itu adalah hari fertilisasi-nya, yang berarti sebentar lagi ia akan datang bulan. Karena pada hari puncak fertilisasi, semua mahasiswa kedokteran diajari bahwa hormon oxytocin dalam tubuh perempuan akan meningkat. Hormon itu juga memiliki andil dalam perasaan senang ketika manusia bersosialisasi. Ya benar, sesuai di buku Paul J. Zak, oxytocin sangat berperan dalam perasaan suka ataupun 'cinta.' Hari itu kebetulan saja kedua hormon itu meningkat drastis dalam tubuh Lizzie. 

INTINYA, Lizzie tidak mungkin menyukai Skye. Pemikiran dan perasaannya saat ini pastilah hanya hasil dari abnormalitas kedua hormon itu. Tubuh manusia memang dipenuhi misteri. Sebaik apapun kau mempelajarinya, pasti jutaan pertanyaan dan keanehan lain muncul. Lizzie ulangi untuk kesekian kalinya perkataan itu pada mentalnya, seolah ia berusaha menghafal mati beragam mutasi genetik yang dapat menyebabkan penyakit leukemia akut limfositik. 

GUE GA SUKA SKYE!! NO WAY!! DIA PLAIN AS HELL, DIA BUKAN TIPE GUE. DIA GA SELEVEL AMA GUE!!

Akhirnya gadis itu menghela napas setelah puas berteriak kencang dalam benaknya sendiri. Sahabat di sebelahnya masih terlalu asik bermain –atau sibuk berinteraksi dengan Skye, sehingga tidak memerhatikan tingkah Lizzie yang aneh. Lizzie berjanji untuk kembali fokus pada pekerjaannya. Tetapi kemudian pandangan Lizzie justru terpaku pada tasnya. Tepatnya pada gantungan kuncinya yang sudah tiada. 

Hanya lingkaran kecil yang terbuat dari besi yang tersisa bergantung pada kunci tas Lizzie. Tangan Lizzie menggapai lingkaran besi itu. Rasanya dingin ketika sebuah teori mulai bermain di kepalanya. Ia teringat kejadian di malam kemarin. 

Mungkinkah?

Ah, masa sih? 

Tidak mungkin teori segila itu benar. Kepalanya memutar sebuah skenario yang tidak masuk akal ... tetapi, teori itu dapat menjawab keanehan di hari itu. Well, tidak menjawab secara sains. Namun, adakah penjelasan lain yang lebih masuk akal?

Lizzie OGAH menerima penjelasan seperti: Lizzie beneran suka dengan Skye. Tidak. Lizzie bisa pastikan dengan 99,991% keyakinan bahwa dirinya tidak mungkin tertarik pada Skye. Apalagi Lizzie sangat menghargai 'Girl Code,' bila sahabatnya sudah menyukai suatu pria, Lizzie tidak akan mendekati pria itu. 

Tetapi teori yang berputar di otak Lizzie ... membuat Lizzie merasa seperti makhluk purba yang berusaha menjelaskan segala fenomena alam dengan mistis. Lizzie merasa seakan membuang pendidikan kedokteran tiga tahun bila ia menerima teori itu. 

Mungkinkah?

Lizzie langsung mengetikkan nama Meili pada search engine aplikasi LINE. Ia membuka halaman chat pribadi antara dirinya dengan gadis tergila di grup pertemanan mereka. Dari sudut matanya, ia dapat melihat Meili sedang fokus pada laptopnya di barisan kelima di sebelah kiri kelas. Dari perbesaran pupil matanya dan jemarinya yang tidak mengetik, sudah jelas Meili sedang menonton grup band korea favoritnya dan bukannya memerhatikan pelajaran. 

(08:43) Lizzie: MEIIIIIIII

(08:43) Lizzie: MEIIIIII!!!!

(08:44) Lizzie: WOIIIII

(08:44) Lizzie: WOIIII

(08:44) Lizzie: JAWAB GUEEEE

(08:44) Lizzie: BITCH!

(08:44) Meili: APE??!

Lizzie menangkap mata Meili akhirnya. Sahabatnya itu tentu tidak suka diganggu dari waktu berharganya melihat Oppa kesayangannya. Lizzie sendiri tidak begitu peduli mau Meili nonton video Jung Kook ratusan kali, mau gadis itu menikahi cardboard Jung Kook –apapun kegilaan Meili sebagai seorang fan, Lizzie dan para sahabatnya sudah menerima dengan lapang dada. Tapi khusus hari itu, Lizzie harus menyita perhatian Meili dari pacar fana miliknya. 

Melihat tatapan Lizzie yang serius, Meili yang awalnya ketus menjadi penasaran. 

(08:45) Lizzie: Kita perlu bicara pas istirahat.

(08:45) Meili: Tentang?

(08:45) Lizzie: Tentang kita.

Meili kembali menahan tatapan Lizzie yang serius, membuat Meili merinding seketika.

(08:46) Meili: I love you, bitch. But I'm taken by Jung Kook.

Lizzie rasanya mau menempeleng kepala Meili. Ia bahkan menimbang untuk berdiri saat itu juga, di depan dosen dan teman-teman sekelas, kemudian memukul kepala sahabatnya. 

(08:46) Lizzie: Jir! Siapa juga yang mau ama lu? Gue 80% straight, 10% bi-sexual, dan sisanya pansexual. Tapi sorry, sisi bi-sexual gue juga punya standar ya dan lu ga masuk standar itu.

Lizzie mengirimkan sticker muntah bertubi-tubi. Sebenarnya tes seksualitas yang diikuti Lizzie berasal dari internet dan kredibilitasnya dipertanyakan. Namun, Lizzie tidak mau membayar mahal-mahal ke psikiater untuk menentukan identitas seksualitasnya. Ia sudah yakin dirinya –sayangnya, termasuk ke dalam golongan mayoritas yang membosankan –Straight. Tapi mau bagaimana lagi? Ia terlahir demikian. Genetik dan perkembangan otaknya membuat Lizzie mengambil identitas seksual demikian. 

(08:46) Meili: Lah, trus maksud lu 'Tentang Kita' apa dong? 

(08:46) Lizzie: Gue punya teori gila soal... ritual santet kita kemarin.

(08:47) Meili: ?

(08:47) Lizzie: Berapa kali lu udah liatin Skye hari ini?

Meili langsung tersedak membaca pesan dari Lizzie. Dosen di depan kelas pun sampai berhenti mengajar dan menanyakan apakah Meili baik-baik saja. Meili membalas dengan anggukan lemas, kemudian ia meneguk habis setengah botol minumnya yang bervolume 1 liter. 

(08:49) Meili: K– kok lu tahu gue liatin Skye mulu hari ini?

Tatapan mereka bertemu kembali untuk kesekian kalinya. Mereka duduk di dua sisi kelas yang berbeda. Namun ketika mereka bertatap saat itu, seolah tidak ada orang lain di kelas. Mata Meili membulat besar, jauh lebih besar dari ketika ia menonton Oppa Jung Kook. 

(08:50) Meili: HOLY SHIT!!

Teori Lizzie benar dan gadis itu meringis sejadi-jadinya.

Ritual santet yang mereka lakukan kemarin, bukannya membuat Skye memberikan tanda pada Deandra ... Tetapi, justru membuat keempat gadis lain yang turut melakukan ritual itu ... suka pada Skye.

Kini mereka kembali menjadi manusia gua yang melogikalisasi segala hal dengan cerita mistis. Kembali ke abad di mana gravitasi dan tulisan belum ditemukan. 

Pendidikan tiga tahun di kedokteran ... serasa tidak ada artinya.



Teruntuk gadis yang memerankan Deandra dalam kehidupan nyata: 

THANK YOUUUUU BUAT JANJI JIWA-NYA HAHAHHA <33333333

Teruntuk teman-temanku yang membaca ini untuk lari dari realita ujian bertubi-tubi:

SEMANGAAAAATTTTTTTTTTTTT!!!!! Lima ujian lagi kokkk (abis itu masih ada sidang sihh) buttt WE CAN DO THIS!


(I'm actually dying inside --send help TT)


*takikardia = kondisi di mana detak jantung berpacu lebih cepat dari kecepatan normal

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top