Bab 5: Flo

MATAHARI siang itu sangatlah terik. Sinarnya menusuk mata Flo hingga gadis itu harus mengangkat satu tangannya untuk menutupi mata. Namun ia tidak berpindah tempat dari depan pintu sebuah ruang kuliah. 

Tidak seperti ruang kuliah Flo, Rk.201, yang berada di bagian dalam gedung fakultas, ruang kuliah ini berada dekat dengan jembatan antar-bangunan. Di kedua sisi jembatan itu, terik matahari menghangatkan rumput dan berbagai tanaman di taman yang berada di lantai bawah. Pintu dari ruang kuliah itu, Rk.203, menghadap ke taman di sebelah kiri jembatan. Dan Flo sendiri berdiri agak di pinggir balkon, menghangatkan kulitnya yang kedinginan karena AC di ruang kuliahnya yang sudah selesai lebih cepat.

Mengingat apa yang mereka lakukan di malam sebelumnya, Flo menggeleng pelan sembari tersenyum kecil. Ia memang menyukai tantangan. Dirinya sangat suka mencoba hal-hal gila. Hal-hal yang dapat membuat hidup menjadi memorable

Itulah mengapa ia senang merasa dekat dengan para sahabatnya. Kendati mereka semua akan berkata mereka hanyalah perempuan biasa, Flo tahu. Masing-masing dari mereka memiliki kegilaan masing-masing.

Meili dengan kekonyolannya yang sudah terlampau gila, Anchila dengan kepintarannya, Lizzie dengan sifat ambisiusnya dalam segala hal termasuk pelajaran dan seni, serta Deandra dengan  sifat empatisnya (baca: s̷u̷a̷r̷a̷ ̷t̷o̷a̷k̷n̷y̷a̷)... juga rasa sukanya pada Skye. 

Berbagai hal gila sudah Flo cobai. Namun hal tergila yang Flo lakukan adalah... menemukan pacar. Satu fakultas, beda kelas, beda gender (a̶u̶t̶h̶o̶r̶ ̶l̶a̶g̶i̶ ̶m̶e̶n̶c̶o̶b̶a̶ ̶'̶w̶o̶k̶e̶'̶), satu organisasi. 

Kau mungkin akan bertanya-tanya, cowok seperti apa sih yang dapat mengikat Flo dalam sebuah hubungan? Atau kau mungkin bertanya, kenapa menemukan pacar adalah hal tergila yang Flo telah lakukan?

Jawabannya adalah, Flo dulu pernah tersakiti. Memang, waktu itu ia masih muda, masih lugu. Tapi rasa sakit itu sangat menusuk. Berkali-kali lipat jauh lebih menusuk rasanya dari terik matahari di matamu. Ia pun memasuki fakultas kedokteran tanpa memedulikan bila dirinya mendapat pacar atau tidak. 

Namun, pada tahun kedua, Flo bertemu dengan Galih dalam sebuah acara organisasi. Seperti magnet, secara instan mereka langsung tidak terpisahkan. Banyak kesamaan mengalir di antara mereka. Dan mereka pun dapat membicarakan apapun dengan satu sama lain, hingga masalah keluarga dan persahabatan. 

Ya, keuntungannya memiliki sahabat dan pacar adalah kau bisa bergantian menceritakan satu sama lain. Bila kau ada masalah dengan pacar, kau curhat kepada sahabat. Bila kau bermasalah dengan sahabat, kau curhat kepada pacar. 

Tak lama suara pintu berderit terbuka. Seorang perempuan paruh baya, mengenakan jilbab ungu, dan berkacamata keluar. Tubuh Flo langsung menjadi tegap. 

"Selama siang, Prof," sapa Flo pada dosen yang baru saja keluar itu. 

Profesor berjilbab ungu itu hanya menganggukkan kepalanya sedikit untuk membalas Flo sebelum lanjut berjalan ke arah lift. Profesor. dr. Pratiwi Pudjilestari Sudarmono namanya, salah satu dosen kesukaan Flo. 

Tahukah kamu? Prof. Pratiwi adalah astronaut Indonesia pertama yang diakui oleh NASA. Ia bukanlah seorang dokter, namun karena keahliannya dalam bidang mikrobiologi, ia sering dipanggil untuk mengajarkan kuliah. 

Orang kedua yang keluar dari ruangan itu adalah seorang pemuda. Tubuhnya ceking, tidak begitu tinggi. Rambutnya tercukur rapi seperti seorang prajurit. Wajahnya bersih, rahangnya kuat, dan matanya tajam. 

Setiap kali melihat Galih, hati Flo selalu terbenam oleh lautan kehangatan. Rasa protektif selalu muncul. Ia tidak ingin melihat Galih tersakiti. 

"Nih," kata Flo singkat. Tangan kanannya terulur ke depan. Sebuah tas kecil bergantung dari jemari kurus Flo. 

"Wahh, terima kasih, Flo," kata Galih dengan sebuah senyuman manis. 

Biasanya, degup jantung Flo akan berdetak jauh lebih cepat melihat senyuman itu. Pun pipinya akan mulai memanas. Namun hari itu ia tidak merasakan apapun selain rasa hangat itu. Mungkin setelah satu tahun menjalani hubungan ia sudah mulai terbiasa, pikirnya, sehingga wajah Galih tidak lagi membuat jantungnya berdegup kencang.

Galih melihat ke dalam tas itu. Satu botol minyak kayu putih, satu pak tolak angin, dan satu pak tablet vitamin C. Pemuda itu tentu sangat tersentuh melihat benda-benda kecil itu. Pasalnya, baru kemarin Galih berkata pada Flo bahwa ia sedang sedikit demam. Keesokan harinya Flo langsung memberikannya care package.

"Makan bareng?" Tanya Galih. 

Flo mengangguk dengan antusias. 

Mereka tidak berani bergandengan tangan di dalam gedung fakultas. Meski semua orang sudah mengetahui tentang hubungan mereka, mereka tidak ingin terlihat terlalu mesra di publik. Jadi mereka hanya berjalan bersama sambil mengobrol. Galih, terutama, menanyakan mengenai girls' night mereka. 

Tiga perempat jalan menuju kantin, Galih tiba-tiba berhenti. Wajahnya mengenali seseorang dari arah yang berlawanan. "Woi, Skye!" Seru Galih. 

Flo pun turut mengikuti arah pandang Galih.

DEG. 

Entah kenapa, tiba-tiba Skye terlihat begitu tampan hari ini. Kemeja putihnya, tinggi badannya, wajahnya yang sedikit bulat, dan... lesung pipinya kala ia tersenyum. 

Skye menghampiri Galih. "Yo, Galih," sapa Skye. Disambung dengan, "Ehh, cieeee...," ketika melihat Flo bersama Galih. 

DEG. 

Sejak kapan suara Skye terdengar begitu... manly? Sekarang Flo merasa sedikit kepanasan.

Galih tampak memerah dengan komentar Skye, "Ehh, ngomong-ngomong, lu udah ada tim belum buat turnamen Mobile Legend?"

"Udah, hehe..." jawab Skye, "Jason udah mengajakku. Lagipula, kukira tim kalian sudah lengkap lima orang." Satu tangannya menyisir rambutnya.

DEG.

Kepanikan mulai merayapi Flo. Flo melirik kedua pria di depannya bergantian. Ia melirik Galih, tidak ada apa-apa. Hanya rasa hangat, rasa ingin melindungi. 

Kemudian ia melirik Skye. Kali ini pria itu memasukkan kedua tangannya ke dalam kantung celana. DEG. DEG. DEG. Jantungnya berdegup, semakin lama semakin kencang. DEGDEGDEGDEG!

Flo mengucek matanya. Kelelahan... ya, pasti ia hanya merasa lelah. 

Ia membuka matanya kembali dan menatap Galih. Perasaan yang sama. Rasa hangat, rasa ingin melindungi, rasa tenang. Normal. Itu normal.

Lalu ia melirik Skye kembali. DEGDEGDEGDEGDEGDEGDEGDEEGDEGDEGDEGDEG!!! 

ITU GA NORMAL SAMA SEKALI, teriak Flo dalam hati. Tubuhnya sekarang terasa sangat panas. Kepalanya pusing. Dalam lubuk hatinya, ia tahu dirinya ingin bercakap dengan Skye, ingin terus melihatnya. 

WHAT THE HELL??!!

"Flo, kamu ga apa-apa?" Tanya Galih dengan khawatir. 

"Huh?" Flo menangkap tatapan cemas Galih. 

"Wajahmu merah banget," kata Galih kembali, "Kayaknya kamu sakit juga deh."

Flo memegang kedua pipinya. Benar saja, terasa sangat panas. 

"Mungkin lu duduk aja dulu," kata Skye sembari menelengkan kepalanya ke arah kursi di samping lorong. 

DEGDEGDEGDEGDEGDEGDEGDEGDEGDEGDEGDEGDEGDEGDEGDEGDEG

"Eh... anu... gue lupa harus melakukan sesuatu sama Deandra," kata Flo, berusaha mencari-cari alasan agar dirinya dapat pergi dari dua pria itu. 

Ia harus berbicara dengan keempat sahabatnya. Harus. "Maaf banget, Galih." Flo memelas memohon. "Nanti ku chat lewat Line yaa.."

Belum sempat Galih memberikan respon, Flo sudah buru-buru berlari meninggalkan mereka. Rok panjang perempuan itu berkibar diterpa angin seraya kaki gadis itu memacu tubuhnya menuju ruang kelas miliknya. Menuju keempat sahabatnya. 

Satu kalimat berkumandang di kepala Flo saat itu. Ditemani ribuan kepanikan dan ketidakpercayaan. Ia tahu mengapa jantungnya berdegup kencang ketika melihat Skye. Ia tahu. Ia dulu pernah merasakannya pada mantan pacarnya... pada Galih. Ia tahu. 

Ia tidak menyukai perasaannya sekarang. Tidak seharusnya ia merasakan ini. Logika miliknya tidak dapat memberikan alasan bagaimana ini terjadi.

Ia menyukai Skye. 

Sial!



Sebenarnya author punya pertanyaan, mungkin ga sih menyukai/mencintai lebih dari satu orang di saat bersamaan?

I mean, polygamy kan ada... tapi kan pasti ada satu orang yang lebih dicintai daripada yang lain ga sih...? Meski diperlakukan dengan setara dan adil bukan berarti dicintai secara sama...?

Maksud pertanyaan ku tuh, is it possible untuk mencintai lebih dari satu orang dengan kekuatan cinta yang sama?

Lha.. kok malah jadi deep philosophical begini... kan ceritanya harusnya lucu WKKWW

yak, tapi itu aku penasaran ajaa.. Author ini masih dangkal pengetahuan hidupnya...


Jangan lupa comment, vote, dan feedbacknya <3



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top