Bab 3: Anchilla
UNTUK kesekian kalinya Anchilla memeriksa ponselnya. Tidak ada pesan.
Kedua orang tua Anchilla juga adalah dokter, sama seperti Deandra. Bedanya, orang tua Anchilla keduanya merupakan ahli bedah di mana kedua orang tua Deandra adalah dokter kulit dan dokter mata. Mereka kian bekerja hingga suntuk malam, bahkan merambat hingga pagi hari. Alhasil, Anchila sebagai anak tunggal sering ditinggal sendirian di rumah bersama pembantu sejak kecil.
Sehari sebelum 'girl's night,' Anchilla kian menunggu orangtuanya untuk balik guna meminta izin. Dari dua hari sebelumnya, kedua orangtuanya menginap di rumah sakit karena sedang ada operasi besar-besaran. Namun malam itu kedua orang tuanya nyatanya tidak pulang juga. Mereka lupa mengabari Anchila bahwa mereka akan menginap lebih lama di rumah sakit. Akhirnya Anchilla hanya mengirimkan pesan pada grup whatsapp dirinya dengan kedua orang tuanya bahwa Ia akan menginap di apartemen Flo pada hari itu juga.
Hingga malam ini belum ada balasan dari kedua orangtuanya.
Jujur, gadis itu tidak tahu harus merasakan apa.
Orangtuanya yang jarang berada di rumah membuatnya terbiasa sendiri sejak kecil. Lebih nyaman sendiri. Bahkan ketika sekolah pun, Anchilla merasa aneh bila berteman dengan seseorang. Ketika SMP dan SMA, semua anak seperti diharuskan untuk membentuk grup pertemanan. Tetapi Anchilla tidak pernah merasa cocok di grup pertemanan manapun. Ia pun terlanjur terbiasa menutup diri. Hingga selesainya SMA, ia tidak pernah merasa dekat dengan siapapun. Ia terbiasa dengan ini.
Kendati demikian, pertemananya dengan keempat gadis di kamar Flo telah membuka hatinya. Untuk pertama kalinya, ia memercayai empat insani untuk masuk ke dalam hatinya. Di manapun ada keempat gadis itu, ia tidak pernah lagi merasa sendiri. Semenjak berteman dengan mereka, Anchilla mulai terbiasa dengan ketidaksendirian.
Jadi menatap layar ponsel yang tidak kunjung memberikan notifikasi yang Anchilla mau, Anchila merasa bingung. Ia tidak mau lagi menyendiri dari kedua orangtuanya.
Pikiran Anchilla tiba-tiba terputus karena seseorang memeluknya dari samping. Tubuh orang itu lebih besar dari Anchilla dan kekuatannya membuat kedua gadis itu hampir jatuh dari kasur.
"You okay, Chil?" tanya Deandra di bahu Anchila.
Gadis berambut sepundak itu membesarkan matanya dan mencibir bibirnya. Deandra berusaha terlihat lucu, tapi Anchilla malah geli melihatnya.
"I'm fine," jawab Anchilla seraya mematikan layar ponselnya.
Anchila yang sebelum bertemu mereka pasti akan menutup diri dan tidak berkata apa-apa. Tetapi Anchilla yang baru justru akan membuka diri.
"Ortu gue masih belum balas chat gue dari semalam. But it's okay, aku tahu kok mereka pasti sangat sibuk."
Sebelum Deandra sempat memberikan jawaban, Anchilla menganggukkan kepalanya ke arah Meili, Flo, dan Lizzie.
"Udah selesai belum list bahan-bahan santetnya?" tanya Anchilla.
Selama setengah jam terakhir, Meili kian memberitahukan bahan-bahan yang diperlukan untuk melakukan santet. Flo dan Lizzie bertugas mencari di internet di mana saja mereka dapat menemukan bahan-bahan itu malam itu juga.
"Udah nih," kata Meili seraya menunjukkan selembar kertas sobekan berisi guratan pena.
Dari balik layar laptopnya, Lizzie berkata, "Semua bahannya bisa didapat di Alfamart di lantai bawah kecuali tiga benda."
Apartemen Flo memiliki toko Alfamart di lantai paling bawah. Tidak hanya Alfamart, apartemennya juga memiliki kafe, restoran rooftop, dan gym. Memang, apartemen Flo merupakan salah satu apartemen elit yang ditujukan untuk mahasiswa di universitas mereka. Sekarang kalian tahu kan kenapa mereka semua memilih menginap di apartemen Flo?
"Apa aja tuh?" tanya Deandra.
"Boneka voodoo, susuk emas dan," lanjut Flo, "Rambut Skye."
"Boneka voodoo kayaknya susah dicari tapi...," kata Lizzie seraya meraih tas sekolahnya yang sebelumnya ia letakkan di samping meja.
"Gantungan kunci gue mirip boneka voodoo. Jadi kita pakai ini aja hahah... Toh kita kan ga serius-serius amat."
Benar saja, gantungan kunci tas Lizzie terlihat seperti boneka voodoo karena terbuat dari jerami serta memiliki dua kancing sebagai mata.
"Gue kebetulan bawa susuk emas punya mak gue sih. Karena gue pikir bisa dijadiin anting," kata Meili, "Tapi ternyata sakit di telinga. Jadi gue taruh di tas dan lupa gue keluarin sampai sekarang."
Keempat gadis lain menepuk jidat mereka sembari menggelengkan kepala. Deandra dan Flo bahkan mengumpat pada kebodohan Meili.
"Kenapa gue bisa punya temen goblok kayak lu, Mei?" tanya Deandra dengan nada datar.
"Balik lagi ke topik," lanjut Flo, "Susuk emas kita ada. Tapi rambut Skye ga mungkin ada yang punya ga sih?"
Seketika itu juga wajah Deandra memerah. Gadis itu enggan melihat keempat sahabatnya di mata. Ia pun melepaskan pelukannya dari Anchilla.
Melihat tingkahnya yang aneh, Anchilla langsung menebak, "Astaga, De! Jangan bilang..."
Wajah Deandra kian memerah. Kini sudah seperti kepiting rebus saja.
"Hah? Jangan bilang lu punya rambut Skye?!" tanya Lizzie.
Deandra mengangguk perlahan.
"Ewwwww!!!!" seru beberapa gadis di ruangan itu.
"Woi, what the hell is wrong with you?" tanya Anchilla.
Flo, Lizzie, dan Anchilla menepuk jidat kembali. Kali ini Meili mengikuti menepuk jidat sembari berkata, "Kenapa gue bisa punya temen stalker kayak lu, De?"
"Bacot! Yang penting kan sekarang udah ada rambut Skye, udah ada susuk emas," balas Deandra berusaha menyelamatkan harga dirinya.
"Sekarang tinggal cari list barang lainnya di Alfamart."
Deandra menuruni kasur Flo. Ia merogoh kantung samping tas sekolahnya yang dirangkap sebagai tas menginap malam itu. Dari kantung itu, ia mengambil sebuah tabung reaksi yang ditutup dengan gumpalan kapas. Di dalam tabung reaksi itu, sebuah garis tipis berwarna hitam terlihat.
Keempat gadis lain masih menatap Deandra dengan raut muka jijik.
"I'm judging you, sis," kata Flo, "Tapi dia benar. Alfamart akan tutup satu jam lagi. Lebih baik kita turun sekarang."
Hati Anchilla menjadi lebih ringan. Keempat sahabatnya ini memang bisa membuat Anchilla lupa akan kesepiannya. Mereka tidak pernah membuat Anchilla merasa sendiri. Dengan kekonyolan, tingkah laku mereka yang terkadang terlampau bego, dengan ketulusan mereka.
Mereka selalu dapat membuat Anchila tersenyum.
Mereka dapat mengisi kekosongan sosok orang tua di hati Anchilla.
Itu cukup bagi Anchilla. Ia ingin momen kebersamaan ini tidak pernah berakhir.
Tetapi...
Everything ends... eventually....
Yess, ini bab 3 sebelumnya gue ubah jadi dua bab. Karena dapat feedback bagus kalau mau bikin novel yang fun dan humor jangan panjang-panjang ceritanya hehe...
Dan tenanggg aku tidak akan membuat cerita yang sedih kokk
Utamanya cerita ini tetap menjadi cerita yang lucu
Jangan lupa vote, comment, dan feedbacknyaa! Kalau ga Anchila tambah kesepian :((
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top