Bab 24: Pemeriksaan Fisik Paru
DEANDRA pikir dirinya sudah menjadi gila. Dia baru saja menangis di pundak pemuda yang ia sukai!
"Maaf ya," Deandra mendeham. Dia tidak mau menatap Skye. Matanya melompat mulai dari memandangi pemandangan di bawah gedung, hingga langit yang bercorak oranye, hingga beton alas atap itu. Awkwardd....
"It's fine," kata Skye dengan sebuah senyuman lembut.
"Gue bisa lihat perasaan lu sudah seperti tertimbun. Mengeluarkannya adalah hal terbaik."
Deandra tidak bisa menjawab pernyataan itu. Ia masih merasa malu karena tiba-tiba menangis. Kenapa sih gue ga bisa kontrol perasaan gue?
"Daripada lu pendam terus. Bayangin aja gelas kalau dituang air terus menerus, lama-lama akan menjadi berat dan gelas itu tentu akan terjatuh ke lantai dan pecah berkeping-keping."
"Lu lagi praktek pelajaran konseling ke gue?"
Skye tertawa mendegar pertanyaan Deandra. "Skeptik banget sih lu? Kalo iya, emang kenapa? Kan kita mempelajari banyak hal itu untuk dapat digunakan. Karena kita sudah diajari, saatnya menerapkan, bukan?"
Akhirnya Deandra melirik Skye. Ah, lesung pipinya gemas sekali. Deandra jadi ikut tersenyum.
"Smartass."
Waktu berlalu begitu cepat ketika kau menghabiskannya dengan orang yang membuatmu nyaman. Seharusnya terdapat 1440 menit dan 86400 detik dalam sehari. Tetapi duduk bersama Skye di atap, rasanya seperti tidak ada garis waktu sama sekali. Berbincang dengannya tentang ... apapun, entah itu game, masalah kuliah, peliharaan mereka masing-masing –semuanya dapat membuat waktu tak terasa.
Di atas atap gedung apartemen itu, Deandra merasa hanya ada mereka berdua di seluruh dunia. Tetapi cahaya mentari yang perlahan meredup, membuat Deandra akhirnya harus kembali menyadari eksistensi waktu di dunia selain mereka berdua.
"Shit!" Seru Deandra.
Meski Deandra tidak begitu bisa melihat wajah Skye karena kurangnya penerangan, ia dapat merasakan wajah Skye mengerutkan kedua alisnya.
"Besok kelas keterampilan kedua buat pemeriksaan paru-paru!" seru Deandra, "Gue belum hafalin langkah-langkahnya!"
Skye melirik jam di ponselnya, menunjukkan pukul 19.14. Lalu ia mengatakan suatu hal yang tidak terduga. "Latihan ama gue aja. Nanti lu bisa nginep bareng Flo di apartemen sebelah."
Otak Deandra serasa membeku sementara. Satu, lupakah Skye bahwa Deandra sedang memiliki hubungan yang tidak baik bersama sahabat-sahabatnya? Dua, latihan pada tubuh Skye?
Deandra bersyukur langit sore tidak begitu memberi kesempatan bagi Skye untuk melihat wajah Deandra yang sudah merona. Latihan pada tubuh Skye??
Oh ya, bagi pembaca yang bingung, pemeriksaan paru-paru membutuhkan pasien untuk membuka bajunya .... Jadi, kau sekarang mengerti mengapa Deandra tersipu, bukan?
"Lu y– yakin? D– di sini??" Deandra menggunakan terlalu banyak gerakan tangan hanya untuk menanyakan dua pertanyaan singkat itu. Ia salah tingkah. Dan entah kenapa Skye justru tertawa kecil melihat itu.
"Bisa masuk angin gue kalo buka baju di sini," kata Skye, "ke kamar gue lah."
"K– k– kamar l–lu??"
Skye semakin tertawa lepas melihat tingkah Deandra yang semakin 'salah.'
"Gue ga akan kunci kamarnya kok, kalo lu merasa ga nyaman berduaan doang dengan gue," kata Skye, "Tapi gue kaget sih. Lu ternyata ga percaya ama gue segitunya ya?" Meski cahaya sore semakiin temaram, senyum Skye yang mengembang dapat terlihat oleh Deandra.
Kok rasanya seperti Skye mempermainkan Deandra? Seakan pemuda itu sengaja ingin membuat Deandra semakin salah tingkah? Dan parahnya, hal itu berhasil.
"Bu– bukan begitu!! Gue cuma kaget aja ...."
"Kaget karena?"
"Ka– karena ... Gue cuma ga berpikir kalau lu tipe cowo yang sans kalo kamarnya dimasukin cewe."
"Sans aja sih gue. Memangnya otak lu mikirin apa sih? Lu pikir cewe ama cowo di satu ruangan yang sama cuma bisa melakukan satu hal doang? Justru pemikiran kayak gitu yang lebih mesum menurut gue."
Wait ... Apa Skye baru saja menyebut Deandra mesum?
"Shut up!" Deandra sedikit mendorong kedua pundak Skye karena kesal telah disebut mesum. Kemudian perempuan itu berdiri dan berjalan menuju pintu bangunan. Dia berhenti di depan pintu lalu berseru kepada Skye. "Come on Skye, we don't get all day!"
Pemuda itu tertawa terlebih dahulu sebelum akhirnya menyusul Deandra.
Mereka menaiki lift kembali menuju ke lantai tig, tempat kamar Skye berada. Sepanjang perjalanan, Deandra menelpon ibunya bahwa ia akan menginap di kamar Flo hari ini. Setelah sepuluh menit berdebat, akhirnya ibu Deandra mengiyakan. Tentu saja, Deandra tidak akan memberitahu bahwa sebelum ia menuju kamar Flo ia akan berduaan dengan Skye terlebih dahulu.
Oh, hmm ... sebenarnya Deandra ragu Flo akan menerimanya– Tidak sih, Deandra tahu Flo akan menerimanya untuk menginap meski hubungan mereka sedang tidak baiknya. Tapi itu masalah nanti saja. Deandra akan menghubungi Flo setelah ia selesai berlatih dengan Skye.
Dari luar, Deandra terlihat begitu tenang. Duduk bersimpuh di satu sudut kamar Skye. Ia berkata dengan tenang, "Pemeriksaan ini akan membutuhkan bapak untuk membuka baju, apakah itu tidak apa-apa, Pak?"
"Ya, tidak apa-apa," jawab Skye yang sedang berlakon sebagai pasien.
Kemudian Skye mulai membuka kancing kemejanya satu per satu. Entah kenapa, rasanya waktu melambat dan dunia terasa lebih panas 10 derajat dari normal. Deandra menelan ludahnya.
Kemeja itu Skye lempar ke sudut lain kamarnya. Lalu pemuda itu berbaring di atas lantai di depan Deandra. Sebuah bantal terletak di bawah kepalanya.
Dari luar, Deandra tersenyum sopan. Perempuan itu masih menampilkan persona dokter yang ramah yang akan melakukan pemeriksaan.
Nah, dari dalam, beginilah situasi Deandra sebenarnya:
HOLY SHIT!! HOLY SHITTT!! THIS IS A MAN'S BODYYY!!! OMOOOOOOOOO!!!!! Ya, ga six-packs kayak di film-film ... THIS IS A REAL MAN'S BODYY!! ASTAGA, TUBUHNYA MENGELUARKAN AURA PANAS WOIII ... SKYE SETENGAH TELANJANG DI DEPAN GUE. SKYE SETENGAH TELANJANG. SETENGAH TELANJANG. DAN GUE AKAN MENYENTUH KULITNYA LANGSUNG .... IHIKKKKKK
Kembali ke penampakan luar Deandra, Deandra meletakkan satu tangan kananya di atas dada Skye. Pandangannya ia pusatkan pada jam tangan di lengan kirinya. "Bernapas normal ya, Pak," kata Deandra, "Saya akan menghitung laju pernapasan bapak terlebih dahulu."
Selama satu menit, Deandra menahan lengannya di atas dada Skye. Ia tahu seharusnya ia menghitung berapa banyak Skye mengambil napas selama semenit namun ... pikiran Deandra terpenuhi dengan pemikiran-pemikiran lain:
IT'S HOTTT!! IT'S HOTTT!!! ASTAGA! Agak berkeringat dan ... sedikit berminyak juga. Wait ... apa itu mungkin karena Skye gugup juga?? Anyway, IT'S SUPEEERRR HOTT!!!!
Balik ke penampakan luar. "Laju pernapasan adalah dua belas kali per menit, termasuk normal."
"Berikutnya saya akan sedikit menekan dada bapak ya," kata Deandra. Dua tangan Deandra mulai menyentuh dada Skye mulai dari bagian atas dan secara runtun menurun hingga sedikit di atas perut. "Pemeriksaan general terkesan normal. Tidak ada pembengkakan, masa, perubahan warna kulit ketika dilihat dan diraba. Apakah terasa sakit pak ketika saya tekan?"
Skye menggeleng.
"Berikutnya saya akan memeriksa apakah ada krepitasi." Deandra memosisikan kedua tangannya seperti sedang membuat bayangan burung namun di atas dada Skye. Kedua tangannya terlihat begitu kecil di atas dada Skye. "Tolong ikuti kata saya, Pak. Tujuh-tujuh."
Skye mengikuti instruksi Deandra. Deandra mengulangi gerakan serta instruksi yang sama sebanyak tiga kali di bagian dada depan. Tiga kali di tempat yang berbeda untuk memastikan semua permukaan paru-paru sudah tercakupi.
Mari kita intip sekilas penampakan dalam diri Deandra:
HHHOOOOTTTT!!!! OH MY GOSH OH MY GOSH GUE LAGI NYENTUH DADA SKYE DUA TANGAN GUE LAGI NYENTUH-NYENTUH DADA SKYE OH MY GOSH I JUST TOUCHED HIS NIPPLES AAAHHHHHHHHHHHH IHIIIKKKKK–
"Getaran di kedua sisi terasa normal dan setara. Tidak terasa adanya krepitasi. Berikutnya saya akan melakukan perkusi secara general."
Deandra meletakkan tangan kirinya di atas dada bagian atas kanan Skye. Kemudian ia mengetuk jari tengahnya dengan jemari tengah tangan kanannya. Sebuah suara ... ya, mirip suara perkusi terdengar. Ia melakukan gerakan yang sama di dada bagian atas kiri lalu dengan runtun melakukan gerakan itu zig-zag hingga mencapai bagian dada bagian bawah kiri. "Hasil perkusi terdengar normal."
"Selanjutnya saya akan melakukan perkusi untuk menentukan batasan-batasan jantung. Mulai dari garis aksial kiri." Deandra melakukan gerakan perkusi tersebut menurun dari rusuk kedua dan mengulangi gerakan itu hingga suara yang muncul berubah dari redup menjadi timpani. "Batasan paru-paru dan lambung sudah ditemukan. Saya akan menaikkan dua jari lalu melakukan perkusi secara horizontal untuk mendapatkan batasan jantung kiri."
Masih melakukan gerakan yang sama, Deandra kini memperkusi secara horizontal. Sedikit demi sedikit mencapai bagian dada tengah Skye. Hingga suara yang terdengar kembali menjadi redup. Deandra menahan satu jari pada tempat suara itu berubah. Sementara satu jemarinya mulai menelusuri rusuk demi rusuk Skye untuk mengetahui batasan itu berada di rusuk ke berapa. Jemari Deandra memulai dari tulang klavikula Skye, kemudian menurun sedikit ia merasakan tulang rusuk kedua Skye, lalu ketiga, keempat, dan akhirnya kelima.
Deandra baru saja akan melaporkan tempat ditemukannya batasan kiri jantung ketika satu tangan Skye menangkup kedua tangan Deandra. Skye menekan kedua tangan Deandra di atas dadanya. Dan segala angka dan kalimat laporan yang sudah Deandra susun di kepalanya buyar begitu saja.
Gadis itu tidak tahu harus merespon apa. Kata-kata yang berteriak dalam kepalanya semakin kencang. Degup jantungnya seakan berlari dan deru napasnya menjadi sedikit tidak karuan. Ia perlahan melirik mata Skye yang terbaring. Manik mata pemuda itu menatap Deandra lurus. Deru napas Skye juga ... terlihat tidak karuan.
"Can you feel it?"
Di bawah telapaknya, Deandra dapat merasakan jantung Skye berdegup begitu vibran dan ... cepat. Batasan paling kiri jantung merupakan bilik kiri jantung, daerah terbesar jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh. Alhasil setiap pompaannya menghasilkan degupan jantung yang dapat dengan mudahnya terasa.
"Degup jantung di apeks terasa kuat, seirama ... tapi terlalu cepat ...," kata Deandra akhirnya.
Skye tersenyum mendengar itu. "Gue perlu kasih tahu lu sesuatu."
ASTAGAASTAGAASTAGAASTAGAASTAGAASTAGAASTAGAASTAGAASTAGAASTAGAASTAGAASTAGA
Deandra tidak berani menanyakan 'apa?' Mulut gadis itu seakan sudah menjadi beku. Sekujur tubuhnya serasa membeku. Kupu-kupu serasa telah terbang memasuki perut Deandra saat itu juga. Ia mengantisipasi penuh harap akan pernyataan Skye berikutnya ... meski ia juga takut dan khawatir. Oh, perasaannya sangat campur aduk!
"Gue–"
Tepat saat itu, dering ponsel Deandra berbunyi. Untuk sementara, hanya keheningan yang ada di antara mereka. Deandra tetap pada posisinya. Ia tentu tidak akan membiarkan panggilan siapapun itu mengganggu momennya dengan Skye.
"Lu ga mau angkat itu?"
Deandra menggeleng. Mungkin terlalu cepat.
Skye tersenyum melihat itu. "Gue cuma mau bilang–"
Ponsel Deandra berdering kembali.
"Mungkin sebaiknya lu angkat dulu. Sepertinya penting."
Deandra mengerang tidak suka. Dengan kasar ia mengambil ponselnya dan melihat siapa orang yang berani-beraninya mengganggu.
Mama Anchilla is calling
Ngapain mama-nya Anchilla, Tante Idris, nelpon gue?
Dengan enggan juga masih kesal, Deandra mengangkat panggilan itu. "Halo, tante?"
"Deandra, maaf yaa nelpon tiba-tiba. Kamu liat Anchilla ga yaa?" Suara Tante Idris terdengar panik, membuat Deandra merasa sesuatu telah berlangsung salah.
Anchilla?
"Engga, tante. Saya bel–"
"Anchilla kabur dari rumah," Tante Idris mulai menangis. "Kamu tahu ga kira-kira dia akan ke mana? Tante khawatir banget ka– karena Anchilla ninggalin pesan ...."
Deandra mematung sementara Tante Idris membacakan isi pesan dari Anchilla untuk kedua orang tuanya. Kemudian Tante Idris menghentikan panggilan karena akan berusaha mencari Anchilla lagi. Deandra berjanji akan menelpon Tante Idris bila mengetahui sesuatu.
Saat itulah, Deandra melihat notifikasi ponselnya. Terdapat satu pesan dari Anchilla di grup persahabatan mereka.
Enggak ... Enggak mungkin ...
Melihat Deandra yang seketika menjadi pucat pasi, Skye menanyakan ada apa. Namun saat itu juga Deandra terlalu panik untuk menanggapi Skye. "Aku harus pergi. Sorry, Skye." Dengan cepat, Deandra mengemas tasnya dan berlari keluar dari kamar Skye yang tidak dikunci. Ia memencet tombol lift apartemen. Untuk terakhir kalinya ia menatap Skye, sudah berpakaian kembali di depan pintunya.
Pemuda itu mengkhawatirkan Deandra. Fakta itu membuat hati Deandra seperti tertusuk. Tetapi ketika pintu elevator terbuka, Deandra melangkah masuk. Lalu menghilang dari pandangan Skye.
We are nearing the end KWKWKW
Kalau suka jangan lupa vote yaa <33
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top