Bab 11: Plan A - FAILED!

LIZZIE merasa sangat tidak nyaman. Jarinya bergemetar di atas layar ponselnya. Keringat dingin mulai menuruni dahi. 

Apa ini? Situasi apa ini? Kenapa gue harus gini?

Ia mengangkat wajahnya melihat keempat sahabatnya. Mereka kini mengerumuni ponsel Lizzie. Di belakang mereka, seorang bocah tengik tersenyum licik. 

Bibir Renald tersungging sembari berkata, "Mau sampai kapan diliatin doang?"

Lizzie menghela napas. 

Terpampang di layar ponselnya adalah sebuah gambar poster digital yang sudah dibuat oleh Nana. Poster itu ... menggelikan ... juga mengerikan. Gambar aib Skye terpampang jelas dibuat seperti meme.

"Apa mau kuganti desainnya?" tanya Nana. Wajah gadis itu polos. Jelas ia hanya ingin membantu. Lizzie curiga kenapa gadis itu mau berteman dengan Renald. 

Untuk menjawab mata Nana yang membesar penuh antisipasi, Lizzie menggelengkan kepalanya. Seakan mengatakan desainnya sudah sangat bagus. Untuk seorang yang polos, desain Nana dapat menghancurkan seseorang. 

Lizzie menelan ludahnya. Tenggorokannya menjadi kering seketika. "Tinggal gue upload dan tag Skye, kan?"

Renald mengangguk. 

"Lu yakin Skye bisa benci Lizzie dengan cara ini?" tanya Flo. 

Bocah berjiwa abstrak itu kembali mengangguk. "Salah satu yang Skye tidak sukai adalah publisitas. Jadi cara terbaik adalah sebar foto aibnya dan jatuhkan imej miliknya di sosial media."

"Tapi kan Skye ga gitu punya imej dari awal ...," kata Meili sambil berpikir, "Keberadaannya ga gitu terasa. Dia ga gitu terli–"

"Ugh!" Perkataan Meili terpotong oleh rasa sakit di bawah rusuknya. Deandra baru saja menyikut Meili. Kemudian Deandra memasang tatapan tajam pada Meili.

Lizzie mendecih melihat hal itu. "Tch." 

Tuh cewek kalau udah soal Skye seperti sudah kehilangan akal.

"Ayo!" Seru Renald kembali, "Kapan lu mau pencet, sih?"

Akhirnya Lizzie memusatkan perhatian pada layar ponselnya kembali. Jempolnya hanya tinggal satu sentimeter dari lambang 'send.' Ia hanya perlu menurunkan jarinya itu dan menunggu hasilnya. Ia hanya perl–

Aishhh!!! Kalau Skye marah gimana? Kalau dia sedih gimana?

Lizzie menatap teman-temannya lagi. Flo dan Meili seperti biasa terlihat tertarik, mereka penasaran dengan ini semua. Dua gadis gila itu melihat ini sebagai permainan! Anchilla tak terbaca ekspresinya. Dan Deandra ...

Pasti tuh cewek seneng karena Skye ga akan benci dia ... Tapi Skye bakal benci gue ... Gimana dong? Kok gue ga mau Skye benci gue? Eh, kan ga adil yaa ... Masa gue dibenci Skye biar Deandra bisa terus suka sama Skye? Kan rugi di gue ga sih? Lagian gue kan lagi suka sam–

ASTAGA!! TIDAK TIDAK TIDAK!!!

Tanpa peringatan, Lizzie menggelengkan kepalanya dengan keras. Keempat sahabatnya melihat Lizzie dengan tatapan bingung. 

GUE GA SUKA SAMA SKYE! GUS HARUS KUAT. GUE HARUS MELAKUKAN INI!

"Liz ... Lu ga papa?" tanya Deandra khawatir.

KEPALA LU GUE GA PAPA! Hati gue sakit mau dibenci sama orang yang gue suk–

STAPPHHH!!! ARRGGGHHHH!! Hatiku, kau harus ingat lu suka sama Skye karena santet. Perasaan itu fana. Jangan terlena!

Karena Lizzie tidak memberikan jawaban, Meili ikut bertanya karena khawatir, "Lu takut imej lu jadi jelek ya?"

"Tenang aja! Yang lain bakal lihat ini sebagai prank biasa kok. They won't bat an eyelash. Cuma Skye yang bakal kesel aja." Bukannya Lizzie yang menjawab Meili, tapi Renald.

PRANK BIASA MY ASS! Jelas-jelas ini bakal bikin imej gue hancur. Orang bakal mulai melihat gue sebagai orang yang licik.

Lizzie memincingkan matanya pada Renald. 

Dasar B*****an S*********h Prick S***H*** B******* A******, kutukan yang keluar satu per satu di kepala Lizzie seperti tiada akhirnya. Otaknya mengeluarkan semua kata kasar dan kata kebun binatang dalam beragam bahasa. 

Renald sepertinya mengetahui jalan pikiran Lizzie. Pria itu tersenyum lebih lebar. Matanya seakan bersinar. Ia seperti senang melihat Lizzie dilema. 

"Gak papa kok," jawab Lizzie lemah, "... gue merasa ga gitu rela aja ...?"

"Gak rela karena?" tanya Anchilla.

Gue harus melakukan ini. Take one for the team! Meski hati gue sakit, habis ini ketika efek santetnya reda hati gue bisa kembali tenang. No distraction, no Skye, bye bye....

Ketika Lizzie tidak menjawab, keempat sahabatnya menjadi cemas. Tapi dengan cepat Lizzie tersenyum kecil. "Beneran kok," katanya. Entah kenapa suaranya terdengar sedikit sedih. Sebelum ada yang sempat menanyakan kenapa, jempol Lizzie sudah menekan tombol 'send.' 

Sebuah lambang bulat putih berputar di tengah layar ponsel Lizzie. Tak lama poster itu sudah terpajang di story instagram Lizzie. Akun instagram Lizzie termasuk besar, dengan jumlah pengikut 900-an orang. Dan kebanyakan interaksi yang dilakukan Lizzie adalah dari story-nya.

Kini Lizzie telah memuat foto aib Skye dan tag akun instagram Skye. Meski Skye terkenal tidak pernah membuka akun instagram miliknya ... mereka yakin teman-teman yang lain akan memberitahukan Skye mengenai hal ini. 

Lizzie menghela napasnya. 

Sial.

Rasa sakitnya lebih dalam dari yang akan ia kira. Jemarinya sangat gatal untuk menghapus postingannya. Dan ia mulai merasakan matanya memanas. Bulis-bulir air mengancam turun. 

"Gitu aja, apa susahnya sih?" tanya Renald dengan jenaka.  

Lizzie tidak ada tenaga untuk menjawab pria berjiwa abstrak itu. "Ah, gue perlu ke toilet bentar," kata Lizzie dengan suara pelan. Tanpa berhenti untuk mendengar siapapun, ia langsung menuju toilet. Ia mengunci dirinya di salah satu kubikel. 

Sial. Kenapa sesakit ini?

Lizzie melihat story di instagramnya kembali. Dalam hitungan menit sudah ada penonton sebanyak 20-an orang. Jemarinya mencoba menekan tanda 'X' di pojok kiri atas, berusaha menghapus postingannya. Tetapi kamar mandi di gedung itu terkenal tidak memiliki jaringan. Ia menekan tanda 'X' itu berkali-kali dan setiap kali kotak peringatan bertuliskan 'You are not connected to the internet' muncul. 

Akhirnya Lizzie menyerah. Ia mengantongkan telpon genggamnya di saku celana. Lalu ia menggigit satu tangannya sementara bulir air mata jatuh di pipinya. 

Kacau. Kalau tahu menyukai seseorang bisa sesakit ini, gue ga mau merasakannya lagi.

AWALNYA Renald penasaran. Baru kali ini ada yang meminta bantuannya untuk membangkitkan kebencian seseorang. Meski suka bergurau dan melakukan prank, Renald tidak pernah benar-benar dibenci–

Ya, kecuali suatu saat ketika ia pernah ditonjok. Tapi dengan cepat ia berbaikan dengan orang itu. 

Manusia itu aneh. Ketika dijahili, mereka melihat suasana keramaian terlebih dahulu. Bila orang lain tertawa dan merasa santai, mereka akan lebih mungkin untuk menganggap kejahilan itu sebagai hal yang jenaka dan bukannya menghina. Ada orang yang suka menjahili orang untuk kesenangan dan ada orang yang tidak masalah dijadikan 'korban' hanya untuk merasakan kebersamaan. Anehnya lagi, manusia merasa dekat dengan satu sama lain bila sudah dapat menjahili satu sama lain.

Jadi, Renald penasaran untuk mengetahui kenapa lima gadis itu ingin membuat Skye membenci salah satu dari mereka. Oh, koreksi, membenci empat gadis. Entah kenapa, Deandra tidak diikutkan sebagai pilihan untuk dibenci Skye.

Mencurigakan sekali, bukan?

Meski ia tidak teman-baik-selamanya dengan Skye, ia menghabiskan banyak waktu dengannya karena mereka banyak memainkan permainan yang sama. Mulai dari permainan online hingga board game

Renald juga suka sifat Skye yang sangat santai. Ia tahu Skye bukanlah orang yang menonjol, Skye adalah orang biasa saja. Ia juga tidak memiliki banyak teman. Tidak banyak yang memperhatikan dirinya. 

Jadi ketika melihat tidak hanya satu atau dua, tapi lima gadis sekaligus mendatangi Renald soal Skye ... Renald jadi berpikir, apa Skye akhirnya menggunakan sihir?

Renald tahu terkadang orang melakukan hal yang berlawanan dari yang mereka rasakan. Contohnya ketika menyukai seseorang, tak sedikit orang yang justru akan menjauhkan orang yang mereka sukai. 

Apa mereka juga begitu? Berusaha membuat Skye benci mereka supaya Skye mulai memperhatikan mereka? Tapi ... lima gadis sekaligus?

Sebelumnya, Renald sudah tahu bahwa Deandra menyukai Skye. Matanya sudah berkali-kali melihat Deandra terang-terangan melirik Skye di siang bolong. Gadis itu juga seringkali duduk di samping Skye atau menggunakan banyak alasan untuk kerja di kepanitiaan yang sama dengan Skye. Tapi ia tak pernah berpikir bahwa keempat sahabat Deandraa juga akan menyukai Skye.

Gila ... sihir apaan nih?

Maka ia menerima tawaran mereka. Apalagi setelah percakapannya dengan Lizzie. Gadis yang tatapannya seakan ingin menonjok Renald. 

Pfft ... Renald tertawa dalam hati. Manusia memang aneh, tapi terkadang lucu juga.

Ia semakin penasaran untuk melihat misi mereka berjalan. Terutama, ia penasaran dengan ekspresi apa yang akan dibuat oleh Lizzie. Ia mengira gadis itu akan tertawa, atau mulai menunjukkan sifat liciknya. Atau mungkin menunjukkan sifat kompleksnya yang senang Skye akan mulai memperhatikannya dalam kebencian ... mungkin saja gadis itu psikopat.

Tapi tak pernah ia mengira akan melihat Lizzie... sedih. Gadis itu tentu saja memasang wajah netral. Namun sekilas ketika gadis itu menuju toilet, Renald melihat raut wajahnya yang tidak dilihat orang lain. 

Itu adalah raut wajah yang kesakitan.

Tapi mengapa? Renald menjadi bingung.

Ia terus memikirkannya hari itu. Ketika pulang, ia perlu memeriksa keadaan Skye. Karena mereka bersemayam di apartemen yang sama selama masa kuliah, Renald hanya perlu mengunjungi lantainya. 

Skye langsung menyuruhnya masuk dengan senang. Mereka bermain satu game online terlebih dahulu sebelum akhirnya Renald bertanya.

"Skye, lu udah lihat instagram belum?"

"Hm?"

"Coba lihat deh."

Skye yang bingung langsung mengambil ponselnya. Jutaan notifikasi membanjiri layar ponselnya tapi ia tidak pernah membacanya. Ia 'menyaring' mana yang perlu dibaca dan mana yang tidak. Baginya, yang perlu dibaca hanyalah topik akademis, ajakan bermain, dan meski jarang, tugas kepanitiaan. 

Sekarangpun ia menghiraukan notifikasi itu dan hanya langsung membuka instagram. Ternyata seseorang telah meng-tag dirinya di story instagram. Ia membuka story itu dan kedua matanya membulat.

"What the hell???"

Lizzie telah menyebarkan foto Skye yang sedang tertidur di kelas di samping dosen. Ada tulisan meme di bawahnya. 

Renald menantikan amarah atau kekesalan muncul dari Skye. Tapi pemuda itu hanya menatap layar ponsel dan memainkan story itu berulang kali. 

"Gue ga tahu Lizzie foto gue diem-diem ..." Nada yang dipakai Skye terdengar ... lembut.

"Apa?" tanya Renald tidak percaya melihat respon Skye. 

Wajah Skye tetap netral lalu ia mematikan layar ponselnya dan melemparkan ponsel ke atas kasur. 

"Lu ga merasa kesal atau marah ...?"

Skye mendelikkan bahunya. Renald tahu sikap itu. Sikap acuh tak acuh. 

Ternyata rencana ini tidak berhasil. 


HHHHMMMMMMM.....

Ga tau ah, kenapa gue bikin ada chemistry antara Renald Lizzie yak? Padahal tidak bermaksud... tapi flownya enak jadi gue ikutin aja


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top