Bab 1: Deandra


ADA dua hal yang Deandra pelajari semenjak memasuki jurusan kedokteran di universitas negeri ternama. Satu, jangan pernah menganggap diri lebih baik dari orang lain. Sekali dirimu merasa nyaman dan tidak mengasah kemampuan otak, orang lain pasti sudah akan mendahuluimu. 

Memang anak-anak kedokteran terkenal kompetitif. Deandra sendiri tidak melihat hal ini sebagai hal negatif. Sifat kompetitif dan ambisi merupakan alat yang terus mendorong setiap mahasiswa untuk menjadi versi diri mereka yang lebih baik. Deandra sendiri sadar bahwa tidak ada kemajuan sains tanpa dua sifat yang sering kali dikonotasikan dengan negatif itu. 

Hal kedua adalah, jangan pernah percaya bila seseorang berkata lima hari sebelum ujian ia belum belajar. Ini adalah kesukaan para mahasiswa kedokteran, menyebarkan informasi kepada semua orang bahwa dirinya belum belajar sama sekali. Padahal di balik omongannya, orang itu justru sudah siang malam mengebut materi ujian tanpa ampun. 

Lagi-lagi hal itu bukanlah sesuatu yang negatif bagi Deandra. Hanya saja mahasiswa-mahasiswa kedokteran seringkali menganggap bahwa membaca bahan kuliah sekali termasuk belum belajar. Dan, mahasiswa kedokteran memiliki harga diri yang tinggi. Bila mereka mempamorkan pada semua orang bahwa dirinya sudah belajar, namun ketika ulangan ia kesusahan, itu akan menjadi tusukan bagi harga dirinya. 

Oleh karena itu mahasiswa kedokteran lebih senang berkata, "Masih belum mengerti," atau, "Masih belum belajar nih."

Tidak hanya pada ujian, hal ini juga berlaku dalam segala keahlian yang dimiliki para mahasiswa kedokteran. Baik dalam bermain game, hobi artistik seperti menyanyi, menari, menggambar, hingga kemampuan fotografi. Secara diam-diam mengasah kemampuan, tetapi di publik selalu merendah, menyembunyikan kemampuan asli mereka. 

Bahkan hal ini juga berlaku pada masalah percintaan. Contoh saja Deandra. 

Dalam diam ia menyimpan bara api cinta kepada seorang sosok pemuda bernama Skye. Tetapi selama tiga tahun Deandra tidak pernah mencoba mendekati ataupun membocorkan perasaannya di luar grup sahabatnya. 

Skye adalah sesama mahasiswa kedokteran. Tidak, ia tidak ganteng atau keren. Di antara mahasiswa kedokteran bisa dibilang ia biasa-biasa saja dalam hal kepintaran. Ia hanyalah pemuda biasa. Tidak mencolok. Bila dikonotasikan dengan warna, ia adalah warna krem. 

Jujur, Deandra sendiri tidak tahu kenapa tertarik kepada Skye. Hanya saja bagi Deandra Skye adalah sosok yang sangat imut. Pria itu selalu mencukur bersih kumis dan jenggotnya, mukanya sedikit bulat. Ia pun memakai kacamata sehingga penampilannya seperti pria nerdy yang imut. Sebuah lesung pipi terdapat di pipi kanannya setiap kali ia tersenyum. 

Ah, pokoknya Skye adalah pria tergemas yang Deandra pernah lihat semenjak hari pertama masuk kuliah. 

Entah sejak kapan, Deandra mulai terus memperhatikan Skye. Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Akhirnya, genaplah tiga tahun Deandra memerhatikan Skye. 

Hari ini pun tidak berbeda. Ketika Deandra memasuki kelas, ia sudah melihat para sahabatnya duduk satu baris. Terkecuali Lizzie yang duduk agak di depan karena dia adalah juru catat kuliah pagi ini. Kelas Deandra membentuk seksi pendidikan di mana mereka akan mengatur jadwal agar setiap mahasiswa kebagian jatah untuk menjadi juru catat. Catatan yang mereka buat akan disebar ke satu kelas. Hal ini memungkinkan para mahasiswa untuk membolos kelas ataupun tidak memerhatikan di kelas. 

Seperti rumah sakit, kelas itu serba putih. Tembok dan lantai berwarna putih. Papan dan layar projektor berwarna putih. Bangku berwarna hitam namun meja lipat yang menempel pada bangku berwarna putih. 

Setiap mahasiswa berpakaian selayaknya karyawan kantor. Namun ini adalah kode etik cara berpakaian di jurusan mereka. Setiap mahasiswa dilatih untuk berpakaian secara formal dan profesional. Berarti tidak boleh jeans, tidak boleh baju tanpa lengan, tidak boleh mencat rambut yang bukan warna natural, tidak boleh mengenakan sandal. 

Deandra sengaja duduk agak di belakang karena ia masih mengantuk dan merasa tidak akan bisa mencerna kuliah pagi dengan baik. 

Atau begitulah alasan yang ia katakan pada dirinya sendiri... karena ia tidak duduk di samping Anchilla, Meili, atau Flo yang juga duduk agak di belakang. Ia justru duduk di barisan belakang mereka. Di samping tempat duduk Deandra, sebuah tas Jansportsac berwarna hitam terduduk. 

Meili langsung memutar tubuhnya menghadap Deandra, satu tangan ia letakkan di samping mulut. 

"Cieee..." bisik perempuan bermata oriental itu. Keempat sahabat Deandra sudah terlalu sering mendengar curhatan Deandra mengenai Skye. Sampai-sampai mereka hafal dengan tas yang dibawa oleh Skye. 

Pipi Deandra sedikit merona. Ia tersenyum malu, namun hatinya kegirangan karena tumben sekali ia memiliki kesempatan seperti ini. Biasanya Skye datang pas-pasan dengan jam mulai kuliah sehingga ia harus mengambil kursi yang tersisa –kebanyakan di bagian tengah. 

Flo pun memutar badannya pula. 

"Sikat, De," kata gadis berambut pendek itu. 

Deandra sendiri memiliki rambut sebahu, namun ia tidak pernah memiliki kepercayaan diri untuk memiliki rambut sependek Flo. Gadis di depannya itu memang selalu tampil percaya diri. Ia tahu dirinya cantik, dan tahu apa yang harus dilakukan untuk mempercantik diri. 

Anchilla juga ikut memutar badannya. 

"Kesempatan jangan dibuang," kata gadis paling pintar di antara mereka sambil tertawa. 

Lizzie yang duduk agak jauh dari mereka pun tak mau ketinggalan pembicaraan mereka. Sebuah notifikasi muncul ketika Deandra membuka laptopnya. 

'Wiii akhirnya setelah tiga tahun bisa dimulai juga kisah romansa Deandra dan Skye wkwkwk... udah mulai bosen gw nungguin kapan mulainya,' ketik Lizzie. 

'Engga woii... gue ga suka Skye segitunya,' tulis Deandra di aplikasi chat mereka, 'Gue cuma kagum aja kokk!'

Anchila, Meili, dan Flo berusaha menahan tawa mereka di depan Deandra. Melihat itu pipi Deandra bersemu merah kembali. 

'Halah!' Suara notifikasi muncul menyertakan pesan yang dikirim Lizzie. 

'Lu udah "kagum" ama tuh orang selama tiga tahun. By this point udah bisa dibilang cinta ga sih?' Ketik Flo melalui laptopnya. 

'Enggaaa!' Balas Deandra yang sekarang juga sudah membuka laptopnya, 'Bukan cinta! Suka ajaa.'

'Suka bisa selama tiga tahun, kocak,' Meili menimpali di aplikasi chat, 'Sering bilang mau move on tapi gagal terus. Apa lagi kalau bukan falling in love namanya?'

'Kita berempat udah jadi saksi dari tiga tahun yang lalu. You cannot lie from us,' ketik Anchila. 

Seketika itu juga sosok Skye muncul dari pintu kelas. Ia mengenakan kemeja kotak-kotak biru dan celana hitam panjang. Ia tinggi, dan ini salah satu alasan mengapa Deandra menyukainya. Karena tubuh Deandra cukup tinggi sehingga sulit mencari pria yang lebih tinggi darinya. Kaca matanya yang kotak justru membuat tatapannya menusuk –bagi Deandra. Ia langsung mengetik di laptopnya, 'Tatapannya hari ini pierces my soul, gaiz

Lizzie dan Anchila langsung membalas dengan mengirimkan stiker muntah. Ketika Skye sampai di tempat duduk samping Deandra, grup chat mereka sudah tertimbun oleh stiker. Ini adalah taktik agar tidak ada orang yang membaca pesan di grup mereka. 

"Kesamber apa lu tiba-tiba dateng pagi?" Tanya Deandra sebagai bentuk sapaan. 

Skye tertawa kecil. Bagi Deandra senyumannya sangatlah manis. 

"Lagi bangun pagi aja hehe," jawab Skye. Ia menurunkan tas hitamnya dari kursi kemudian menempati tempat duduk di samping Deandra. 

Mereka masih memiliki sepuluh menit sebelum kelas dimulai. Itu pun kalau dosen tidak terlambat. 

"Main?" Ajak Deandra. 

Deandra senang bermain game. Apalagi ketika mengetahui Skye senang bermain Mobile Legend, gadis berkulit sawo matang ini senantiasa menekuni permainan itu. Ia pun meracuni Anchila dan Lizzie untuk bermain game yang sama. 

"Yuk!" Jawab Skye. 

Deandra langsung mengetik di grup chat, 'Chil, Liz, main?' 

'Ok!' keduanya menjawab. 

'Btw, sebelum kalian main, girls night kita hari ini jadi kan?' Tanya Flo. 

'Jadi dong!!!' Jawab Meili mantap. Deandra, Anchila, dan Lizzie turut menjawab menggunakan stiker.



Tak terduga, hari itu akan menjadi hari terakhir Deandra dan teman-temannya berinteraksi secara normal. 

Hari terakhir sebelum persahabatan mereka akan diuji.



Jeng jeng jeng! HAHAHHA 

I had so much fun bikin cerita ini. Beberapa cerita ini beneran terjadi di kehidupan sehari-hari gue jadii gue harap bisa relatable ke kalian semua

Jangan lupa vote, comment, dan feedback nya!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top