-Prolog-


Ini kesekian kalinya gadis bermata bening itu harus menemukan apartemen kekasihnya yang berantakan. Ia mendesah sebelum mengalah untuk meraih keranjang sampah di pantry, memunguti kaleng soda yang kosong, dan beberapa bungkus camilan di meja. Abu rokok tampak berserak di sisi asbak kaca.

Usai menyisihkan sampah, ia juga meraih kemeja lusuh dan celana jins belel di sandaran kursi. Sania—nama gadis berusia 24 tahun itu—hampir beranjak membawa pakaian itu ke keranjang pakaian kotor ketika tak sengaja ujung kaki telanjangnya menginjak sesuatu. Gaun berlapis sifon putih yang lembut.

Kelopak berbulu mata lentik gadis itu mengerjap. Ia ragu mengenali floral dress yang tergeletak tepat di sisi kaki sofa. Yang Sania ingat, ia punya gaun sama persis. Kado ulang tahun dari seseorang yang disayanginya.

Namun, sekelebat prasangka yang mengaduk dada sampai bergemuruh ia tepis cepat-cepat.

Sania meraih pakaian wanita itu. Tepat ketika kain itu terangkat, sebuah bungkus merah berbahan plastik tertinggal di sana. Ia bukan gadis remaja belasan tahun yang tak tahu apa-apa. Siapa pun sejak menginjak usia dewasa akan paham plastik persegi bergerigi yang sudah dirobek itu untuk apa setelah membaca tulisan dalam kemasan itu.

"Con—"

"Ahh!"

Sania berjengit begitu suara desah perempuan terdengar. Tubuhnya gemetar bersamaan dengan pakaian dalam cekalannya berjatuhan kembali ke lantai berlapis karpet cokelat tua. Lalu, suara desah dari kamar yang sedikit terbuka itu membuatnya refleks menutup kedua daun telinga. Dadanya berdegup kencang. Riak di pelupuk menembus dinding pertahanan.

Bayangan kengerian bertahun-tahun lalu mendadak bermunculan, mendesak-desak dadanya sampai sesak. Ia berjongkok, semakin merapatkan telapak tangan ke sisi telinga. Tak kuat menahan gemuruh dada yang membuat jantung semakin nyeri, Sania bangkit dan berlari keluar.

Gelas kaca terpelanting ke lantai ketika gadis berkaus kuning kunyit itu tak sengaja menendang kaki meja. Terburai menjadi serpihan kecil bercampur air mineral yang tersisa setengah. Namun, ia tak peduli lagi. Dengan kaki yang terpincang-pincang, gadis itu terus berlari, menginjak pecahan beling, mengabaikan rasa panas dan perih di telapak kakinya.

Tepat ketika ia berhasil keluar dari apartemen satu kamar itu, pria itu memanggilnya tergesa. Mengejar sampai keluar dari unit apartemen. Sayang, kondisi tubuh yang shirtless masih mampu membuat laki-laki berambut berantakan itu tahu diri untuk tak mengejar lebih jauh.

***

(07-09-2023)

===❤❤❤===

Hai. selamat datang di rumah baru, tokoh baru, cerita baruuuu!

Jadi, ini ide cerita udah ketahan sejak lama. Pasti ada yang kenal sama Sania kalau kalian baca cerita aku yang ada di Fizzo. Yup, Sania itu sepupu Narendra Abirama!

Di lapak Fizzo banyak yang tanya nasib Sania sama Raina gimana? Aku jawab di sini. 😁

Coba tebak, Sania bakalan aku jodohin sama siapa? 😂

Oke, terima kasih buat kamu yang mau mampir baca. Jangan lupa vote dan komen. 😘

Buat yang nggak sabaran mau baca cepat, seperti biasa, kalian bisa dukung aku di KaryaKarsa. Di sana udah sampai part 3. Nggak ada pemaksaan. Mau bersabar menunggu update di sini boleh. Mau lari ke KaryaKarsa juga boleh banget dan terima kasih sekali. :)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top