Prolog
Deras hujan lengkap dengan gemuruh petir menjadi instrumen pengiring malam ini. Tepat di lantai dua sebuah rumah bertingkat, seorang wanita dengan perut besar tanpa busana berteriak kesakitan. Ia tampak lusuh penuh dengan keringat.
Wanita itu berbaring di atas ranjang di kelilingi delapan orang berjubah hitam yang berdiri mengisi setiap sisinya. Orang-orang itu menggumamkan doa-doa untuk si wanita yang berada di tengah-tengah mereka.
Tepat di bawah ranjang, ada sebuah gambar lingkaran dengan simbol-simbol rumit berwarna merah.
Krieeet ...
Suara decit pintu yang terbuka tak mengganggu kekhusyukan para perapal doa tersebut. Seorang pria berjubah merah mengenakan topeng kepala kambing penuh darah masuk ke dalam ruangan. Ia berjalan hingga posisinya berada di ujung ranjang, tepat di kaki si wanita. Pria itu menyentuh kaki si wanita dengan lembut lalu melebarkannya.
"Hmpph ... aaaaarghh!" jerit wanita itu memenuhi seisi ruangan ketika pria tersebut tiba-tiba mengelus perutnya. Rasanya janin di rahimnya sedang menerobos keluar. Ia berusaha sekuat tenaga menahan rasa sakit itu.
Tak lama berselang, terdengar suara tangisan bayi. Sebuah tangis yang mangheningkan malam, tangisan yang meredam doa-doa para manusia berjubah hitam. Kini hanya terdengar suara tangis itu di tengah lebatnya badai.
Pria berjubah merah memutus tali rahim, lalu menggendong anak yang berlumuran darah tersebut dan mengangkatnya tinggi-tinggi.
"Kelak anak ini akan menjadi pembawa lentera," ucapnya.
Saat ini di dalam ruangan itu hanya ada pria berjubah merah, si wanita yang sedang terengah-engah, dan bayinya yang menangis. Manusia-manusia berjubah hitam yang sedari tadi ramai menggumamkan doa sudah menghilang tanpa jejak.
Petir menggelegar dan kilatnya menyinari gelap malam. Begitu cahaya kilat menghilang ... sosok pria berjubah merah itu juga ikut menghilang, menyisakan seorang Ibu dan bayinya yang baru saja lahir malam itu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top