6 Bulan Kemudian

Yasril menarik napas dalam, berusaha meraup udara sebanyak-banyaknya. Berharap tindakan tersebut dapat memberi ketenteraman. Cuaca Minggu pagi ini sungguh terasa hangat dan cerah. Namun, tak membuat detak jantungnya tenang, dan justru semakin aktif dari detik ke detik.

Sekian waktu telah berlalu usai dia mengirimkan Yumna surat pertama dan terakhir kalinya sampai saat ini. Banyak hal terjadi dalam kurun waktu sesingkat itu. Sebagian membahagiakan, sisanya masih mengandung kesedihan.

Begitulah hidup, tidak ada yang abadi. Kebahagiaan dan kesedihan datang silih berganti. Sebagaimana siang dan malam, pasang surut air laut, kelahiran dan kematian, semua itu merupakan komponen dari siklus alam.

Kabar membahagiakan salah satunya datang dari pasangan Kafka dan Kania. Tiga bulan yang lalu mereka meresmikan hubungan. Pernikahan keduanya sangat meriah.

Yasril datang ke pesta bersama Raza. Tak pelak membuat segelintir orang berkomentar resek. Untungnya mereka sudah biasa, serta-merta hanya menanggapi dengan canda.

Kabar bahagia selanjutnya datang dari kawan lain. Setelah melewati masa pendekatan, Raza akhirnya memantapkan niat. Bertepatan dengan libur lebaran lalu, dia dan orang tuanya mengunjungi kediaman Yusra.

Boleh dibilang, mereka tidak membutuhkan waktu lama untuk yakin terhadap satu sama lain. Mereka bahkan akan melangsungkan pernikahan dalam tiga bulan ke depan. Tentu, acara sakral itu akan berlangsung di kediaman calon mempelai wanita.

Kali ini, Yasril tidak mungkin datang sendiri. Dia pun tak bisa lagi beralasan sibuk sehingga melewatkan satu momen penting di sekelilingnya. Kealpaannya di kampung halaman tahun ini bahkan mengundang tanda tanya. Tidak biasanya dia absen dari mudik lebaran.

Sejauh ini, Yasril cukup berhasil menyamarkan detail kondisi mereka pada keluarga besar. Yusra ternyata sangat dapat diandalkan. Gadis itu bertindak sesuai apa yang dia katakan tempo lalu.

Biaya pengobatan Yumna sebagian besar ditanggung oleh orang tuanya. Berdasarkan informasi dari perawat, kondisi perempuan itu mengalami peningkatan meski terbilang lambat. Dia sudah bisa merespon rangsangan secara normal.

Yasril sendiri harus menjalani sesi konseling. Kini, luka di hatinya perlahan memudar. Belum sembuh secara total, tetapi mampu memulihkan keberanian Yasril untuk kembali menetap di apartemen.

Hal-hal baik terus berdatangan secara perlahan. Lantas, mengikis rasa frustrasi yang mendera sedemikian parah. Menyatukan kembali keping-keping hati yang terburai. Membawa mereka menuju pusaran kerelaan dan penerimaan.

Hasilnya, tidak terlalu mengejutkan ketika momen semacam ini akhirnya tiba jua. Tatkala mereka memutuskan untuk menyelesaikan apa yang telah lama tertunda. Tatkala dia dan Yumna siap berada dalam satu radius yang sama.

Bertatap muka lagi setelah sekian lama tak berjumpa.

Saling memandang tanpa kedip, seolah ingin menyelami pikiran masing-masing.

Terdiam tanpa kata, membiarkan keheningan meraja.

Semalam Yasril menerima pesan dari perawat. Isinya adalah potret secarik kertas berhiaskan sepatah kalimat. Mari bertemu lagi, itu saja.

Yasril sudah menduga akan datang momen serupa. Selama ini, dia terus menunda meski kondisinya mulai membaik. Khawatir sang istri belum siap. Karena itu, tatkala Yumna menyatakan kesanggupan, tanpa menunggu lama, dia segera meminta bantuan perawat untuk mengatur pertemuan.

Di sinilah mereka sekarang, di taman rumah sakit. Yumna berdiri kaku, sedang Yasril bergeming di atas bangku. Perawat baru saja meninggalkan mereka.

Jantung Yasril bergejolak hebat, mulutnya terkunci rapat.

Yumna tampak pucat, bibirnya agak kering. Namun, sinar harapan di bola matanya kembali menyala. "Ma-maaf," bisiknya getir.

Yasril tak kuasa lagi menahan diri. Tubuhnya bereaksi cepat. Tanpa kata. tanpa aba-aba, dia langsung bangkit, lantas mendekap sang istri erat-erat.

Serbuan rindu seketika tumpah ruah. Rasa yang telah lama tertahan akhirnya menemukan tumpuan. Seluruh amarah luruh dalam sekejap.

Mereka tak butuh banyak bicara. Diliputi silir angin dan embus udara hangat, mereka memasrahkan diri pada sebuah kedamaian. Detik ini, ketika badan mereka melekat tanpa jarak, sepasang hati sekali lagi menemukan jalan pulang.

Tidak seorang pun dari mereka yang menginginkan perpisahan. Tidak hari ini, esok, atau nanti. Satu dekapan sudah cukup menjelaskan segalanya.
Bahwa mereka, sepasang manusia yang pernah terpisah oleh keadaan, meyakini adanya takdir kebersamaan.

"A-aku menyesal, maafkan aku."

Yasril melonggarkan pelukan, lantas menyentuh kedua pipi Yumna. Sorot matanya begitu dalam, cairan bening tampak menggantung di sana.

Maaf, terdengar tidak asing. Bak sebuah dejavu, momen ini membangkitkan kenangan di waktu lampau. Kata itu selalu berhasil membuatnya luluh.

Tak peduli seberapa sering diucapkan, bahkan meski berkali-kali diingkari, akan senantiasa menciptakan efek yang sama. Bagi Yasril, sekarang atau di masa depan, akan selalu ada ruang untuk Yumna di sisinya. Pasti.

Di lain pihak, keramahan Yasril kian membuat Yumna sadar akan suatu hal. Bahwa di dunia ini, hanya ada satu orang yang senantiasa siap sedia menerimanya dalam segala situasi. Walau kerap dikecewakan, berulang kali dilukai, Yasril tetap berdiri untuknya.

Yumna punya tempat untuk pulang. Tidak semestinya dia menelan seluruh duka. Ada Yasril, juga perasaan yang mengikat mereka.

Surat dari Yasril kala itu telah menanamkan pemahaman baru dalam benak. Selama bertahun-tahun, dia hanya memercayai asumsinya sendiri. Dia merasa paling tahu tanpa pernah benar-benar mencoba menengok dari sisi lain.

Benar, dunia memang kejam. Interaksi sosial telah merenggut paksa rasa percaya dirinya. Menancapkan inferioritas hingga sedemikian kokoh. Membuatnya terkungkung dalam keresahan.

Namun, dia melalaikan keberadaan Yasril. Yumna menyimpulkan sesukanya tentang apa yang terbaik untuk lelaki itu. Padahal, sekalipun dia tidak pernah secara pasti mengonfirmasi kepada sang suami.

Kalimat demi kalimat yang mengandung amarah sukses menamparnya. Menohok hingga ke relung hati terdalam. Sungguh, surat Yasril telah membuka matanya lebar-lebar.

Dipicu oleh pikiran buruk, nyaris saja dia kehilangan sosok yang paling peduli. Yumna tidak sanggup membayangkan bahwa lelaki ini akan berhenti berjuang untuknya. Itu terlalu menyakitkan, juga mengerikan.

Di suatu masa, bila tiba saatnya, mereka pastilah akan dipisahkan oleh hukum alam. Namun, setidaknya bukan karena keegoisan. Melengkapi hari-hari yang telah mereka lalui bersama, dia ingin menahan Yasril di sisinya.

Setelah kondisinya dinyatakan cukup baik oleh dokter, juga munculnya keyakinan untuk menghadapi sang suami, Yumna segera mengirimkan surat tanpa menunda lebih lama lagi.

"Aku sungguh-sungguh mencintaimu. Aku merindukanmu. Jangan coba-coba pergi lagi."

Yumna menggigit bibirnya kuat. Menahan isak tangis yang mendesak keluar. Rasa berdosa menerpanya bertubi-tubi.

Bagaimana bisa dia menyalahartikan ketulusan lelaki ini?

Tidak akan ada seorang pun yang kuat menunggu dan bertahan sekian tahun hanya karena terikat janji masa kecil. Rela menerima seutuhnya, tak peduli walau diliputi kemalangan. Mau secara suka rela membebaskannya dari belenggu rasa sakit.

Yasril serius mencintainya. Cinta seorang lelaki kepada perempuan, suami kepada istrinya. Itu jelas berbeda dengan kasih sayang persahabatan. Tidak bisa disamakan.

Detik itu juga, seiring tetes air mata yang kian deras, Yumna meraih bahu Yasril. Kakinya sedikit berjinjit, membisikkan sebait kata di telinga lelaki itu. Kalimat yang menjadi pertanda bersatunya mereka lagi.

"Aku juga. Aku mencintaimu, Yasril Alfarizi."

Selamat tinggal masa lalu. Mereka resmi melangkah ke depan. Tak akan ada lagi perpisahan kecuali karena kematian.

Dua hati yang telah lama mengembara, kini menemukan arah. Pada satu tujuan, untuk ikatan yang sama. Setelah bertahun-tahun terlewatkan, akhirnya rasa terucap sebagaimana mestinya.

"Mulai sekarang, biarkan aku turut memperjuangkan hubungan kita."

Yasril tersentak ketika tiba-tiba Yumna mendaratkan satu kecupan singkat di bibirnya.

Bersambung.

Gais, kalian pasti udah tau, tapi sekadar ngingetin lagi, jangan tiru adegan mengumbar kemesraan di muka umum dalam cerita ini, ya. Meski dengan pasangan sah, apalagi kalau gak sah 😅

Akhirnya mereka berdamai, huhu T-T.
Aku kok ngerasa momennya kurang lepas, ya~
Gimana menurut kalian?

Btw, bentar lagi tamat, nih 😆

24 Februari 2021.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top