12. Harta Tahta Cinta
Kringgg... kringgg...
pagi pagi kudengar suara telepon rumah berdering, huh mengganggu tidur ku saja. ku lihat jam menunjukkan pukul 07.00 WIB , bergegas aku bersiap diri untuk mulai bekerja menjadi seorang pramugari, ya... pramugari, pekerjaan yang selama ini aku impikan akhirnya terwujud. Benar kata pepatah "semua mimpimu akan terwujud asalkan kamu punya keberanian untuk mengejarnya" . itulah seuntai kata motivasi untukku agar terus semangat berjuang menggapai cita cita. Oh ya, namaku Tamara aku berusia 21 Tahun, aku merupakan anak tunggal. Awalnya orang tua ku menentang aku untuk melanjutkan pendidikan sekolah pramugari, tapi aku selalu meyakinkan mereka bahwa ini adalah imipianku, dan tak lupa ada seseorang yang selalu menyemangatiku dan meyakinkanku bahwa aku bisa menggapai semua impianku. Dia adalah Bryan, seseorang yang selalu ada disaat aku suka maupun duka. Bryan adalah orang yang selalu bisa membuat aku nyaman dan tenang saat aku berada di dekatnya, seseorang yang tidak pernah meninggalkanku saat aku sedang terpuruk, yang selalu menasehatiku saat aku sedang hilang arah. Bagaikan seorang malaikat yang dikirim Tuhan untukku, aku bersyukur atas hal itu. "Tamaraaa, cepat turun ini sudah siang !" bentak mama yang membuatku terkejut. "iyaa ma ini sudah siap" ucapku bergegas turun. Setelah sarapan pagi aku langsung pergi ke kantor untuk bekerja, Karena hari ini adalah hari pertama aku menjadi seorang pramugari. Semangat membara di dalam hatiku, seakan aku sedang bermimpi Impianku selama ini akhirnya bisa menjadi kenyataan.
Tiinggg... suara handphoneku berbunyi, kulihat ada sebuat pesan singkat dari bryan dia memberiku ucapan selamat pagi dan semangat, Aku tersenyum sambil terus memandangi layar handphone. Bryan saat ini bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran, ia tidak bisa melanjutkan kuliah karena keterbatasan ekonomi orang tuanya , dia berencana untuk melanjutkan pendidikan akademi militer. Setelah sampai di kantor , aku di beri pengarahan sebelum mulai melaksanakan tugas. Saat berada di kabin pesawat aku menyambut ramah setiap penumpang yang masuk . Bibir merah, bulu mata lentik dan wajah yang sudah ku poles itu seakan membuat para penumpang terpesona akan kecantikanku. Aku sudah berpoles kemayu bagaikan angsa putih yang tengah mengepakkan sayapnya .Aku merasa ada seorang pria yang terus memperhatikanku, aku merasa sedikit kurang nyaman entah karena dandananku yang aneh atau yang lain. Saat pesawat telah mendarat, pria itu turun paling akhir , saat kami tidak sengaja bersebelahan jalan dia terus melihatku dari atas sampai bawah "bolehkah aku tau siapa namamu?" Tanya pria itu, aku hanya menoleh sambil sedikit tersenyum. Aku mempercepat langkahku agar tidak bersebelahan lagi dengannya. "hei,kenapa kamu diam saja. tidak bolehkah aku tau siapa namamu ?" Tanya pria itu lagi. "tamara" ,balasku singkat.
Aku bergegas menuju ke toilet agar bisa terbebas dari pria itu. Dasar pria hidung belang, ujar ku dalam hati . Saat keadaan mulai aman aku keluar dan segera melanjutkan peerjaanku. Waktu menunjukan pukul 19.00 WIB , saatnya kembali kerumah setelah seharian bekerja yang ternyata cukup menguras energi. Saat sampai dirumah mama memberitahuku bahwa Leon telah kembali ke Indonesia , Leon adalah teman kecilku dulu. Dia pindah ke Australia saat kami berusia 7 tahun, dan sejak saat itu kami tidak pernah bertemu kembali. "benarkah leon kembali ke indonesia ma?" tanyaku dengan penuh kebahagiaan, "iya, besok malam dia akan kesini" jawab mama. "katanya dia gak sabar pengen ketemu kamu, karena sudah lama tidak bertemu",lanjut mama. Aku hanya membalas pekataan mama dengan senyuman manis. Keesokan harinya, aku kembali ke aktifitasku yaitu bekerja sebagai pramugari. Mama mengingatkan kepadaku bahwa aku tidak boleh pulang terlambat karena malam ini Leon akan datang. Saat aku akan kembali pulang kerumah , tiba tiba Bryan datang menjemputku untuk mengajak makan malam bersama . aku bingung, apa yang harus aku lakukan saat ini. Disatu sisi aku ingin sekali pergi bersama bryan tapi disisi yang lain aku sudah berjanji kepada mama untuk menemui Leon, akhirnya aku mengatakan kepada bryan bahwa malam ini teman kecilku datang ke rumah dan aku sudah berjanji kepada mama untuk cepat pulang.
Nampaknya bryan sedikit lesu, mukanya yang semula terlihat bahagia berubah seketika. Dia pun mengantarku untuk pulang ke rumah, saat tiba dirumah ternyata leon sudah datang. Betapa terkejutnya aku saat melihat leon, ternyata dia adalah pria hidung belang kemarin yang menanyakan namaku. Bryan yang ikut masuk pun berjabat tangan dengan mama papa serta leon, sangat terlihat sekali bahwa dia cemburu, mukanya pucat dan diam saja. "oh ya bryan kenalkan ini Leon, teman kecilnya tamara dia baru saja pulang dari Australia. Dan sudah menjadi manager di perusahaanterkenal luar negeri" ucap mama sedikit menyindir bryan, bryan pun hanya mengangguk dan tersenyum kecil. Aku merasa tidak enak kepada bryan atas ucapan mama yang pasti menyinggung hatinya. Lalu aku mengajak bryan untuk keluar ke teras rumah "bryan, maafkan perkataan mamaku" ucapku sambil menitihkan air mata, aku benar benar ikut merasakan kesedihan yang pasti dirasakan olehnya, dia mengusap kepalaku dengan lembut sambil berkata "tidak apa apa ra, aku akan berusaha lebih keras lagi agar bisa mencapai cita citaku. Sudah jangan menangis ,nanti cantiknya hilang loh" ujarnya sambil tersenyum. Itulah bryan dia tidak pernah menunjukkan kesedihannya kepada orang lain, dan menganggap semua seolah tidak terjadi apa apa, dia pun langsung pamit kepada orang tuaku untuk pulang.
"hati hati dijalan,terimakasih bryan. I love you" ucapku sebelum dia pergi, "sama sama tamara. Big love you too, aku pulang yaa" ucapnya dengan nada yang lembut, aku hanya membalas dengan anggukan dan senyuman kecil.
Di dalam rumah ternyata mama dan papa berbincang bincang dengan orang tua leon, akupun duduk di sofa bersebelahan dengan leon, "kapan acaranya digelar ? kalau bisa secepatnya , kan lebih cepat lebih baik" ucap mama kepada orang tua leon, "ya ditanyakan dulu ke tamara nya dia setuju atau tidak, kalau leon sih sudah pasti mau. Iya kan leon?"jawab mama leon sambil menatap kearahku dan leon, akupun tidak mengerti maksud dari pembicaraan mereka. Firasatku mendadak tidak enak, seperti ada hal yang tidak aku inginkan telah direncanakan. Aku melirik kea rah leon, wajahnya sudah bisa aku teba sedang bahagia. "apa maksudnya semua ini?" jawabku dengan nada sedikit tinggi, "mama sama papa memutuskan untuk menjodohkan kalian" jawab mama. Seketika air mataku jatuh deras, aku tidak percaya akan semua ini. Langsung aku beranjak menuju ke kamar, meninggalkan mereka semua. Memang ini tidak sopan tapi sudah tiba bisa menahan diri disana.
Aku menangis sepanjang malam, membayangkan semua ini. Aku tidak suka dengannya, pria hidung belang dan tidak punya etika itu. Apa yang harus aku katakan kepada bryan? Mama dan papa terus memanggilku di depan pintu kamar,mereka terus membujukku agar keluar dan bicara baik baik. Tentu saja ini bukan pertama kalinya aku seperti, sudah berkali kali kami berdebat seperti ini. Tidak aku perdulikan panggilan mereka, sakit hati ini mengapa papa dan mama tidak pernah mengerti perasaanku, yang aku cinta hanya bryan. Keesokan harinya aku mengambil cuti aku ingin menangkan diri dulu karna wajahku sedang lebam akibat menangis semalaman, saat aku keluar kamar hendak pergi untuk mengambil minum, tiba tiba mama datang dan memintaku untuk mendengar penjelasannya, aku hanya diam dan langsung kembali menuju kamar tanpa berbicara sepatah katapun. Aku terus menangis seharian di kamar, handphoneku terus saja berdering, sudah pasti itu adalah telfon dari bryan. Esok hari saat aku hendak pergi bekerja , "tamara, dengar dulu penjelasan papa. Keputusan mama dan papa ini adalah yang terbaik buat kamu, papa tidak mau kamu hidup susah nantinya jika masih bersama bryan. Lihatlah leon dia sudah sukses dan pastinya bisa membahagiakan kamu. Pekerjaannya sudah menjamin bisa membuat kamu bahagia sayang, kamu anak sematawayang papa. Papa tidak mau asal memilih calon pendamping hidup kamu, pikirkanlah hal itu nak" ucap papa kepadaku, aku hanya diam tak tahu apa yang harus aku katakana kepadanya. Mendadak kaku bibir ini.
Setelah berhari hari aku memikirkan tentang hal ini, aku memutuskan untuk mengatakan apa yang aku rasakan selama ini. "ma pa aku ada hal yang ingin aku sampaikan" ucapku kepada mereka, "bicaralah ra" ucap papa, "pa ma tamara sudah dewasa, sudah cukup selama ini tamara menurut dan mengalah akan keputusan kalian selama ini. Tapi untuk hal ini tamara tidak bisa pa, yang tamara cintai hanya bryan.
Memang saat ini bryan belum memiliki pekerjaan yang mapan, tapi dia sudah merencanakan untuk melanjutkan pendidikan akademi militer, dan kami sudah saling berjanji untuk bersama sama berjuang dari bawah, harta dan tahta saja tidak akan bisa membuat tamara bahagia pa, untuk apa tamara hidup dengan seseorang yang sama sekali tidak tamara cinta" ucapku disertai rintihan airmata yang mengalir deras di pipi, semua keluh kesahku keluar, papa dan mama terdiam. "keputusan mama dan sudah bulat tamara, mau tidak mau ,suka tidak suka ini semua demi kebaikan masa depan kamu" ucap papa , "hari minggu besok acara pertunangan kamu dan leon, papa harap kamu akan mengerti dan tidak mempermalukan papa dan mama" lanjut papa yang kemudian langsung beranjak pergi meninggalkan aku. Hancur sudah hatiku, serasa di tusuk oleh 1000 pedang.
Bagaimana bisa ini semua terjadi? Mama dan papa tahu bahwa aku sudah menjalin hubungan dengan bryan tapi mengapa mereka malah menjodohkan aku, lemas sudah tubuh ini karna aku tahu bahwa keputusan mama dan papa tidak akan bisa untuk di tolak. Mereka selalu saja seperti ini, menentukan jalan hidupku memaksa ku untuk menurut akan semua yang telah mereka putuskan. Tapi untuk masalah ini aku tidak mau untuk mengalah lagi,aku lelah harus selalu di atur dan menuruti semua keinginan mereka. Mengapa mereka tidak pernah menanyakan kepadaku apa yang aku inginkan sebelum memutuskan sesuatu. Menurutku ini tidak adil, ini hidupku aku yang menjalaninya, seharusnya aku yang memutuskan semuanya,bukankah harusnya seperti itu?
Hari ini adalah hari pertunanganku dan leon, aku sudah memberitahukan semuanya kepada bryan. Bryan yang memaksaku untuk menuruti keinginan orang tuaku, dia yang menguatkan aku dan membuatku tenang. "tamara dengarkan aku, jika memang kita ditakdirkan berjodoh sekuat apapun usaha orang tuamu memisahkan kita. Kita pasti akan tetap bersatu dengan cara yang telah ditetapkan oleh tuhan. Percayalah akan hal itu, sekarang turuti kata orangtuamu. Buat mereka bahagia tamara, aku akan selalu berada disampingmu" ucap bryan dengan mata yang berkaca kaca, aku memeluknya dengan sangat erat. Oh tuhan,aku mencintainya , dia yang bisa mengerti dan memahami aku. Mengapa orang tuaku tidak bisa mengerti akan hal itu, aku percaya akan kuasamu tuhan. Saat acara berlangsung kulihat bryan menitihkan air mata, aku bisa melihat mimik wajahnya yang merasakan kesedihan mendalam. Setelah acara selesai aku beranjak untuk menemui bryan, saat itu kamu berada di kursi taman "tamara,aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu" ucapnya kepadaku, "iya katakana saja bryan" balasku, "aku akan pergi untuk sementara waktu, aku akan mengejar cita citaku. Kamu jaga diri baik baik, nurut sama orangtua ya tamara. Kalau kita ditakdirkan bersama, kita akan bertemu suatu saat nanti. Aku mencintaimu,dan akan selalu mencintaimu" ucap bryan diiringi senyum manisnya,"bryan.... Mengapa hal seperti ini harus terjadi, bagaimana mungkin kamu akan meninggalkanku begitu saja" balasku sambil memeluknya, "tamara yang aku kenal tidak cengeng seperti ini, aku tidak suka melihatmu seperti anak kecil gini" ucapnya sambil menggelitikiku.
Hari demi hari aku lalui tanpa adanya bryan, hampa dan hambar rasanya. Rindu rasanya ingin bertemu bryan, sampai kapan hidupku harus seperti ini. Aku selalu membandingkan leon dengan bryan, perasaanku masih saja tetap untuk bryan, leon terlalu sibuk dengan pekerjaannya diluar negeri dan jarang memberiku kabar. Tepat sudah 2 tahun semenjak bryan pergi untuk melanjutkan pendidikan angkatan militer, "tamara" panggil papa,"ada apa pa?" balasku. "apakah Leon sudah memberimu kabar bahwa dia besok akan kembali ke indonesia?" ucap papa, "iya sudah" balasku singkat. Esok harinya ternyata leon sudah berada di rumah, dia sedang mengobrol dengan papa. Dia lalu menghampiriku untuk mengajakku makan malam, aku hanya menjawabnya dengan anggukan kecil. Saat kami berada di dalam mobil, dia berhenti di sebuah tempat pengisian bensin. lalu dia keluar untuk mengisi bensin, tiba tiba handphonenya berdering , saat kulihat terdapat satu pesan dari mylove. "Mylove?"Tanyaku dalam hati, keningku pun menggerut lalu rasa penasaranku pun muncul , tanpa berfikir lagi langsung ku lihat pesan itu. Betapa terkejutnya aku saat melihat semua isi pesannya, "dasar laki laki brengsek!" dengusku kesal , aku terkejut saat leon tiba tiba masuk ke dalam mobil "loh kenapa handphoneku ada di kamu?"ujarnya kepadaku, "siapa my love?!" ujarku tegas. "iiii iiituuu..."ucapnya dengan terbata. Amarahku pun memuncak, seketika aku lemparkan handphone ke arahnya. Aku pun bergegas keluar dari mobil dan langsung naik ke dalam taksi.
Sesampainya dirumah aku langsung bergegas menuju kamar, papa dan mama pun terkejut melihat aku pulang dalam keadaan emosi. Aku pun menjelaskan semuanya, betapa terkejutnya papa dan mama mengetahui semuanya. Ternyata selama di luar negeri Leon telah bertunangan dengan perempuan lain, dan akan melangsungkan pernikahan yang di gelar bulan depan. Kulihat papa sangat marah wajahnya memerah dan tangannya mengepal, mama yang berada di sebelah papa pun segera menenangkannya. Distu kami merasa dikecewakan dan dikhianati, sejak kejadian itu leon tidak pernah ada kabar lagi. Papa dan mama menyesal atas apa yang telah terjadi, mereka berjanji tidak akan mencampuri urusan asmaraku. Aku merasa bahagia terlepas dari semua ini, terbebas dari Leon dan paksaan orang tuaku. Saat ini yang ada dibenakku adalah dimanakah Bryan berada,aku benar benar merindukannya. Sudah bertahun tahun kami tidak saling memberi kabar dan berkomunikasi,entah saat ini dia masih mencintaiku atau tidak. Hari berganti minggu,minggu berganti bulan dan bulan berganti tahun, aku menjalani hidupku seperti biasanya.Setelah berpisah dengan Leon aku tidak mempunyai selera untuk mencintai siapa siapa, rasanya hatiku menolak untuk membuka hati kembali. Apakah memang tidak ada yang cocok atau memang hanya untuk menanti Bryan kembali.
Aku selalu ingat akan ucapannya, bahwa jika memang kita ditakdirkan bersama sejauh apapun jarak memisahkan, kita pasti akan bersama kembali. Aku berharap Tuhan mempertemukan dan mempersatukan kami kembali. Bila seandainya kita memang tidak ditakdirkan bersama, maka pertemukanlah aku dengan seseorang yang tulus mencintaiku.
Semilir angin di keheningan tempat kerjaku, suara merdu ikan seolah olah mengajakku untu berbicara. Satu jam lagi akan ada penerbangan menuju ke Surabaya, ya, akhirnya aku bisa pulang setelah 3 hari berada di Jakarta, rindu sekali dengan mama dan papa dirumah. "Tamara cepat, kita harus segera menuju ke kabin" ujar rekan kerjaku, "iya sebentar tunggu aku" balasku sambil bergegas menuju ke arahnya. Saat berada di kabin pesawat, seperti biasa aku menyambut para penumpang dengan ramah dan senyuman. Saat pesawat akan terbang, aku memberi pengarahan agar penumpang memakai safety belt. Para penumpang pun segera memakainya, namun ada seorang pria berkacamata yang tidak mendengarkan pengarahanku, aku segera menghampirinya untuk memberitahu agar dia segera memakainya. "permisi,maaf mengganggu waktunya,pesawat akan segera terbang, bisakah anda menggunakan safety belt sekarang" ucapku dengan nada yang halus, namun dia tidak merespon, saat aku sentuh bahunya . dia menoleh kearahku, "iya ada apa nona cantik" ucapnya sambil melepas kacamatanya, aku sangat terkejut melihatnya, seakan tak percaya. BRYAN... Ya dia bryan, laki laki yang selama ini aku nantikan kehadirannya dalam kehidupanku lagi. ingin rasanya aku teriak dan memeluknya erat, namun saat ini aku sedang bertugas. Hatiku berdegub kencang, pikiranku melayang kemana mana, seakan semuanya seperti mimpi. Banyak pertanyaan yang ingin aku tanyakan kepadanya, banyak cerita yang ingin aku sampaikan kepadanya. Saat pesawat telah mendarat di Bandara, Bryan menghampiriku "aku tunggu nanti malam di restoran tempatku bekerja dulu, jangan lupa datang",ucapnya lalu bergegas meninggalkanku. Siang pun berganti malam, segera aku bersiap untuk menemui Bryan,sedikit ada perasaan gerogi dalam diriku. Saat aku memasuki restoran ternyata Bryan sudah menunggu disana, "hai,maaf sudah menunggu lama"ucapku sedikit gerogi, "tidak kok, aku baru saja datang" balasnya sambil memandangku dari atas sampai bawah. Lalu dia berdiri menyiapkan kursi untukku, "silahkan duduk nyonya cantik" ucapnya sambil tersenyum, akupun duduk sambil tersenyum. Kami berbincang bincang, banyak hal yang dia ceritakan saat menjalanin pendidikan di akademi militer dan sekarang telah menjadi Perwira Tinggi di Surabaya. Akupun menceritakan soal Leon yang telah mengkhianatiku, tak terasa jam menunjukkan pukul 21.00 WIB, Bryan lalu mengantarku untuk pulang. Sesampainya dirumah aku mengajak Bryan untuk masuk, "Mama, tamara pulang" ucapku kepada mama yang sedang bergegas untuk menemuiku. Betapa terkejutnya mama saat ada Bryan di ruang tamu "loh Bryan?" ucap mama seakan tak percaya bahwa Bryan datang, bryan pun memeluk mama. Kami sama sama menitihkan air mata kerinduan, "Ma, dimana papa? Daritadi aku tidak melihatnya" ucapku , "tamara, papamu sedang berada di rumah sakit.
Dia mengidap penyakit serangan jantung, papamu melihat berita bahwa Leon terkena kasus korupsi. Papa shock seketika, papa merasa menyesal telah menjodohkan kamu dengan seorang koruptor" balas mama dengan raut wajah yang sedih. "sebaiknya sekarang kita kerumah sakit untuk melihat keadaan papamu tamara" ucap bryan kepadaku. Aku dan mama menuju ke mobil Bryan untuk segera ke rumah sakit. Sesampainya di kamar papa, aku segera memeluk papa "tamara maafkan papa, papa menyesal telah menjodohkanmu dengan Leon yang ternyata seorang koruptor" ucap papa, "sudahlah pa, yang lalu biarlah berlalu. Tamara sudah memaafkan papa" balasku sambil memeluknya, "bryan?" ucap papa ."iya om ini bryan",ucap bryan sambil menuju kearah papa . "bryan maafkan om telah merendahkan kamu, telah memisahkan kalian. Padahal om tau kalian sama sama saling mencintai, om telah tergelimang oleh harta dan tahta yang Leon punya. Sekarang yang papa inginkan hanya kebahagiaan tamara ,dan kebahagiaan tamara adalah dengan adanya kamu Bryan, papa dan mama merestui hubungi kalian nak. Jaga dan sayangi Tamara, jangan pernah buat dia merasa kecewa Bryan" ucap papa yang membuat hatiku tersentuh. "iya om, saya berjanji akan menjaga dan menyayangi tamara dengan segenap jiwa dan raga saya",balas Bryan. "kamu benar tamara, harta dan tahta saja tidak cukup untuk membuat kita bahagia tanpa adanya cinta dan kasih sayang" sahut mama.
Hari ini adalah hari yang paling aku tunggu tunggu, dimana saat ini Bryan akan menjadi pendamping hidupku selamanya. Seorang pramugari dan seorang perwira tinggi akan disatukan dalam sebuah ikatan cinta, ketika sebelumnya banyak rintangan yang menghadang cinta kami tapi kami tetap percaya bahwa takdir yang akan mempersatukan kita nanti. Acara pernikahan berlangsung, keadaan papa sedikit memburuk. Ia berada di kursi roda dan sedikit pucat. Pada sesi sungkem, aku dan bryan meminta maaf kepada papa dan mama. Saat kami sujud dihadapan mereka dan mencium tangan mereka, papa tiba tiba tak sadarkan diri dan semua orangpun panik. Bryan bergegas membawa papa ke rumah sakit, dan saat berada di rumah sakit nyawa papa sudah tidak bisa diselamatkan. Akupun menangis terisak disana, bryan memelukku dan berkata "jangan bersedih tamara, aku disini akan selalu mendampingi dan menjagamu dalam keadaan apapun. Serta mencintai dan menyayangimu sampai akhir hayatku. Seperti apa yang telah aku ucapkan kepada papa".
***
This story by my friend beca
DON'T EVER COPY HALF OR ALL STORIES FROM THIS WORK WITHOUT PERMISSION
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top