END

1. Thank God... akhirnya kelar.
2. Seperti biasa, jangan nanyain extra part.
3. Terima kasih banyak sudah memberikan dukungan berupa vote dan komen.
4. Maafkan segala kekurangan saya dalam menulis. Kalian semua sangat berarti buat saya.
6. Sampai jumpa di Andante...

🌷☘🌷☘🌷☘

Memasuki trisemester terakhir kehamilannya Diandra semakin merasa sulit. Pergerakan dan aktivitasnya melambat. Beruntung Bu Ratna selalu mendampingi. Membantu Nyonya Andrew tersebut melakukan kegiatan sehari hari. Termasuk berjalan jalan disekitar taman di rooftop apartemen mereka saat pagi. Karena sang suami malas bangun cepat.

Andrew hanya menemani  saat weekend. Sesekali mereka keluar untuk belanja keperluan bayi. Juga tetap memutuskan untuk tidak bertanya tentang jenis kelamin bayi pada dokter. Karena sangat tidak suka saat aunty menyinggung tentang hal tersebut. Bagaimana kalau dokter mengatakan bahwa bayi mereka adalah perempuan. Bisa bisa istrinya akan stress karena menjadi sasaran kekesalan aunty.

Seperti siang itu, mereka tengah berbelanja keperluan bayi yang masih kurang. Setelah sebelumnya mendapatkan list tambahan dari Maya. Diandra sibuk memilih baju tidur serta topi bayi dengan motif hewan yang terlihat lucu. Entah kenapa ia selalu tertarik dengan warna biru. Sementara Andrew malas berkomentar. Membiarkan istrinya memilih sesuka hati.

Hanya saja setelah mereka membayar, ia sedikit menggoda istrinya.

"Kalau nanti our twin adalah perempuan, alangkah kasihan mereka. Tidak mengenal bunga semenjak lahir."

"Aku juga nggak ngerti, kenapa  begitu. Aku malah nggak suka yang motif bunga."

"Semoga feeling kamu benar, jadi pakaian pakaian ini tidak sia sia."

"Kamu menyesal membayari baju yang sudah kubeli tadi?" Tanya istrinya sambil melotot.

Andrew tertawa melihat pemandangan itu. Akhir akhir ini emosi Diandra sangat labil. Dielusnya rambut sang istri dengan penuh rasa sayang.

"Bukan menyesal, hanya saja semoga mereka laki laki, seperti harapan mommynya. Lagi pula kalau mereka perempuan, maka aku akan mmembelikan lagi. Tidak masalah."jawabnya kemudian. Karena takut istrinya tersinggung.

Mendengar itu, Diandra merasa dadanya sedikit plong. Bukan ia tidak tahu kalau aunty sangat ngotot punya cucu laki laki. Beruntung pria yang menjadi suaminya malah tidak ambil pusing. Berulangkali Andrew membisikkan diperutnya, bahwa apapun jenis kelamin mereka. Daddy sudah bahagia. Kalimat itu membuat Diandra merasa terharu. Meski kadang jengkel pada kalimat  aunty, tapi sang suami tetap membelanya.

Saling bergenggaman tangan, mereka langsung pulang. Kondisi fisik Diandra tidak memungkinkan untuk mengitari mal lagi. Ia mudah lelah sekarang. Makan pun rasanya malas karena cepat kenyang. Belum lagi menahan rasa sesak karena kedua bayi mereka sangat aktif.

Memasuki apartemen Di merasa lega. Ia segera duduk di sebuah kursi baru yang cukup tinggi. Khusus untuk ibu hamil. Karena sofa membuatnya sulit berdiri. Andrew segera meraih kedua kaki istrinya kemudian memberikan pijatan lembut. Membuat Diandra merasa bahagia. Ia merasa sangat dicintai. Meski ujung ujungnya Andrew pasti minta dilayani juga.

Walaupun pria keturunan Tan ini bukan pria romantis. Tapi perhatiannya sanggup membuat Diandra meleleh. Tak segan Andrew memijat punggungnya saat malam, meski telah lelah bekerja seharian. Kadang juga mengambilkan air minum, saat Di lupa membawa ke kamar.

Andrew memang bukan Harry. Dimana selalu memberikan bunga pada istrinya disaat weekend. Atau membelikan hadiah meski sang istri tidak berulang tahun. Selama pernikahan mereka, tidak pernah Andrew memberinya hadiah. Apalagi bunga! Tapi semua tergantikan dengan perhatian kecil tadi. Apalagi ia juga diijinkan membeli sendiri apa yang ia mau.

***

Dengan hati hati Diandra melangkah ke dapur. Ia ingin mengambil segelas air. Perutnya terasa kram sedari pagi. Menurut perkiraan dokter, ini memang hari hari penantian baginya untuk melahirkan. Namun mengingat tanda itu belum muncul, Diandra bersikap santai.

"Mbak Di mau ngapain?" Tanya bu Ratna.

"Ambil minum bu."

"Tapi kok meringis begitu."

"Perut saya agak kram, dari tadi pagi."

"Duduk aja mbak, biar bu Ratna yang ambilin."

Akhirnya Diandra mengangguk sambil tetap memegang perutnya. Bantu mommy ya my twin. Kalau kalian mau keluar, kasih mommy tandanya seperti yang dibilang uncle doctor. Kalian sayang sama mommy kan? Bisik Diandra pada kedua bayinya. Tiba tiba ia benar benar merasa tidak sanggup. Perutnya terasa berputar.

"Bu Ratna."

"Ya mbak?"

"Tolong ambilkan ponsel saya di kursi depan. Saya mau telfon Andrew, perut saya sakit sekali."

***

Terburu buru Andrew melangkah memasuki rumah sakit. Bu Ratna tadi menghubungi dan mengatakan kalau istrinya tengah kesakitan. Sayang ia masih harus menghadiri rapat yang tidak bisa ditinggalkan.  Sehingga Di harus berangkat ke rumah sakit bersama bu Ratna dan tiga orang pengawal.

Memasuki ruangan ia melihat bahwa perut istrinya sudah hampir rata. Aunty sudah disana dan menyambutnya  sambil tersenyum lebar.

"Di sudah melahirkan. Bayi kalian sehat dan keduanya laki laki."

Andrew segera mendekati ranjang milik Diandra yang masih terkulai lemas.

"Prosesnya tadi cepat sekali. Waktu di rumah aku merasa sakit. Tahu tahu sampai di rumah sakit sudah waktunya melahirkan.  Cuma nunggu setengah jam, mereka lahir. Maaf nggak jadi nunggu kamu" Bisiknya.

Berulang kali Andrew menciumi wajah Diandra. Sambil mengucapkan kata, thank you dan I love you. Ia benar benar bahagia.

"Bayinya dimana?"

"Masih di ruang bayi. Tapi kamu sudah boleh melihat." Jawab aunty.

"Papi sama mami kamu sudah diberi tahu?"

"Belum, kamu telfon sekarang aja." Jawab Diandra.

Andrew segera menghubungi ayah mertuanya. Namun tangannya tetap menggenggam jemari sang istri. Ia benar benar menyesal karena tidak bisa mendampingi saat melahirkan si kembar siang ini.

***

Hari pertama baby twin pulang, suasana rumah terasa berbeda. Kedua orangtua Diandra ikut mengantar mereka. Kamar bayi yang sudah disiapkan segera menjadi rumah baru bagi Arnold dan william. Beruntung keduanya sama sekali tidak rewel. Selain  bu Ratna ada juga bu Nenden yang ikut membantu. Yang terakhir sengaja dibawa dari Sukabumi.

Sebagai ungkapan kebahagiaan aunty. Diandra mendapat hadiah satu set perhiasan dari Cartier. Ibu baru tersebut menerima dengan mata terbelalak. Apalagi perhiasan tersebut bertahtakan berlian yang cukup besar. Aunty memang tidak pernah main main dalam memanjakan orang yang disayanginya.

Tidak mau kalah dengan sang tante, Andrew memberikan sebuah mobil sebagai hadiah. Meski awalnya Diandra menolak. Toh, selama disini ia tidak akan  bisa menyetir sendiri sendiri. Karena tidak punya SIM internasional. Tapi Andrew tetap memaksa. Apalagi saat dilihatnya sang istri begitu total dalam mengurus putra mereka.

Sejak awal Diandra menolak memberikan susu formula. Ia ingin memberikan asi ekslusif.  Dan terbukti saat ini asinya melimpah. Tak terlihat lelah ataupun mengantuk saat menyusui keduanya.  ia menikmati saat saat menggendong dan menciumi wajah mereka. Kadang suaminya mendampingi juga. Sambil menggendong salah satu dari putra mereka. Rasanya hilang sudah rasa sakit yang dideritanya selama ini.

***

Hari ini baby twin Arnold dan William tepat berusia satu bulan. Sesuai tradisi, Regine mengadakan pesta untuk memperkenalkan kedua cucu laki lakinya pada khalayak ramai. Ia sudah mengundang seluruh keluarga besar Tan di Singapura. Juga berbagai macam hadiah pada kedua bayi.

Acara ini dilaksanakan sekaligus untuk memperkenalkan Diandra sebagai istri Andrew pada khalayak ramai. Para kerabat dan juga petinggi perusahaan diundang. Karena memang mereka tidak mengadakan pesta saat menikah dulu. Hadiah hadiah bagi para tamu juga disiapkan secara eksklusif.

Diandra yang sudah bangun dari pagi, mulai mempersiapkan bayi mereka. Ia sudah diberitahu bahwa dalam acara Man Yue dekorasi akan dominan berwarna merah. Termasuk pakaian yang harus dikenakan orang tua. Acara diadakan disebuah restoran mewah The black Swan.

Sesuai tradisi Diandra mengenakan sebuah gaun cheongsam berwarna merah. Rambutnya digelung tepat dibelakang leher. Meski bentuk tubuhnya belum kembali normal. Terutama bagian perut yang masih tampak sedikit membuncit. Beruntung Andrew membesarkan hatinya. Dan selalu membisikkan yang penting kamu sehat, setiap kali Diandra merasa sedih karena merasa tubuhnya gendut. Apalagi kemudian ditambah dengan kata kata terimakasih mommy karena sudah memberikan asi  Arnold dan William. Ya Diandra memutuskan memberikan asi eksklusif kepada kedua putranya. Membuat nyonya Tan itu bisa tersenyum kembali.

Tadi malam aunty menemuinya secara khusus, serta memberikan kembali satu set perhiasan mahal. Untuk dipakai pada hari ini. Awalnya ia ingin menolak karena merasa sungkan serta menganggap ini terlalu berlebihan.  Namun setelah dikatakan bahwa itu adalah milik nenek mertuanya, Di tidak bisa menolak.  Ia harus menghargai itu.

Baru sekarang Diandra menyadari, dengan siapa ia menikah. Saat seluruh keluarga suaminya berkumpul bersama. Juga para petinggi Tan Corp yang satu persatu membungkuk dengan sopan saat diperkenalkan padanya. Bagaimana aunty berdiri dengan sikap penuh kharisma dan anggun.

Sekilas Diandra merasa sangat rendah.
Seluruh undangan yang hadir mengenakan perhiasan, pakaian dengan kualitas terbaik. Sesuatu yang bahkan baru minggu lalu diluncurkan oleh pihak produsen.  Sudah ada dalam genggaman mereka. Dulu, ia memang bagian dari hal tersebut. Meski tidak sefantastis itu.

Beruntung, aunty mengerti tanpa mengintimidasinya yang tidak punya apa apa. Hari ini membuatnya tampil penuh percaya diri. Apalagi genggaman jemari Andrew yang erat membuatnya tidak dipandang sebelah mata oleh keluarga besar Tan. Diandra mengikuti Andrew yang melangkah menemui satu persatu para tamu. Menyalami  serta mencoba mengingat nama mereka.  Menebar senyum dan mencoba bersikap sebagaimana seharusnya Nyonya Andrew Tan.

Ini akan sulit kedepannya, ia tahu intrik dalam keluarga suaminya. Tapi genggaman tangan pria yang dulu dikenalnya sebagai fotografer itu. Membuatnya yakin, bahwa semua akan baik baik saja. Tidak ada yang harua ditakutkan. Ia hanya perlu menjadi diri sendiri. Dan menjadi istri serta ibu yang baik.

***

Andrew merebahkan tubuhnya diranjang. Acara hari ini sangat melelahkan. Apalagi  harus berbasa basi dengan banyak orang. Kalau boleh memilih ia ingin tetap seperti dulu. Bisa memotret kemana saja.  Bebas mengekspresikan keinginannya. Tapi hidup berkata lain.

Saat ini ia masih menekuni hobbynya tersebut. Kadang memotret istri dan anak anaknya. Juga beberapa kali untuk kepentingan Tan corp. Mereka tidak pernah menyewa fotografer dari luar lagi. Ia yang selalu mengabadikan setiap momen kegiatan. Tapi ia bahagia, karena merasa bahwa hidupnya telah lengkap. Bisa dekat dengan istri dan anak anaknya. Ia tidak butuh yang lain lagi. Juga ibunya.

Seminggu setelah Diandra melahirkan, Fify datang sambil membawa hadiah. Tapi ia memilih tidak menemui perempuan itu. Meski Di membujuknya. Keadaan sekarang sudah membaik. Ia tak butuh ibunya lagi. Karena posisi itu sudah digantikan aunty juga Di. Jauh lebih mudah melupakan daripada harus membangun hubungan baru.

Sedikit berbeda dalam menghadapi kedua mertuanya, meski masih kesal, namun ia lebih bisa berdamai. Karena menyadari bahwa ia juga salah telah menculik Diandra. Meski tidak suka, ia bisa berakting didepan semua orang saat mereka bertemu. Karena itu juga ia masih belum mengijinkan Di pulang ke Indonesia. Selain rasa  cemburu pada Dennis tentunya.

Ia tahu, mantan saingannya itu masih sering mengunjungi Singapura. Menatap apartemennya dari jauh. Mungkin masih berharap bertemu Diandra. Sayang, Andrew sudah mengunci istrinya. Dan beruntung ibu dari dua anaknya itu penurut.

Ditatapnya Di yang tengah terlelap. Sebentar lagi pasti sang mommy pasti akan bangun. Karena jam menyusui bagi putranya hampir tiba. Ia sangat menyayangi Di. Dan akan terus berusaha mempertahankannya. Sambil membelai rambut legam sang istri. Ia mengecup kening halus itu. Kemudian berbisik.

"I love you my Dee, till the end of my life."

***

Happy reading

Maaf untuk typo

8919

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top