Bagian pertama

kita ketemu sama tokoh baru. Semoga kalian suka.  Kita uji coba dulu yaaaa... sambil nunggu mas bim bim kelar...


🌷☘🌷☘🌷☘


Andrew meletakkan tas kamera di atas meja bar. Lalu memesan minuman favoritnya kepada bartender. Ini hari yang panjang dan melelahkan. Dimulai dari dini hari, ketika ia harus meliput persiapan acara peluncuran produk baru  sabun mandi yang diluncurkan sebuah brand ternama. Sebagai fotografer yang telah dikontrak oleh perusahaan tersebut, ia harus bersikap profesional. Dan mengikuti seluruh aturan dan arahan penyelenggara

Serangkaian acara telah berjalan dengan sukses. Mulai dari photo session dengan sang brand ambassador. Dilanjutkan dengan ramah tamah serta makan siang bersama pihak sponsor dan pihak distibutor. Puncaknya adalah grand launching dibarengi dengan konfrensi pers yang dimulai tadi sore, hingga pesta yang berlangsung hingga tengah malam ini.

Ketika acara konfrensi pers  sebenarnya andrew sudah merasa sangat lelah dan sulit untuk fokus. Apalagi harus berdiri berjejer di ruang sempit bersama para awak media lain. Mencari angle yang tepat bagi model dan petinggi dari produk tersebut cukup menyulitkan. Ia harus bekerja ekstra keras  karena hasil fotonya akan diterbitkan dalam majalah bulanan milik perusahaan dan dikirim ke beberapa media.

Beruntung acara yang berlangsung di hotel berbintang lima ini sudah benar benar usai setengah jam lalu. Andrew langsung melangkah ke bar  yang ada di hotel tersebut. Untuk menenangkan diri sejenak sebelum tidur.  Malam ini suasana tidak terlalu ramai. Mungkin karena bukan malam minggu. Dan ia bersyukur untuk itu karena sebenarnya ia tidak suka keramaian. Sambil terus menyecap Gin, Andrew meraih kameranya dan menekan tombol on pada sisi kanan. Dia tersenyum menatap wajah sang model yang menjadi brand ambassador produk tersebut. Sangat cantik. Ditambah make up dan gaun yang sesuai. Ia benar benar tampil segar seperti perempuan yang baru selesai mandi. Make upnya sebenarnya cukup tebal namun tampak natural di dalam kamera, ditambah rambut yang ditata dengan efek sedikit basah.  Menjadikan Diandra sebagai pusat perhatian malam ini.

Setelah selesai dengan minumannya dan membayar, Andrew melangkah keluar bar. Menuju lift yang akan membawanya ke lantai delapan hotel. Kamarnya terletak disana dan ia benar benar ingin beristirahat. Fasilitas yang diberikan pihak penyelenggara sangat memuaskan untuknya. Ketika akan menutup pintu lift tiba tiba ia melihat Diandra sang model berlari menuju lift dan mengisyaratkan agar Andrew jangan menutup pintunya.

"Hai, kita ketemu lagi. Terima kasih untuk pintunya" ucap Diandra masih sambil terengah engah.

"Iya sama sama. Kamu mau ke lantai berapa?" jawab Andrew dengan bahasa Indonesia yang kaku.

"Lantai lima belas" balas Diandra

Segera Andrew menekan nomor sesuai permintaan Diandra. Hanya mereka berdua di dalam lift.  Ketika akhirnya lift berbunyi dan angka dilayar menunjukkan angka delapan Andrew segera bergegas keluar lift. Tiba tiba ia mendengar suara Diandra memohon

"Apa saya boleh minta tolong?" Diandra menatap andrew dengan puppy eyesnya

"Boleh, apa  lagi yang bisa saya bantu?" Balas Andrew

"Kamu mau gak nganterin saya sampai lantai lima belas. Sorry saya takut di lift sendirian" ucap Diandra sambil berusaha memberikan senyum termanisnya

Andrew menatap gadis itu dengan mata yang terlihat kebingungan. Seorang artis seterkenal Diandra takut berada di dalam lift? Tapi ini bukan waktu untuk bertanya. Jam di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul satu dinihari. Akhirnya ia kembali masuk ke lift. Dan menemani gadis itu menuju ke lantai lima belas.

"Terima kasih banyak" kembali terdengar suara lirih Diandra

"It's ok. Saya antar kamu sampai disini atau sampai ke depan kamarmu?"

"Boleh gak kalau sampai depan kamar" suara Diandra kembali terdengar memohon.

"Ok" jawab Andrew sambil tersenyum. Permintaan yang aneh.

Andrew mengantar Diandra ke depan kamarnya. Setelah gadis itu memasukkan key card dan pintu terbuka Andrew segera pamit dan dibalas anggukan dan ucapan terima kasih oleh Diandra. Dalam hati Andrew berkata ada ada saja. Seorang perempuan yang begitu terkenal punya ketakutan terhadap hal yang sangat remeh.

Andrew akhirnya tiba di kamarnya. Tanpa mengganti pakaian ia langsung merebahkan tubuhnya di ranjang berukuran king size tersebut. Tak lama ia sudah larut di dalam mimpi

***

Pukul setengah delapan pagi

Andrew sudah mulai bekerja dari tadi. Ia memindahkan seluruh foto kemarin ke dalam laptop miliknya. Memilih mana yang bagus dan menghapus beberapa foto yang menurutnya tidak layak. Sambil sesekali menyesap kopi hitam dan menghisap rokok. ia bekerja dengan konsentrasi penuh.

Tersenyum sendiri memandangi hasil foto Diandra kemarin. Inilah salah satu sisi terbaik dari seorang fotografer. Ia bisa mendapatkan foto terburuk dari seorang model. Tidak jarang juga ia bisa melihat tanpa sengaja bagian tubuh paling sensitif modelnya. Sebagai seorang pria normal jelas Andrew merasa senang. Tapi ia harus tetap bersikap profesional.

Diandra, ia kembali menggumamkan nama itu. Salah satu model tercantik yang pernah dipotretnya. Kecantikan alami yang juga ditunjang oleh tubuh yang proporsional. Namun ia tetaplah profesional. Foto yang buruk dan terkesan vulgar akan langsung dihapusnya. Kecuali atas permintaan konsumen.

Andrew adalah seorang workholic dan pencinta rokok sejati. Dia sudah melanglang buana ke berbagai penjuru dunia untuk memotret. Selama ini kantor pusatnya berada di London. Dari sanalah job job besar mengalir untuknya. Tidak mudah untuk mendapatkan Andrew. Karena kesibukan  yang tinggi tak jarang agennya menolak untuk menerima pekerjaan atas namanya. Selain itu ia juga menuntut bayaran yang tinggi atas jasanya.

Mengenai rokok, pagi ini ia sudah menghabiskan satu bungkus. Rokok sudah menemaninya sejak belia. Dan akan selalu terus bersamanya terutama ketika ia sedang sendirian seperti ini. Andrew adalah sebuah pribadi yang tertutup. Ia tidak punya banyak teman di dunia nyata. Akun sosmednya pun jarang diupdate karena memang ia tidak boleh menshare hasil fotonya sembarangan seperti yang banyak orang lain lakukan. Kebanyakan ia sudah terikat kontrak untuk tidak menyebar luaskan hasil pekerjaannya.

Matanya kembali terarah pada laptop dihadapannya. Mengedit beberapa hasil terbaik untuk diserahkan pagi ini. Setelah pekerjaanya selesai sudah ada pekerjaan lain menanti. Nanti malam ia sudah harus terbang ke Maldives melalui Singapura. Karena akan ada pemotretan untuk sebuah brand pakaian dalam wanita ternama.

Tidak sengaja ia melihat kembali pose pose diandra beberapa waktu lalu ketika pemotretan di bath up. Lama andrew menatap foto itu. Ada perasaan aneh yang menjalar di hatinya. Sesuatu yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Sebuah debaran halus dan kesenangan untuk menatap foto itu berlama lama. Namun ketika kesadaran kembali menguasainya ia menggelengkan kepala dan akhirnya menutup dan mematikan laptopnya.

***

Diandra pagi ini

Aku terbangun dari tidur lelapku. Kemarin aku mulai bekerja dari pukul tiga pagi. Karena acara yang begitu padat. Aku baru bisa beristirahat pukul satu dini hari. Sangat melelahkan memang. Tapi aku menikmatinya.

Inilah salah satu konsekuensi menjadi seorang brand ambassador. Aku harus mendedikasikan seluruh waktu untuk keperluan promosi produk tersebut. Sesuai kontrak yang sudah aku tanda tangani. Dengan nilai kontrak yang fantastis tidak mungkin aku bekerja asal asalan. Semua menuntut profesionalitasku. Salah satunya ya kemarin itu, aku harus menyiapkan tubuh dan pikiranku sehari penuh.

Masih tergolek di kasur  kembali teringat Andrew fotografer yang bekerja sama denganku untuk produk ini. Dia sangat profesional. Tidak banyak kata kata yang keluar dari mulutnya. Ketika kami briefing sebelum pemotretan dia tampak lebih banyak menyimak penjelasan pihak perusahaan, sementara ketika pemotretan ia hanya memberi sedikit pengarahan padaku dan seluruh crew. Hanya sesekali ia memberikan instruksi. Selebihnya ia memberiku kebebasan dalam berekspresi. Tidak ada umpatan kasar maupun kemarahan. Semua berjalan dengan santai tapi tetap fokus pada kesepakatan kami. Tapi ketika aku melihat hasil fotonya. Segera aku menyadari bahwa benarlah dia sangat berbakat. Pantaslah kalau namanya begitu terkenal diantara kami para model.

Ketika sedang asyik berkhayal tentang Andrew terdengar suara pintu di ketuk kukira room service ternyata Maya. Manager sekaligus sepupuku. Dia langsung menghempaskan bokongnya di sofa.

"Dah sarapan Di" tanya Maya

"Belum, elo?"

"Udah, mau sarapan apa lo?"

"Bentar lagi lah. Minta yang western aja ya"

"Ok deh gue pesen aja dulu. Oh ya Di..."
Maya menggantung kalimatmya

"Hmmm"

"Gimana tawaran victoria secret  kemarin?"

'Gak lah May, gak enak sama bokap gue. Kan gue janjinya waktu diijinin jadi model gak boleh foto yang terbuka. Nah ini model pakaian dalam  gak mungkin gak kebuka"

"Sayang banget lho Di, gak semua model dapet kesempatan. Sementara elo tanpa harus kirim portfolio eh langsung ditawarin"

"Gak papa deh May. Dari pada ntar ortu gue marah"

"Eh Di, inget fotografer kemarin gak?"

"Andrew?"

"He'em keren ya" terdengar suara Maya memuji

"Iya, baik banget lagi"

"Kok lo tahu"

"Iya, kemarin waktu elo ninggalin gue di ballroom. Gue udah takut kalau harus naik lift sendirian tengah malam. Untung ada dia di lift. Gw minta tolong dia buat nemenin gue sampai ke lantai lima belas. Eh dia juga mau nganterin sampe depan kamar gue. Dia  itu sopan banget, abis nganter langsung balik. Kalau cowok lain lihat gue sendirian gak tahu deh"

"Atau lo sebenernya pengen kalau dia nyosor elo" maya mencoba menggoda diandra

"Apaan sih lo May" teriak  Diandra sambil melempar bantal kearah maya.

"Tuh kaaann... blushing... elo gak pernah gini lho Di"

"Gak lah bokap nyokap gue pasti gak setuju. Dia kan orang asing May"

"Iya sih, secara elo kan anak baik banget. Yang selalu nurut apa kata orang tua"

Diandra menghela nafas. Mengingat kebersamaannya dengan Andrew semalam di dalam lift.

"Eh Di, buruan siap siap udah jam delapan. Bentar lagi lo ada meeting terakhir di Ruang Arjuna sama perusahaan"

"Oh iya. Gue siap siap deh"

"Dandan yang cantik. Ada Andrew juga lho"

Diandra hanya tersenyum. Maya tidak hanya managernya. Tetapi juga sahabat terbaik dan sepupunya. Maya  diminta langsung oleh papa Diandra untuk mendampingi selama ia meniti karier di jakarta.

***

Diandra memasuki ruang meeting tersebut dengan senyum penuh percaya diri. Setelah menyapa beberapa orang yang dikenalnya ia melangkah menuju kursi yang telah disediakan.  Namun celetukan pak Raka  membuat senyumnya memudar

"Waaahh, Diandra janjian nih sama Andrew"

"Apanya pak?" Tanya Diandra sambil memandang  ke arah sang fotografer dengan tatapan bingung.

"Baju kalian. Sama sama pakai kemeja abu abu dan celana jeans. Warnanya sama  semua lagi" terdengar suara pak Raka diiringi tawa dari seluruh orang yang ada di ruangan.

Diandra dan Andrew sama sama terlihat terkejut. Namun akhirnya mereka sama sama ikut tertawa. Akhirnya Andrew menjelaskan kalau ia tidak janjian dengan diandra. Semua hanya kebetulan saja.

Rapat dimulai. Diisi dengan laporan Andrew mengenai hasil fotonya. Dan ucapan terima kasih dari pihak perusahaan atas kerjasama mereka kemarin. Andrew dan Diandra pun saling mengucapkan terima kasih. Ketika rapat selesai Andrew langsung menuju kamarnya di lantai delapan untuk mengambil barang barangnya. Setelah sebelumnya mengucapkan salam perpisahan dengan Diandra. Andrew menggenggam erat tangan model tersebut. Sementara Diandra hanya tersenyum malu.

***

Happy reading

Maaf untuk typo

040719

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top