Bagian Ketujuh

Saat saya tarik kedua cerita saya kemarin. Saya kira nggak ada yang baca lagi cerita  ini. Ternyata masih ada. Tq ya buat kalian semua.

Ada juga beberapa yang langsung mengunfollow saya. Saya memang tidak mungkin menyenangkan semua orang. Pasti ada yang kecewa. Tapi hidup itu kan pilihan. Saya sudah memilih, nah mereka juga. Percayalah, saya sama sedihnya dengan kalian. Tapi sekali lagi, semua karena keterbatasan saya.

***

Andrew berada di halaman Palacio de la Madrid. Istana dari kerajaan Spanyol. Ia akan mengambil foto resmi keluarga kerajaan ditempat ini. Selain disini, juga akan ada pengambilan gambar di Palacio de la Zurzuela. Kediaman resmi raja Felipe VI. Hanya saja nanti, disana pengambilan gambar akan terlihat lebih santai.

Bagi Andrew, adalah sebuah kehormatan saat ia diperkenankan mengabadikan foto resmi keluarga orang nomor satu di spanyol itu. Mengenakan kemeja resmi dan juga jas, ia memasuki bagian dalam istana. Tempat ini biasanya hanya digunakan untuk menerima tamu kerajaan juga  kegiatan seperti jamuan resmi kenegaraan.

Semua sudah dipersiapkan dengan baik. Pengamanan juga sangat ketat. Seluruh barang bawaan Andrew dan asistennya diperiksa dengan teliti. Untuk yang satu ini, Andrew sangat kooperatif. Ia juga tidak ingin ada hal yang nantinya akan mengganggu jalannya pemotretan.

Memasuki bagian dalam istana, terdapat banyak lukisan. Ia disambut langsung oleh raja Felipe dan ratu Letizia. Andrew dan timnya membungkuk hormat. Baru kemudian menyalami sang raja dan ratu. Berikut anak anak mereka.

Suasana formal yang awalnya dibangun, cair seketika. Saat pemotretan mulai berlangsung. Beberapa kali juga ia mengambil foto secara candid. Ratu Letizia terlihat sangat menguasai suasana. Ia bisa terlihat cantik, anggun, sekaligus elegan. Mungkin karena latar belakangnya seorang jurnalis. Membuat ia terlihat cerdas.  Tak jauh berbeda dengan istrinya, raja Felipe juga sesekali melemparkan jokes ringan yang membuat mereka semua tertawa.

Sebenarnya pemotretan seperti ini sangat dihindari oleh Andrew. Ia merasa canggung saat berada ditengah keluarga yang terlihat harmonis. Namun ini adalah tugas penting, dan ia tak boleh menolak. Apalagi memotret mereka adalah sebuah ajang penunjukan prestige bagi dirinya. Tidak sembarang fotografer mendapatkan  tawaran seperti ini. Dan Andrew adalah salah satunya.

Ditatapnya hasil foto tersebut satu persatu. Setelah merasa puas, ia menunjukkan kepada sang raja yang di dampingi kepala rumah tangga istana. Mereka akan memilih beberapa yang dianggap bagus dan sesuai selera mereka. Dua jam kemudian tugas mereka selesai. Dan akan dilanjutkan besok pukul sembilan pagi. Di istana Zurzuela.

***

Andrew barus selesai mandi saat ponselnya berkedip. Tanda ada pesan masuk. Ternyata dari tantenya Regine. Segera ia menghubungi tantenya tersebut.

"Hai aunty  apa kabar?" Sapa Andrew.

"Baik, kamu dimana?"

"Masih di Spanyol sampai lusa. Ada apa?"

"Dimana kamu akan menghabiskan malam tahun baru?"

Andrew terdiam, ia memang tidak punya rencana apa apa. Baginya tidak ada perbedaan antara malam tahun baru dan malam biasa.

"Tidak ada rencana apa apa. Ada apa?"

"Maukah kamu menghabiskan malam tahun baru dengan tante disini?"

"Lalu lucille?" Andrew segera mengingat teman kencan tantenya.

"Kamu sudah putus. Tidak ada kecocokan"

Andrew terdiam sesaat.

"Ya sudah, saya akan ke Singapura sekitar tanggal tiga puluh. Kita akan merayakannya bersama"

"Ok, saya tunggu" jawab Aunty Regine sambil mematikan sambungan.

Andrew menghempaskan tubuhnya di ranjang. Tidak biasanya sang tante minta ditemani. Apalagi dalam acara seperti itu. Apakah tidak ada hal lain yang ingin dibicarakannya? Berusaha memejamkan mata saat isi kepalanya tengah bertanya. Tapi kembali ada bayangan Diandra disana. Andrew membenci pikirannya sendiri. Mestinya wajah itu tidak selalu mengikutinya.

***


Diandra memilih beberapa gaun di butik Malia, sahabatnya. Semuanya merupakan gaun panjang meski ada juga yang bermodel off shoulder. Gaun ini akan digunakannya untuk beberapa acara, dimana ia tidak diendorse oleh siapapun.

Malia kemudian muncul dengan dua buah kebaya pesanan Diandra untuk pernikahan sepupunya Jennifer. Berwarna abu abu dan juga ungu.

"Kebaya gue udah jadi mal?"

"Udah, lo coba aja dulu"

Diandra kemudian mencoba keduanya. Terlihat pas ditubuhnya yang langsing.

"Bawahnya nggak sekalian dijahit Di?" Tanya Malia.

"Enggak ah, gue pakai kain yang dililit aja. Biar nggak susah jalannya"

Malia hanya mengangguk. Kemudian membenahi beberapa bagian yang dianggapnya kurang pas.

"Lo rada kurusan ya Di, nih bagian dada sama pinggangnya kelihatan kendor gitu"

"Masak sih Mal? Tapi iya ya, rada kegedean dikit"

"Mikirin apa sih, sampai bisa gini?" Tanya Malia sambil bercanda.

"Enggak apa apa kok. Malah gue sebel, coba kalau dada gue bisa rada gede kayak lo. Kan cakep kalau pakai kebaya"

Malia hanya tertawa.

"Dada lo mah, dari sononya cuma segitu ukurannya. Minta diremes ama pacar, atau tunggu lo hamil. Pasti bengkak tuh dada"

"Ih, lo mah gitu ngasih sarannya" balas Diandra sambil cemberut.

"Di, gimana kabar Andrew?" Tanya Malia tiba tiba

"Belum jadi pacar sih, masih deket aja"

"Cieee.... ehem. Elo udah bener bener ngelupain Arga?"

Diandra mengangguk. Ia memang sudah melupakan Arga termasuk penghianatannya. Sekaligus merasa gamang dengan Andrew. Ya, kadang Andrew terasa sangat dekat. Tapi juga jauh.

Pria itu tidak pernah bersedia menjawab kalau Diandra bertanya tentang orang tuanya, keluarganya atau latar belakangnya.  Andrew akan mengelak dan setelah itu beberapa hari berhenti menghubunginya. Meski ia menyapa tapi jawaban Andrew sangat singkat.

Tapi saat Diandra mendiamkannya, maka Andrew akan kembali menghubunginya. Meski pertanyaan yang keluar dari bibirnya tetaplah sama. Sekedar apa. kabar, sudah makan atau belum, lagi ngapain. Standar sekali kan?

Pernah Diandra berharap lebih, saat melihat sahabatnya Malia mendapat kiriman bunga dari kekasihnya yang bekerja di Texas. Tapi apa yang diimpikannya itu hanyalah ilusi. Karena tak sekalipun Andrew melakukannya.

Ditatapnya Malia yang kembali menekuni kertas kerjanya. Diandra akhirnya memutuskan untuk membuka ponselnya. Ada status baru dalam akun Whatsapp pria itu. Done!. Ia tahu kemungkinan besar pekerjaan Andrew sudah selesai.

***

Andrew tengah memgunjungi Centro de Comercial La Vaguada sesaat sebelum ia kembali ke London. Mencoba melihat lihat sesuatu yang bisa dibelinya. Hingga akhirnya ia menemukan sebuah toko perhiasan. Ingatannya segera melayang pada aunty regine dan Diandra.

Memasuki tempat itu, ia berkeliling sejenak. Toko perhiasan ini cukup terkenal diseluruh penjuru dunia.  Sambil mengamati benda benda berharga dan bernilai seni tinggi tersebut.  Mencoba memilih  yang kemungkinan besar cocok untuk kedua perempuan yang disayanginya tersebut. Akhirnya ia menemukan sebuah bandul kalung untuk Regine. Dan sepasang anting anting untuk Diandra.

Keduanya bertahtakan berlian dan mutiara.  Andrew mengeluarkan kartu kreditnya kemudian membayar kedua benda tersebut dengan harga yang cukup fantastis. Ia tidak akan memberikannya  sekarang. Karena tahu  tidak sempat bertemu dengan Diandra secara langsung.  Semoga hadiah ini akan sampai ditangan gadis itu pada saat  malam tahun baru nanti. Dan semoga Diandra tidak kemana mana serta menyukai pilihannya.

***

31 Desember

Diandra membantu beberapa pekerja mengatur posisi kursi dihalaman belakang rumah. Malam ini ia sekeluarga dan beberapa staf perkebunan akan merayakan pergantian tahun. Sebagai tuan rumah Diandra merasa harus melakukan sesuatu agar semua tampak semarak.

Lelah setelah  berkutat dengan kegiatannya, akhirnya gadis itu memilih untuk duduk di kursi teras. Ada perubahan status di salah satu akun medsos Andrew. Ada kalimat singkat wish you here. Sambil menunjukkan gambar sebuah ranjang di kamar hotel.

Jantung Diandra berdegup kencang. Ia hampir menangis. Kepada perempuan manakah kalimat itu ditujukan? Tidak kuat menahan sesak, ia melangkah menuju kamar. Beruntung mami sedang berada di dapur mempersiapkan pesta untuk nanti malam. Sehingga tidak akan ada yanh bertanya ada apa dengannya.

Sesampai disana, Diandra segera merebahkan tubuhnya diranjang. Jadi apa maksudnya selama ini Andrew bolak balik mengirimkan pesan? Kalau ternyata ada perempuan lain yang tengah dirindukannya? Sudah dua hari Pria itu tidak menghubunginya. Juga tidak mengabarkan keberadaanya.

Apakah berarti dia sedang menghabiskan waktu dengan seseorang? Sampai sampai tidak sempat mengirim kabar untuk Diandra. Kembali air matanya mengalir. Apakah selama ini ia hanya bertepuk sebelah tangan? Berharap pada Andrew, padahal laki laki itu hanya menganggapnya sebagai teman.

Ditengah kegalauannya, tiba tiba mami mengetuk pintu kamarnya.

"Di.... kamu didalam?"

"Iya mi, sebentar" jawab Andrea. Ia langsung membuka pintu kamar.

Maminya tersenyum lebar, "Ada cowok di depan, katanya mau ketemu kamu. Kok punya pacar nggak bilang bilang?"

Diandra tersentak, jelas ia kaget dengan ucapan maminya. What?! Pacar? Pacar dari hongkong!

"Di lagi nggak punya pacar mam" jawabnya kesal.

"Ya sudah, tapi temui dia. Jangan lupa habis itu kenalin sama mami"

Dengan cemberut Diandra melangkah keluar dari kamarnya. Lagian siapa sih? Yang iseng datang kemari? Apa dia nggak tahu kalau berita tentang Diandra dikunjungi seorang pria bisa langsung menyebar ke seantero perkebunan? Dan menimbulkan gosip diantara para.pekerja?

Memasuki ruang tamu, ia menemukan seorang laki laki yang jelas jelas tidak dikenalnya.

"Selamat siang mbak Diandra"

"Selamat siang. Maaf dengan siapa ya?"

"Saya Wisnu. Saya bekerja di Tan Corps Singapura. Kebetulan tadi malam saya bertemu dengan pak Andrew di Changi. Dan dia menitipkan ini untuk mbak" ujar laki laki itu sambil menyerahkan sebuah paperbag yang dibungkus dengan rapi.

Diandra menerima dengan ragu. Ia hanya merasa tidak percaya dengan apa yang dikatakan pria yang tengah duduk dihadapannya ini.

"Anda kenal Andrew?"

"Ya, kebetulan beliau keponakan atasan saya. Ibu Regine" Diandra hanya mengangguk

Jujur ia tidak mengenal nama terakhir yang disebutkan Wisnu. Tepat saat itu, seorang asisten rumah tangga datang membawa nampan berisi teh dan kudapan kecil. Lumayanlah untuk mencairkan suasana. pikir Diandra.

"Terima kasih pak Wisnu. Silahkan diminum dulu. Apa Andrew sedang di singapura?"

"Saya kurang tahu mbak, kami bertemu di Changi. Entah baru sampai atau  akan berangkat saya tidak tahu. Hanya saya diperintahkan oleh ibu Regine untuk menunggunya di Bandara, karena ada pak Andrew ingin menitipkan sesuatu pada seseorang di Cipanas. Kebetulan saya orang Bandung"

Diandra hanya tersenyum. Sementara pria yang ada dihadapannya merasa mendapat durian runtuh. Sudahlah bertemu dengan salah satu pemilik Tan Corps, dipercaya menyampaikan titipan. Dan akhirnya malah bertemu dengan salah seorang perempuan paling cantik di negaranya. Karena memang tidak mudah untuk menemui seorang Diandra. Tadi saja ia mendapatkan pertanyaan berlapis dari petugas keamanan.

Saat akan pamit, pria itu meminta ijin untuk mengambil foto bersama. Diandra mengiyakan ajakannya. Setelah Wisnu pergi, ia buru buru melangkah ke kamar. Sesampai disana dengan tak sabar ia membuka isi paperbag mungil tersebut. Dan terbelalak saat menemukan benda yang ada didalamnya!

***

Happy reading

Maaf untuk typo

13 juli 2019

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top