Bagian Kesembilan

Pagi itu, Andrew keluar dari hotel tempatnya menginap. Menggunakan taksi, menuju  kediaman Diandra. Jantungnya berdegup kencang. Ini pertemuan pertama mereka semenjak berpisah. Dan juga sebagai sepasang kekasih. Andrew masih belum percaya saat Diandra mau melanjutkan hubungan mereka.

Rasanya seperti anak remaja yang pacaran melalui akun sosial media. Tidak pernah bertemu, tiba tiba mengikrarkan hubungan. Tapi Andrew akan sangat menghargai komitmen mereka. Meski iapun belum yakin dengan keputusannya. Rasa takut ditinggalkan dan juga mengalami kesedihan panjang seperti ayahnya tetap menghantui.

Tapi seperti yang Aunty Regine katakan, ia harus bangkit. Toh selama ini belum mencoba. Ia berharap agar ketakutannya tidak akan terbukti. Lagipula sebagai laki laki ia sadar Diandra adalah perempuan yang berbeda. Dan ia beruntung mendapatkan kekasih seperti Di. Selain cantik, juga setia. Ia putus dengan kekasih terdahulu karena diselingkuhi. Dan itu cukup bagi Andrew untuk menilai bahwa kekasihnya adalah perempuan baik baik. Juga dari penampilannya selama ini.

Ia tidak sempat membeli apa apa. Karena melakukan penerbangan malam. Sebagai pengganti bunga, ia membawa coklat low fat sebagai oleh oleh. Dan berharap Diandra akan suka. Sebagai model ia pasti menjaga berat tubuhnya.

Turun disebuah apartemen mewah, ia memasuki lobby. Melapor pada pihak security. Setelah mendapat ijin dari Diandra ia segera naik ke lantai sembilan. Andrew memencet bel, gaknlama pintu dibukakan oleh seorang perempuan cantik bertubuh tinggi. Diandra!

"Hai, selamat pagi my Di" sapa Andrew.

"Pagi juga Deedoo" jawab Diandra dengan senyum sumringah.

Diandra mempersilahkan kekasihnya untuk masuk. Lantas mengucapkan terima kasih atas coklatnya. Gadis itu mengenakan dress dibawah lutut berwarna biru. Tanpa riasan berlebih. Sementara Andrew mengenakan kaos polo abu abu dan celana jeans hitam. Juga sebuah jaket berwarna hitam.  Setelah pria itu duduk disofa Diandra bertanya.

"Kapan ke Jakarta?"

"Tadi malam, pesawat terakhir. Duduk sini Di" ujar Andrew sambil menepuk kursi kosong disebelahnya.

"Aku ambilkan kamu minum dulu" jawab Diandra sambil berjalan kearah pantry.

Tak lama gadis itu muncul dengan dua gelas jus jeruk dan setoples kue kering kacang mete. Andrew tersenyum lebar.

"Kok senyum?" Tanya Diandra

"Aku suka kacang kacangan. Terutama mete dan almond"

"Kebetulan ya" balas Diandra sambil duduk disamping pria yang baru sehari menjadi kekasihnya.

"Terlalu banyak kebetulan untuk kita" jawab Andrew sambil menatap wajah Diandra yang memerah.

"Terima kasih buat antingnya. Aku suka sekali"

"Sama sama. Aku senang kalau kamu suka" jawab Andrew sambil menatapnya.

Diandra hanya menunduk.  Namun membiarkan saat kekasihnya mengambil dan mengelus jemarinya.

"Saya minta maaf,  akan jarang menemuimu setelah ini"

"Aku tahu kamu sibuk. Boleh aku minta sesuatu?"

"Ya"

"Jangan mencari perempuan lain. Aku akan cemburu disini"

Andrew tertawa kecil, melihat wajah Diandra yang cemberut.

"Tidak akan, kamu boleh pegang kata kata saya"

"Kenapa memilih aku Deedoo?"

Andrew kembali menatap Diandra.

"Karena kamu salalu membayangi hidup saya. Kemanapun saya melangkah"

Kembali Diandra tersipu. Jatuh cinta itu.....

***

Andrew menghembuskan rokoknya. Sore itu ia menerima email, untuk menjadi salah satu juri pada pemilihan top model Asia. Membuatnya akan berada di Singapura untuk beberapa saat. Hampir bisa dipastikan, ia akan menghabiskan tahun baru imlek disini.

Itu merupakan kabar gembira, karena berarti ia akan semakin dekat dengan Diandra. Tapi sekaligus kabar kesedihan, karena ia akan kembali harus berdekatan dengan keluarga ayahnya. Sementara selama ini, mereka berusaha menghindar darinya. Ada banyak tradisi yang mengharuskannya untuk bergabung. Sebagai keturunan tionghoa yang seharusnya memegang teguh tradisi. Ini merupakan beban bagi Andrew.

Ditatapnya foto foto perempuan yang dikirim lewat email. Semua menunjukkan kualitas sebagai model. Pemenangnya nanti akan langsung mendapat kontrak dari sebuah produsen perawatan rambut. Cukup menggiurkan, apalagi bagi model yang bermimpi untuk go international. Ini merupakan salah satu batu loncatan bagi mereka.

Sebenarnya ia tidak suka ikut dalam ajang seperti ini. Akan banyak intrik yang dipertontonkan. Juga persaingan antar model yang kadang tak lagi sedap untuk dipandang. Bagaimana mereka begitu luwes diatas panggung, namun bagai singa kelaparan dibelakang panggung. Ini bukan kehidupan yang sehat.

Akhirnya ia menutup macbook yang selalu setia menemani. Tak lagi ingin menatap wajah wajah cantik disana. Diandra jauh lebih menarik daripada mereka. Hei, apa kabar gadisnya? Andrew ingin menghubunginya. Tapi pada jam begini, ponsel kekasihnya pasti tengah dipegang oleh Maya. Sementara mereka sudah berkomitmen untuk menyembunyikan hubungan mereka.

***

Diandra menghembuskan nafas keras. Pernikahan Jennifer akan dilaksanakan lusa. Seluruh keluarga besar sudah bersiap. Diandra sendiri akan ikut saat tarian penyambutan. Hal biasa yang dilakukan oleh para gadis dikeluarga besarnya.

Latihan sudah mereka lakukan. Karena ini bukan hal pertama, mereka sudah menghapal gerakan tarian masing masing. Ia ingin mengundang Andrew. Tapi tampaknya sang kekasih sudah memberi sinyal tidak bisa hadir. Karena sudah terikat kontrak dengan pihak penyelenggara top model Asia.  Selain itu, rasanya belum tepat kalau mereka mengumumkan hubungan yang masih sangat dini tersebut. Ini bisa membuat papinya murka.

Ia tahu, bahwa peraturan papi masih sama. Dan akan sulit untuk diubah. Ditatapnya foto mereka berdua saat mengantar kekasihnya ke bandara. Disana Andrew tengah memeluk bahunya. Dan ia menyenderkan kepalanya dibahu Andrew. Dua hari menghabiskan waktu bersama, memberikan kenangan yang indah buat Diandra.

Andrew sebagai fotografer, dan saat menjadi kekasihnya tidak berbeda jauh. Tidak ada yang disembunyikan sama sekali. Ia juga cukup sopan saat memperlakukan Diandra. Sejauh ini Andrew hanya berani mencium kening dan meremas jemarinya. Ia bisa merasakan kasih sayang yang besar untuknya.

"Ngapain Di?" Tanya mami tiba tiba, menghentak lamunannya. Membuat Diandra segera mematikan layar ponselnya.

"Nggak mi, lihat jalanan macet aja dibawah sana"

"Jangan bohongi mami" jawab maminya penuh selidik.

"Bener mi, aku nggak apa apa. Cuma lagi ngelihatin jalanan"

"Tapi mata kamu dari tadi kosong. Lagi memikirkan seseorang?"

Diandra diam, namun ia menggeleng.

"Enggaklah mi. Siapa juga yang harus aku pikirin"

"Siapa tahu kamu sudah menemukan pengganti Arga" goda mami

"Mami masih ingat dia? Kan udah lama banget" jawab Diandra tidak suka.

"Dan selama itu juga kamu nggak pernah punya pacar lagi"

Diandra hanya menggeleng pelan. Kembali tatapannya terpaku pada jalanan padat dibawah sana.

"Mi, boleh nanya?"

"Nanya apa?"

"Kenapa sih papi melarang aku pacaran sama orang asing?"

"Kamu lagi naksir sama salah satu dari mereka?" Selidik mami

Diandra menggeleng, ia menunggu jawaban maminya.

"Cuma mau tahu aja alasannya. Selain jawaban takut aku dibawa ke negaranya"

Mami ikut menyenderkan tubuhnya di dinding kaca. Sambil menatap di kejauhan.

"Dulu, papi, om Jeffreymu adalah sahabat. Sebenarnya bertiga sih, satu lagi Evan. Bukan nama sebenarnya kayaknya. Mereka sangat dekat. Sampai akhirnya, sahabat mereka yang bernama Evan itu malah ingin merebut tantemu Fify.

Ia sengaja menghamili Fify, dan dengan alasan ingin menikahinya, membawa Fify kabur ke Singapura. Negara asalnya. Berbulan bulan mereka mencari tantemu. Ternyata belakangan diketahui kalau tantemu berada di Jepang.

Saat itu yang mami dengar tantemu sudah melahirkan. Sayang menurut ommu dan keluarga Fify, bayinya meninggal ketika baru lahir. Mereka segera membawa tantemu kembali ke Indonesia. Sejak itu mami nggak pernah dengar apapun lagi tentang Evan"

"Kasihan tante Fify"

"Ya, dan sejak itu papimu sangat membenci orang asing. Dia merasa dibohongi oleh Evan. Padahal setahu mami mereka sudah menganggap laki laki itu seperti keluarga sendiri. Memang Evan berasal dari keluarga berada. Ia sendiri berada di Jakarta untuk mewakili investasi perusahaan ayahnya yang cukup menggurita disini. Papimu tidak ingin kamu bernasib buruk seperti Fify. Lebih tepatnya, ia tidak ingin kehilangan kamu yang tidak tahu berada dimana"

Diandra menarik nafas dalam. Wajar kalau papinya takut. Dan tante Fify? Ia tidak melihat trauma apapun padanya. Benarkah yang diutarakan mami? Diandra tidak bisa menjawab. Bagaimana kelak dengan hubungannya bersama Andrew? Apakah kekasihnya akan melakukan hal yang sama? Menghamilinya lalu membawa pergi ke negara yang jauh saat orang tuanya tidak setuju? Diandra bergidik, membayangkan saja ia tidak sanggup. Dan ia bukan penganut seks bebas. Ya Tuhan, semoga aku dijauhkan dari hal buruk seperti itu.

Ditatapnya mami yang sudah melangkah menuju ruang tengah. Saat ini kedua orang tuanya memang sudah menginap di Jakarta. Meski tak ada upacara adat yang berlebihan. Pihak keluarga tetap melakukan pertemuan agar seluruh acara pernikahan putri omnya berjalan lancar.

Deedoo, apakah perjalanan kita kelak seterjal itu? Aku tahu kamu laki laki yang baik. Jangan kecewakan aku dan keluargaku ya?

***

Hari pernikahan Jennifer akhirnya tiba. Diandra sudah berdandan sejak pagi. Ia turut hadir saat upacara pernikahan di vihara. Juga pada saat sesi foto bersama keluarga keluarga besar maminya. Tante Fify sudah menyiapkan semua dengan sangat sempurna. Saat ini Diandra  dan beberapa sepupu sudah berada didepan pintu masuk yang bertaburan dengan bunga.

Suara musik mulai terdengar, mereka segera menggerakkan tubuh sesuai irama. Banyak penonton yang memvideokan tarian mereka. Bahkan ada beberapa yang melakukan siaran langsung, dengan fokus pada gemulainya tubuh Diandra.

Perlahan para penari dan iringan pengantin serta keluarga memasuki ruangan. Diandra selalu terlihat tersenyum. Kedua orang tuanya sangat bangga. Putri tunggal mereka tetap mampu menjaga tradisi. Meski statusnya sebagai model internasional.

Tiba tiba salah seorang keluarga dekat membisikkan sesuatu ditelinga maminya.

"Mbak, Diandra sudah punya pacar belum?"

"Kayaknya belum, kenapa?" Jawab maminya

"Saya ada kenalan, orangnya baik banget. Pengusaha batu bara. Orangnya dateng kok malam ini"

"Waduh, aku nggak berani kalau soal begitu.  Coba tanya anaknya aja deh"

"Mbak, kalau yang ini, saya jamin keluarganya juga baik. Mumpung mereka sama sama kosong mbak"

"Coba nanti  bicara langsung saja sama Diandra ya. Siapa tahu dia mau"

Mami Diandra tidak suka terlalu ikut campur dengan perjodohan putrinya. Apalagi masih berusia dua puluh empat tahun. Ia merasa masih punya cukup waktu untuk Diandra menemukan pasangannya sendiri.

Dari kejauhan ditatapnya sang putri yang sudah berganti pakaian. Diandra cantik, sangat cantik bahkan. Dengan tubuh tinggi dan ramping. Kulit putih dan halus. Satu yang mengganjal pikirannya. Ia merasa putrinya tengah menyimpan sebuah rahasia tentang pasangan saat ini. Tapi kenapa? Apakah ada hubungannya dengan orang asing?






***



Happy reading

Maaf untuk typo

15juli2019

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top