Bagian kedua
Terima kasih, atas vote dan komen kalian di bagian pertama. Saya yang nulis part ini masih sering keseleo nulis nama Langit dan Alea. Maaf kalau ada penulisan yang salah yaaaa....
🌷☘🌷☘🌷☘
Maya membantu Diandra membereskan kopernya. Sementara sang model memilih merapikan kembali seluruh alat make upnya yang tampak berantakan.
"May, kita langsung ke bandara ya"
"Iya, nanti koper yang isinya baju kotor biar diantar Rudi aja ke apartemen. Itu gue udah siapin baju bersih lo buat di Singapura"
"Ya udah, ini gue juga bawa make up sedikit aja. Cuma dua hari kan?"
"Iya, buat laser muka elo doang. Eh tapi mau treatment rambut sekalian nggak?"
"Boleh deh, paling juga lima jam kan? Elo udah reservasi sama mr. Chang?"
"Udah dari kemarin. Kan memang jadwal lo"
Diandra mengangguk. Kemudian ikut menarik salah satu kopernya keluar kamar. Sesampai di mobil mereka segera menuju bandara.
***
Diandra bersama Maya langsung memasuki ke executive lounge setelah selesai check in. Siang ini mereka berangkat ke singapura untuk perawatan kecantikan rutin. Diandra menghempaskan tubuhnya di sofa berwana hitam. Ia merasa lega ketika berhasil melewati kerumunan wartawan di depan tadi. Seperti biasa ia hanya melemparkan senyum manis dan ramah. Dia juga melayani beberapa penggemar yang meminta foto bareng.
Kegiatan itu sudah menjadi makanan sehari hari. Sebagai model papan atas ia harus menjaga image dengan para wartawan dan penggemarnya. Walau kadang ia sedang bad mood tetapi ia tetap berusaha untuk profesional.
Tiba tiba Maya menyenggol pundaknya
"Apaan sih May"
"Lo lihat ke arah pintu masuk"
Seketika diandra mengalihkan pandangannya. Dan matanya langsung bisa menangkap wajah Andrew disana. Sialnya pria itu pun ternyata sedang menatapnya. Akhirnya ia membalas senyum Andrew. Dan dari tempat duduknya ia bisa melihat bahwa laki laki itu sedang berjalan ke arahnya.
"Hai Diandra" sapa Andrew dengan suara ramah
"Hai Andrew"
"Senang bertemu kamu kembali disini"
"Mau kemana?" Diandra bertanya
"Saya mau ke Singapura, dari sana baru ke Maldives"
"Wow, berarti sama dong kita" tiba tiba terdengar suara Maya menyambung. Diandra langsung mendelikan matanya ke arah maya. Tapi Maya terlihat cuek.
"Ngapain ke Maldives, liburan?" lanjut Maya
"Ada pemotretan untuk victoria secret"
"Oh ya? sebulan yang lalu Diandra dapat tawaran dari mereka lho"
"Apa saya akan memotret kamu juga disana" tanya Andrew pada Diandra
"Tidak, saya menolaknya. Saya tidak nyaman difoto dengan pakaian minim" sahut Diandra.
Andrew hanya mengangguk angguk sambil tersenyum. Dalam hati ia merasa lega. Karena jujur ia tidak suka kalau Diandra melakukan itu. Dan sangat tidak nyaman buatnya kalau harus melihat banyak orang memelototi tubuh indah Diandra.
Selesai pembicaraan singkat mereka, Andrew berdiri ingin membuat kopi. Ia menawarkan pada Diandra dan Maya. Namun kedua wanita itu menolak. Jadilah ia hanya minum sendiri. Namun ketika Andrew menyodorkan beberapa potong buah sebagai pengganti snack. Diandra menerimanya sambil tersenyum.
"Drew, kamu bisa bahasa Indonesia dari mana?" Tanya Maya dalam bahasa Inggris, saat pria berwajah oriental itu menyecap kopinya.
"Ibu saya orang Indonesia asli. Ayah saya peranakan Singapura Amerika. Saya besar di Singapura sih. Jadi terbiasa juga mendengar bahasa Indonesia dibagian dapur rumah"
"Sampai sekarang masih fasih?"
"Fasih tidak, tapi sekedar bisa. Saya mengerti apa yang orang lain ucapkan"
"Dengan ibu kamu, kalian berbahasa Indonesia?"
"Maaf saya tidak nyaman dengan pertanyaan anda. Karena saya tidak pernah mengenalnya dengan baik"
Diandra menyikut lengan Maya. Sementara manajernya memasang wajah penuh rasa bersalah.
"Maafkan saya, seharusnya saya tidak bertanya tentang hal yang berbau pribadi"
"Tidak apa apa" jawab Andrew sambil tersenyum.
Setelah itu mereka bertiga terdiam karena tidak punya bahan obrolan lagi. Maya juga kelihatannya sudah lelah dan memilih memainkan ponselnya. Sementara Andrew menyesap kopi, Diandra menjadi punya waktu untuk memandanginya. Namun ketika mata mereka bertemu gadis itu hanya mampu tertunduk dengan pipi yang memerah.
Setengah jam kemudian panggilan untuk penumpang pesawat menuju singapura terdengar. Mereka bergegas untuk boarding. Beberapa yang mengenali Diandra mencoba menyapa. Dan ia pun membalas dengan ramah. Termasuk melayani kembali pérmintaan untuk berfoto.
Entah keberuntungan atau apa. Ternyata Diandra dan Andrew duduk berdampjngan di pesawat. Maya sempat berdehem ke telinga Diandra yang langsung di sambutnya dengan pelototan. Sementara Andrew sibuk meletakkan barang barang mereka di kabin.
Selama perjalanan mereka hanya diam. Andrew tampak memejamkan matanya. Sementara Diandra yang duduk di sebelahnya menjadi punya kesempatan untuk memandangi wajah Andrew. Alis Andrew sangat tebal dan hitam. Ditambah hidung yang mancung. Dan punggung tangannya yang berurat. Menandakan pria itu termasuk rajin berolahraga. Tiba tiba maya mengusik aktifitasnya dan berbisik
"Belum puas lo mandangin dia, udah lima belas menit non"
"Ngaco lo" balas Diandra
"Kalo lo naksir bilang aja. Belum ada cincin kok di jarinya"
"Lo gak bisa lihat gue seneng ih May"
"Bukan gak bisa, lo gak pernah gini. Gue udah jadi manager elo selama enam tahun. Waktu elo jatuh cinta sama si Arga aja gak kayak gini"
Diandra terdiam, entah kenapa ia seperti ini. Berdekatan dengan Andrew membuat jantungnya menjadi tak beraturan.
***
ANDREW POV
Aku memejamkan mataku begitu pesawat lepas landas. Bukan karena mengantuk, tapi karena gadis disebelahku. Aku menikmati kedekatan kami saat ini. Mencoba mencium aroma tubuhnya walau samar. Aku tidak tahu kapan lagi keberuntungan ini akan datang. Mengingat begitu padatnya jadwal kami masing masing. Terutama aku sangat jarang mendapatkan pekerjaan di Indonesia.
Aku mendengar suara Diandra dan managernya saling berbisik. Entah apa yang mereka bicarakan. Suara Diandra terdengar seksi. Aku membayangkan wajah pemilik suara itu. Seseorang yang telah mengisi relung hatiku. Kebersamaan kami selama beberapa hari ini. Memberi makna tersendiri buatku
Aku terpesona ketika bertemu Diandra pertama kali. Dia berbeda, sangat berbeda! Aku pernah bertemu dengan banyak model cantik dan seksi. Tapi Diandra memiliki aura tersendiri. Sikap dan tingkah lakunya sangat indonesia. Apalagi ketika aku tahu dia menolak pemotretan untuk pakaian dalam. Dia memiliki nilai lebih bagiku.
Aku tersenyum dalam hati, sambil membayangkan kalau saat ini Diandra adalah kekasihku penerbangan ini akan jauh lebih menyenangkan. Tapi aku buru buru menghapus semua bayangan itu. Diandra tidak akan pernah menjadi kekasihku. Aku tidak berada pada level ingin berhubungan secara serius. Masa lalu membuatku enggan melakukan itu. Lebih baik sendiri, tanpa pernah disakiti dan menyakiti.
Apalagi dengan perempuan yang berasal dari Indonesia. Aku tidak ingin hal yang menimpa ayahku, terjadi lagi padaku. Cukuplah pengalaman hidup yang pahit saat mengenang ibuku. kudengar dari obrolan beberapa crew kemarin bahwa orangtua Diandra tidak akan sembarangan menerima menantu untuk anak gadis mereka. Mereka adalah keturunan keluarga kaya raya. Yang memiliki banyak usaha. Dan Diandra adalah anak satu satunya. Jadi aku tidak punya alasan apapun untuk mendekatinya.
Aku membuka mata ketika pilot memberitahukan bahwa sebentar lagi kami akan mendarat di Changi. Tak lupa aku menoleh ke sebelah. Dan Oh my goodness.... Diandra sedang menatapku. Aku bisa melihat dia yang salah tingkah. Tapi aku dalam posisi tidak tahu harus berbuat apa. Aku hanya mampu memberikan senyumku. Dan aku suka melihatnya seperti itu.
***
Tidak terasa mereka sudah sampai di bandara Changi. Ketika pesawat sudah landing dengan sempurna. Mereka segera bergegas turun. Andrew membantu menurunkan barang bawaan Diandra dan Maya dari kabin. Mereka berjalan beriringan sampai akhirnya mereka berpisah karena andrew harus melanjutkan penerbangannya dengan pesawat lain. Sementara Diandra dan Maya langsung menuju hotel.
Andrew sendiri segera membawa koper dan kameranya ke loker penitipan. Ia akan selalu seperti itu bila mampir kemari. Abu ayahnya tersimpan di negara ini. Dan ia akan selalu kesana melakukan penghormatan sebagai kewajiban anak laki laki. Selesai urusan penitipan, hanya menggunakan ransel ia keluar dari bandara.
***
Selesai check in di hotel, kedua sahabat itu langsung menuju salon langganan Diandra. Karena kebetulan mereka sudah buat appointment dari jakarta, tanpa menunggu lama mereka bisa langsung menjalani perawatan. Diandra dan Maya sangat menikmati waktu santai tersebut. Setelah lelah bekerja selama beberapa minggu ini. Sekaranglah saatnya menjalani me time.
Dengan mata terpejam karena sedang menjalani perawatan menggunakan laser. Diandra kembali membayangkan wajah Andrew. Dia laki laki yang berbeda, tidak suka mencuri kesempatan. Ketika memotret pun Andrew tidak pernah menyentuh bagian tubuhnya tanpa permisi. Ia juga tidak pernah dengan alasan profesionalisme menyentuh bagian sensitif Diandra. Dan diandra sangat menghargai itu.
Kembali diingatnya kebersamaan mereka di pesawat. Andrew tidak terlihat berlebihan, semua tampak natural. Dan yang terpenting dia bukan tipe pria yang suka curi curi kesempatan. Itulah nilai plusnya dimata Diandra. Tapi sekali lagi, mereka tidak akan ditakdirkan bersama.
Kemarin ia sempat mencari berita tentang Andrew. Pria itu bekerja pada sebuah agen yang berpusat di London. Dengan bayaran ribuan dolar setiap kali pemotretan. Beberapa brand papan atas adalah kliennya. Ia juga selalu ambil bagian pada berbagai event fashion week di banyak negara.
Saat bekerja Andrew sangat serius. Dan jarang terlibat percakapan dengan para crew. Ia lebih suka duduk disudut ruangan sambil meminum kopi saat jeda. Atau menatap letak lighting. Kadang ia juga membenahi properti pemotretan agar terlihat lebih sempurna.
Sesekali memang terlihat emosinya meningkat. Saat aturannya dilanggar. Misal Andrew tidak suka ada yang mengunyah didalam studio. Telinga dan hidungnya sangat sensitif. Saat ada yang tidak peduli, tak segan ia melotot pada crew yang bersangkutan. Sehingga dengan sendirinya orang tersebut memilih keluar ruangan.
Diandra menarik nafas. Ia terpesona pada Andrew. Sayang, ia terganjal pada profesi pria itu. Diandra tidak suka pada fotografer. Pada rutinitas hidup mereka, pergaulan mereka, juga pada pribadi mereka. Pria dengan pekerjaan seperti itu tidak akan pernah masuk dalam list calon anggota keluarganya. Terutama Andrew yang orang asing. Diandra harus mengibaskan pikiran tentang pria itu.
***
Happy reading
Maaf untuk typo
050719
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top