Bagian Ke Limabelas

Fify termenung diujung balkon villa mereka di Bali. Sudah dua hari ia mengasingkan diri disini. Bahkan meminta pada suaminya agar  jangan mengganggunya. Meski Jeffrey menentangnya habis habisan. Dan akhirnya menyusul kemarin. Meski akhirnya Jeffrey memilih bekerja dari lantai satu villa ini. Dan membiarkan Fify dengan aktifitas merenungnya.

Ada rasa sesak dalam hatinya saat tahu bahwa Andrew kemungkinan adalah putranya. Meski ia belum yakin benar. Saat ia keluar dari rumah sakit, yang ia tahu, saat itu  putranya masih terbaring lemah di NICU. Karena kelainan paru. Sehingga bayinya kesulitan untuk bernafas. Yang diingatnya saat itu, bayinya tidak menangis saat lahir. Sehingga membuat beberapa orang yang berada diruang  bersalin tampak panik.

Dua hari setelah pulang, orang tuanya mengatakan kalau bayi itu tidak bisa bertahan dan sudah meninggal. Tapi ia tidak bisa berbuat apa apa. Kelahiran putranya secara normal, membuat tubuhnya masih terasa lemah pada hari keenam. Yang ia tahu, tidak satupun dari keluarganya menghadiri pemakaman. Karena semua masih berkonsentrasi pada pemulihannya.

Berhari hari Fify menangis. Ia memang membenci Stephen. Tapi ia menyayangi bayinya. Bagaimana mereka berinteraksi saat bayinya masih berada dalam kandungan. Memang bayinya tidak terlalu aktif. Saat ia membandingkan dengan masa kehamilan kedua putrinya, baru Fify menyadari. Kalau gerakan bayinya dulu sangat lemah.

Kembali ia teringat pada pria yang dikenalkan Diandra. Mungkinkah pria itu adalah putranya dulu? Dia sangat tampan, wajah asia dan amerikanya berpadu dengan manis. Ia sangat mirip Stephen. Terutama tinggi mereka yang menjulang. Kalaulah benar, ia sangat menyesal karena telah mengabaikannya malam itu. Tapi kemana ia harus mencaei informasi? Berulang kali ia menekan nomor ponsel Diandra. Tapi kembali mundur. Ia takut, kalau dugaannya adalah kebenaran.

Kalaulah memang benar ia adalah putranya, Akan ada serangkaian tes yang harus mereka jalani. Apakah pria itu tidak akan merasa tersinggung? Bagaimana dengan tanggapan keluarga ayahnya nanti? Apakah Regine tidak akan mengambil tindakan? Karena selama ini Regine lah yang selalu menatapnya seperti musuh. Adik perempuan Stephen itu sangat membencinya.

Airmata Fify semakin mengalir deras, saat mengingat kalimat Diandra. Kalau benar Stephen sudah lama meninggal. Dan putranya itu masih hidup, apa yang telah terjadi selama ini? Bagaimana putranya itu bisa bertahan hidup? Apakah Regine membesarkannya dengan baik?

Tiba tiba kepala Fify kembali terasa sakit. Ribuan pertanyaan masih berkumpul dikepalanya. Ditatapnya laut yang tengah bergelora. Ombak sedang tinggi  dan buih buih iti terlihat dikejauhan. Sama seperti pikirannya sekarang. Tiba tiba seorang pelayan mengusik lamunannya.

"Maaf bu, apa ibu tidak kedinginan diluar?"

Fify merapatkan shawlnya.

"Tidak, saya baik baik saja"

"Ini ada titipan jaket dari bapak. Bapak bilang ibu harus pakai. Nanti ibu sakit"

Fify tersenyum, dan menerima jaket tersebut. "Bilang sama bapak terimak kasih kata ibu"

"Snack sore ibu mau saya bawa kemari?"

"Kamu buat apa?"

"Risoles bu"

"Letakkan saja dikamar. Punya bapak antar keruang kerjanya"

Pelayan itu mengangguk dan akhirnya mundur. Jeffrey memang tidak akan membiarkannya sendirian. Meski ia mati matian mengatakan kalau ia akan baik baik saja. Suaminya akan selalu berada disampingnya. Sama seperti saat ia hamil anak dari Stephen dulu. Jeffrey sampai pindah ke Singapura untuj menemaninya.

***


Pemotretan dengan sebuah majalah baru saja selesai. Ia sedang menghapus make up saat ponselnya berdenting. Dengan senyum lebar dibukanya pesan yang berasal dari Deedoo.

Hi my Di

Hi, my Deedoo

Kamu dimana?

Di ruang rias, hapus make up. Baru selesai pemotretan. Kamu?

Sedang break makan malam. Model sedang berganti pakaian.

Masih ada berapa model?"

Tinggal tiga. Kompetisi ini akan segera berakhir.

Diandra menarik nafas panjang. Berakhirnya kontrak Andrew di Singapura akan kembali membuat pria itu melanglang buana.

Kamu akan pergi lagi ya

Pindah sementara saja. Setelah ini aku ada kontrak memotret untuk beberapa  produk di Vietnam

Itu cuma berapa hari doo. Setelah itu kamu harus pergi lagi.

Aku akan berusaha untuk mengunjungi kamu nanti. Jam berapa mau pulang?

Habis selesai hapus make up. Karena mau ikut acara donasi  ke sebuah stasiun televisi.

Ya sudah, hati hati ya my Di. Nanti kalau sudah selesai hubungi aku.

Ok, love you

Love you too, mmuach

Diandra menutup ponselnya. Ia memang masih berhubungan dengan Andrew. Meski kedua orang tuanya melarang. Karena itu pula ia jadi jarang pulang ke Cipanas. Sebab setiap pulang papinya akan menyinggung tentang Andrew. Dan ia malas mendengar hal tersebut berulang ulang. Ia jiga menghindari tante Fify. Karena om Jeffrey semakin protektif terhadap istrinya tersebut. Setiap kali mereka bertemu, omnya akan selalu berada didekat istrinya.

Tidak tahu kenapa, ia semakin menyayangi pria itu. Saat Andrew menjaganya ketika mereka di Singapura. Ia semakin yakin, bahwa kekasihnya adalah pria yang baik. Tidak juga memanfaatkan situasi. Apalagi ada unsur membalas dendam. Rasanya aneh mendengar ketakutan orang tuanya.

Andrew juga masih sama, mereka berusaha tidak membahas peristiwa yang menyakitkan itu. Diandra paham akan kemarahan keluarganya. Tapi bukan berarti Andrew harus menanggung kesalahan orang tua kandungnya. Lagipula bisa saja mereka adalah orang yang berbeda. Karena tidak ada yang mau memastikan, apakah Andrew anak tante Fify atau bukan. Diandra berusaha untuk tidak ambil pusing dengan masalah itu. Baginya Andrew mencintainya, itu sudah cukup. Masalah lain, biar selesaikan saja nanti.



***

Siang itu seluruh pekerjaannya di Singapura selesai sudah. Andrew segera mengemasi barang barangnya. Tidak banyak, hanya pakaian dan keperluan pribadi. Ia membenahi beberapa barang yang harus dibuang ketempat sampah. Juga menghubungi aunty Regine untuk mengembalikan beberapa barang yang kemarin dipjnjamkan tantenya.

Tidak lupa menghubungi pihak marketing apartemen, untuk kembali menyewakan tempat tinggalnya ini. Karena setelah pindah nanti, ia akan jarang kembali kemari. Jadi tidak akan ada yang mengurus apartemen ini.  Besok rencana  ia akan mengunjungi abu ayahnya. Sekalian pamit untuk pergi. Saat tengah membereskan isi kulkas bel diapartemennya berbunyi. Buru buru Andrew melangkah menuju pintu. Dan sangat terkejut mengetahui siapa tamunya. Jeffrey dan dan Michael, papi Diandra.

"Silahkan masuk" sapanya sopan pada kedua tamunya. Sebagai tuan rumah ia harus bisa menjaga emosi. Meski rasanya ingin mengusir kedua orang tamunya. Namun ia tetap mempersilahkan keduanya untuk masuk.

Jeffrey dan Michael memasuki ruang tamu.

"Silahkan duduk" ucap Andrew lagi.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanyanya setelah kedua tamunya duduk.

"Saya minta kamu memutuskan hubungan kamu dengan Diandra" Michael membuka pembicaraan. Tanpa basa basi.

Andrew hanya diam, menunggu kalimat selanjutnya.

"Saat ini keluarga besar kami sangat kacau karena kamu. Diandra bahkan tidak mau pulang lagi ke Cipanas. Ia tidak pernah membangkang. Ia selalu menuruti keinginan kami selama ini. Dan  semua berubah sejak mengenal kamu. Kamu membawa keburukan dalam hidupnya.

"Dan saya juga minta, jangan pernah menunjukkan wajah kamu lagi dihadapannya. Karena pertunangan Diandra dengan salah seorang pengusaha akan dilaksanakan di Jakarta. Yang pasti kualitasnya jauh lebih baik dari kamu.

Kami tahu kalian masih berhubungan melalui ponsel. Kami sudah menyadap ponsel Diandra. Jadi jangan pernah berharap ada celah lagi untuk mendekatinya"

Rahang Andrew mengeras, ia marah pada kedua tamunya. Dengan suara bergetar ia berkata.

"Saya akan meninggalkan Diandra. Kalau ia meminta"

Jeffrey dan Michael terkejut mendengar keberanian musuhnya.

"Kalau kamu nekat, maka kamu tidak akan pernah melihatnya lagi" ancam Michael.

"Apa anda ingin menghancurkan anak anda hanya karena ego anda?" Tantang Andrew.

Kedua tamunya melotot.

"Saya mencintai Diandra. Bahkan sebelum saya tidak tahu siapa keluarganya. Jadi anda berdua salah kalau menganggap saya membalas dendam. Dan saya tidak akan meninggalkan dia. Apapun alasannya, kecuali dia yang meminta"

"Kamu...!"

"Ini apartemen saya. Silahkan anda berdua keluar sebelum saya usir. Satu yang anda berdua harus ingat, saya menghormati anda sebagai orang tua. Seperti apapun perlakuan anda terhadap saya. Saya akan tetap menghargai anda berdua"

"Kamu sama saja dengan ayahmu"

Mendengar nama ayahnya disebut, Andrew segera naik pitam. Saat dirumah Michael ia masih bisa diam. Karena ia adalah seorang tamu. Tapi sekarang? Tidak lagi! Punggungnya tegak dan menatap ayah Diandra drngan tajam. Wajahnya memerah!

"Jangan pernah menghina ayah saya. Saya diam saat berada dirumah anda.  Tapi saat ini jangan harap saya bisa saja berbuat kasar. Saya tidak akan peduli siapa anda. Jangan pernah merendahkan ayah saya. Karena dia jauh lebih baik daripada anda berdua. Setidaknya ayah saya bisa membesarkan saya sendirian dan tidak pernah meninggalkan saya"  balas Andrew.

"Kamu tidak punya sopan santun!" Teriak Michael sambil berdiri. "Saya sudah memperingatkan kamu. Jadi jangan harap Diandra akan kamu miliki"

"Dan jangan sebut saya Andrew Stephen Tan, kalau saya tidak bisa memiliki Diandra. Bersiap siaplah, anda bisa kehilangan dia selama lamanya!" Jawab Andrew tegas. Seolah olah dia menerima tantangan pria tersebut.

"Kamu tidak akan pernah bisa memilikinya sampai kapanpun" setelah mengucapkan kalimat tersebut, Michael dan Jeffrey meninggalkan kediaman Andrew.

Meninggalkan pria yang tengah berusaha menahan emosi untuk tidak memukul kedua tamunya tersebut. Ia marah, benar benar marah! Dan kali ini ia akan menerima tantangan tersebut. Tidak peduli bagaimana akhirnya nanti.

***

Diandra memghembus nafas kesal, berkali kali ia berusaha menghubungi Andrew. Tapi sayang ponselnya tidak aktif.  Ia juga sudah mengirim pesan semenjak pagi tadi. Namun sampai saat ini hanya ada tanda  satu centang berwarna putih. Jujur ia merasa cemas, tak biasanya Andrew seperti ini. Apa ia sakit? Atau kecelakaan? Diandra memejamkan mata sejenak. Semoga kekasihnya berada dalam pesawat. Atau ponselnya lowbat.

Sambil menyetir mobil ia baru menyadari, bahwa pengetahuannya tentang Andrew sangat minim. Tidak tahu siapa orang terdekatnya. Sehingga tidak bisa menghubungi siapapun saat kehilangan kontak. Apa yang sudah dilakukannya selama hubungan mereka? Andrew yang sangat tertutup, dan ia yang tidak peduli dengan semua kecuali pada kekasihnya seorang.

Saat lampu merah, Diandra memejamkan mata sejenak. Kalau nanti Andrew tetap tidak bisa dihubunginya, kemana ia harus mencari informasi? Kembali diperiksanya ponselnya. Seluruh pesannya tetap berstatus sama.


***



Happy reading

Maaf untuk typo

22 juli 2019





Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top