Bagian ke Delapan Belas

Untuk mengetahui update cerita saya. Bisa add @masdaginting di IG ya.

Happy weekend. Next part tetap vote 750 yaaa

🌷☘🌷☘🌷☘


Diandra keluar dari lift menuju apartemennya. Namun pemandangan yang ada didepannya membuatnya takut. Kedua orang tuanya berdiri di depan pintu apartemen dengan tatapan marah. Menyadari kesalahannya Diandra menghentikan langkahnya.

"Kamu ganti password apartemen kamu?" Tanya papi dengan nada dingin.

Diandra hanya diam dan menunduk. Namun akhirnya menuju pintu dan membukanya.

Mendahului masuk kebagian dalam, langkahnya terhenti saat tangan papi menarik tangannya.

"Duduk kamu"

Diandra menurut dan meletakkan kopernya dilantai. Maminya segera mendekati dan duduk disampingnya. Ia harus mendampingi putrinya untuk menghadapi kemarahan sang suami. Karena ia tahu kepergian putrinya membuat suaminya murka.

"Darimana kamu?" Tanya papi setengah berteriak.

"Bali pi"

"Sama Maya dan Malia?"

Diandra mengangguk.

"Mulai sekarang, Maya berhenti menjadi manajer kamu. Dan benahi semua pakaian kamu. Ikut papi pulang ke Cipanas. Kalau ada pekerjaan, papi sendiri yang akan mengantar kamu ke Jakarta"

Diandra terdiam, tidak ada yang bisa dilakukannya sekarang. Papi kembali seperti dulu. Sangat protektif terhadap putri tunggalnya. Diandra akan berada dalam sangkar emas papi. Ia memilih diam, meski sangat kesal.

"Satu lagi, berhenti berhubungan dengan anak dari laki laki kurang ajar itu. Ponsel kamu sudah papi sadap. Jadi seluruh pembicaraan dan chat kamu papi tahu. Jangan sekali sekali menerima telfon darinya. Apalagi seperti percakapan kamu kemarin. Mau kawin lari? Gila kamu"

"Papi keterlaluan" teriak Diandra sebagai tanda protesnya.

"Papi hanya melindungi kamu"

"Aku bukan anak kecil pi"

"Kamu memang sudah dewasa. Tapi jalan pikiran kamu yang masih seperti anak anak"

"Papi nggak usah asal nuduh gitu de"

"DIANDRA! Kamu melawan papi sekarang?"

"Di nggak bermaksud seperti itu. Di cuma nggak bisa mengerti alasan papi! Aneh tahu pi, melarang sesuatu yang Duandra nggak tahu akar masalahnya ap!"

"Diandra, stop" kali ini mami yang berbicara dengan tegas.

"Di cuma heran mi. Apa salah Andrew. Lagi pula ayahnya sudah lama meninggal. Lafian seperti yang mami pernah bilang. Belum tentu tante Fy itu mamanya Andrew"

Mami menatapnya lembut. Selama ini mami memang selalu memiliki ketenangan yang luar biasa dalam menghadapi situasi yang sulit. Tidak mudah terpancing.

"Di, papi kamu bermaksud baik. Andrew bukan pria yang baik untuk kamu"

"Baik untuk papi, belum tentu baik untuk Di mi"

"Sekarang juga, bereskan perlengkapan pribadi kamu. Papi tunggu kamu disini. Mi, bantu Diandra!"

Diandra menatap tak percaya, kali ini papinya tidak bisa diajak bernegosiasi. Saat hendak menjawab kalimat papi, tiba tiba tangan mami menariknya ke kamar. Mau tidak mau, Diandra mengikuti langkah sang mami.

"Kenapa mami nggak cerita aja tentang semuanya ke Di" ujar Diandra saat mereka tiba di kamar.

Mami menatapnya kembali.

"Itu cuma masa lalu yang menyakitkan untuk kami semua. Tidak ada yang harus diingat"

"Mi, meminta Di untuk menjauhi Andrew dengan alasan karena ayahnya berkelakuan buruk sangat tidak masuk akal. Andrew dan papanya adalah dua pribadi yang berbeda. Kesalahan satu orang tidak bisa ditimpakan pada orang lain. Meski itu adalah anak kandungnya" protes Diandra.

Sang mami menatap wajah penuh tanya milik putrinya. Memang tidak adil, kalau ia menyembunyikan kebenaran tentang Stephen padanya. Bagaimana pria itu telah menghancurkan keluarganya. Setelah mempertimbangkan, akhirnya mami buka suara.

"Dulu, Stephen adalah orang baru dalam dunia bisnis di Indonesia. Biasanya ia bermain dengan saham. Lalu Setelah perusahaan ayahnya mulai berinvestasi di Indonesia tengah di sebuah pabrik terigu. Ia mulai menetap di Jakarta. Papimu, Jeffrey dan Stephen pertama kali bertemu di sebuah klub. Mereka bertiga langsung dekat dan cocok sebagai teman. Bahkan di rumah kami, Stephen sudah dianggap sebagai anak oleh oma dan opamu.

Bahkan tak jarang mereka lebih sering menghabiskan waktu bersama dibanding pasangan mereka. Kecuali Stephen yang memang belum memiliki kekasih. Beberapa kali pula papaimu Dan Jeffrey jalan jalan ke Singapura bersama. Karena Stephen memang tinggal disana. Dari sanalah kami mulai mengetahui keadaan keluarga besarnya. Bahwa terlalu banyak intrik dan masalah pada mereka.

Sampai kemudian ada undang undang yang mengharuskan mereka membuka kantor cabang di Indonesia. Stephen memilih buka kantor di Jakarta. Dibantu oleh papimu dan juga ommu. Mencarikan tempat, karyawan, dan juga mengurus seluruh surat surat. Semakin lama, usaha Stephen semakin berkembang. Intuisi bisnisnya memang sangat baik. Bahkan ia mulai melirik saham perusahan baja dan juga konstruksi.

Suatu hari, ia membutuhkan sekretaris. Karena belum menemukan yang cocok, ommu menawarkan tantemu Fify. Karena kebetulan, tantemu lulusan akademi sekretaris. Sejak awalnya ommu merasa ada keanehan. Yakni seringnya Stephen tidak lagi menghabiskan waktu bersama mereka. Dengan alasan banyak pekerjaan. Juga tantemu yang sering lembur sampai malam.

Sampai suatu hari, ada acara pertemuan di sebuah hotel berbintang. Disana Stephen mencampurkan obat perangsang ke dalam minuman Fify. Saat mengetahui itu, ommu sangat marah. Mereka ribut besar malam itu. Dan disana Stephen mengakui dia mencintai Fify. Jeffrey dan papimu memukul Stephen sampai babak belur.

Sejak saat itu, mereka tidak lagi menjadi sahabat. Dan Stephen sendirian. Sayang, hubungan semalam mereka membuahkan janin dalam rahim tantemu. Itu adalah aib bagi keluarga Fify. Bahkan oma dan opamu sempat tidak menolaknya. Dan meminta ommu untuk meninggalkan. Apalagi saat itu rencana pernikahan mereka sudah mulai dibicarakan. Berkali kali Fify berusaha menggugurkan janinnya. Sayang janin itu terlalu kuat bertahan.

Sampai kemudian, Stephen mengetahui kehamilan tantemu. Dan dia bersedia bertanggung jawab. Tapi keluarga Fify menolak. Karena asal usul Stephen yang tidak jelas. Orang tua Fify merupakan orang yang cukup tepandang. Mereka tidak kaya, tetapi berkelas.

Setelah memohon berkali kali. Dan tantemu pernah hampir meninggal karena ober dosis minum obat tidur. Akhirnya orang tua Fify mengalah. Mereka mengijinkan Stephen untuk menikahi tantemu. Sayang saat itu Fify malah menolak. Entah bagaimana akhirnya diputuskan Fify melewati masa kehamilannya di luar negeri. Dan perjanjian mereka adalah,setelah bayi itu lahir. Maka Stephen lah yang akan merawatnya.

Ommu sudah seperti orang gila mencari Fify kesana kemari. Karena orang tuanya enggan memberitahu. Ommu Mencoba menghubungi teman temannya di luar negeri. Sampai akhirnya mereka mengetahui kalau Fify tinggal di Singapura. Ommu bahkan sampai pindah kesana. Namun Stephen kembali membawa Fify menjauh. Yakni ke Jepang.

Sesaat setelah tantemu melahirkan. Sesuai perjanjian, keluarganya kembali membawanya pulang ke Indoneaia. Setahu mami mereka bilang anaknya meninggal. Tapi kebenarannya seperti apa mami juga tidak tahu"

Diandra menatap maminya.

"Mami pernah nanya tante Fy?"

"Tidak, itu urusan pribadinya. Mami nggak boleh ikut campur. Lagi pula masalah itu adalah mimpi buruk buatnya. Kamu tahukan bagaimana mental seorang korban perkosaan? Apalagi sampai hamil. Pasti berat sekali. Terlebih saat itu rencana pernikahan sudah mulai dibicarakan.

Orang yang tidak mengalami, bisa saja menjudge tantemu sebagai perempuan tidak punya hati, egois dan banyak lagi tuduhan miring. Karena orang tersebut tidak berpikir. Bagaimana kalau itu terjadi pada mereka. Mami mengerti perasaan tantemu. Dalam hal ini ia adalah orang yang paling terluka"

"..."

"Mami tidak ingin kamu kecewa atau terluka. Kamu anak mami satu satunya. Kami tidak ingin kamu salah menentukan pilihan. Stephen itu keturunan keluarga yang penuh masalah. Neneknya gila, adiknya lesbian, beberapa dari keluarganya memiliki sakit mental. Keluarga mereka biasa saling membunuh untuk mendapatkan harta. Kamu mau hidup dalam kubangan masalah seperti itu? Kamu tidak sekuat itu Di"

Diandra menangis mendengar kalimat maminya. Orang yang selama ini selalu mendukungnya. Kini menghentikan langkahnya. Diandra tidak lagi punya pegangan. Haruskah ia melepaskan seorang Andrew? Bagaimana dengan perasaan kekasihnya?

***

Andrew menyeka keringat yang mengucur deras dikeningnya. Suhu malam ini cukup dingin. Namun mimpi buruk yang menghentak tidur lelapnya membuat Andrew terbangun. Ia bermimpi Diandra.pergi kesebuah hutan. Dan ia tak lagi menemukan jejak kekasihnya itu dimana mana. Meski ia sudah berteriak berkali kali.

Andrew meraih rokoknya. Kemudian pindah ke halaman belakang. Dan mulai mengehembuskan secara perlahan. Pikirannya kacau. Ditatapnya langit yang gelap. Perlahan ia mencoba menghubungi Diandra. Tapi tidak bisa. Kemanakah gadisnya? Tidakkah Diandra merindukannya lagi seperti dulu? Andrew kalut! Akankah takdir itu terulang lagi? Ia harus sendirian?

Sudah tiga hari terakhir Diandra tidak bisa dihubungi.

Ada apa Di? Apakah aku sudah melakukan kesalahan? Bicaralah Di? Jangan diam seperti ini.

Andrew kembali membuka ponselnya. Tidak ada satupun update dari kekasihnya. Membuka postingan yang sudah lama, ia tersenyum saat ia menemukan sebuah tautan dengan Maya manajernya. Andrew segera memgirim pesan melalui DM. Untuk mengetahui kabar terbaru Diandra.

Pesannya sudah terkirim. Andrew berharap agar Maya segera membalas. Namun sayang, sampai menjelang pagi tak ada balasan dari Maya. Andrew memejamkan matanya. Kamu kemana Di? Apakah ini akan berakhir?

***

Maya meremas gaun tidurnya. Pesan dari Andrew mengganggu pikirannya. Ya, semenjak pulang dari Bali. Jangankan Andrew yang jauh disana. Maya yang di Jakarta saja tidak.bisa menghubungi dan menemui Diandra. Apartemennya tidak bisa dimasuki karena password diganti. Seluruh jadwal Diandra yang seharusnya diurus oleh Maya digantikan maminya.

Maya tidak bisa melakukan apa apa. Karena Michael adalah omnya. Pasti semua menyangkut batalnya makan malam keluarga Diandra dan Dennis. Ia bisa membayangkan bagaimana cemasnya Andrew. Tanpa kabar dari seorang Diandra.

Maya masih menimbang apakah akan memceritakan semua pada laki laki itu. Apakah ia tidak terlalu lancang? Karena ini sebenarnya bukan wilayahnya. Dan ia juga belum tahu ada apa sebenarnya. Maya takut salah dalam memberikan informasi.

Perlahan gadis itu berjalan menuju jendela. Menata ke langit Jakarta yang cerah. Sambil mencoba berpikir apa yang harus dilakukannya. Sampai kemudian ia merasa menemukan jawaban. Ya! Ia harus melakukan sesuatu. Agar semua bisa menjadi lebih jelas. Terutama bagi hubungan Andrew.


***


Happy reading

Maaf untuk Typo

27 juli 2019

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top