3

Mata Sandra makin lebar, hal pertama yang terpikir olehnya adalah membuka pintu, segera keluar dari kamar ini, tapi suara gerombolan itu masih Terdengar makin ramai dan banyak.

"Siapa kau.?"
Suara bergetar dah lemah kembali terdengar.
Perlahan sosok yang Sandra yakini seorang perempuan itu turun dari atas tempat tidur, dengan langkah diseret dia mendekati Sandra.

Tubuh wanita itu terlalu kurus, tinggal tulang pembalut kulit, rambut panjangnya memgembang dan kaku.
Matanya cekung menghitam.
Sandra yakin wanita ini pasti pernah sangat cantik.
Umurnya tidak bisa ditebak karena kulitnya yang kendur, tapi jelas dia bukan nenek-nenek.

"Siapa kau.?"
Dia kembali bertanya saat jarak mereka hanya dua langkah.
Tatapannya sayu dan wajahnya terlalu sendu seperti menyimpan kepedihan yang sangat dalam.
Saat tangannya terulur ingin menyentuh Sandra, dia segera berhentu karena Sandra mengelakkan wajanya.
"Apa yang kau lakukan di sini, apa kau tamu Aslan.?"

Semakin lama dia berdiri semakin banyak dia bicara, sandra menyadari suara wanita ini semakin parau dan napasnya semakin sesak.
Wanita ini sakit parah.
Rasa kasihan yang selalu membuatnya terlibat dalam masalag kembali muncul di hati Sandra.
Meski awalnya takut dan ngeri melihat wanita ini yang persis hantu berpakaian putih di film-film masa kecilnya, tapi kini dia jadi tidak tega.

"Siapa kau.?"

Saat wanita itu kembali bertanya, Sandra mengumpulkan seluruh keberaniannya dan menjawab.
"Aku Sandra.!"

"Apa yang kau lakukan di kamarku.?"
Napasnya semakin berat dan sesak.

Naluri Sandra langsung mengambil alih, dipegannya lengan kurus kering itu.
"Kembalilah ke tempat tidur. Aku takut kau pingsan.!"
Bujuknya pada wanita yang patuh, menatapnya seperti anak kecil yang terkagum-kagum dan membiarkan Sandra kembali menyelimuti hingga pinggang.

"Jangan pergi.!" Perempuan itu dengan jarinta yang kurus berkuku panjang mencengkram lengan Sandra.
"Ada banyak orang jahat di luar sana.!" Bisiknya dengan mata membesar mengerikan.

Sandra juga tidak bisa pergi ke mana-mana, jendela satu satunya yang terlihat dikunci rapat bahkan berteralis kokoh.
"Ya mereka mencariku.!"
Lirih Sandra pasrah, duduk dipinggir ranjang wanita itu.

"Bukan.!" Wanita menggeleng samar.
"Mereka ingin menculik bayiku."
Dia melirik ke bantal sebelahnya.

Sandra ikut melihat pada boneka kain lusuh yang sangat kotor.
Bukan hanya tubuhnya, mental wanita ini juga tidak sehat.
"Tidak ada yang akan menculik bayimu. Ada aku, tidak akan kubiarkan."
Yah menjelang kematiannya tidak ada salahnya jika dia berbuat baik, toh hatinya salah satu organnya yang bakal diperdagangkan entah kepada siapa nanti diberikan, bisa saja pada orang jahat.
"Aku ada disini, jangan takut.!"

Wanita itu makin terpesona pada Sandra.
"Kau akan menjagaku, bayiku.?!"
Dia duduk memgambil bonekanya dengan hati hati mengayun pelan, lalu menyerahkan pada Sandra yang mau tak kau menerima dan menimang boneka tersebut layaknya bayi.
"Aslan benci sekali pada bayiku, beberapa kali dia merampasnya tapi aku selalu berhasil mengambilnya lagi.!"

Meski tidak tau apa atau siapa yang dibicarakan wanita ini tapi Sandra yang dulu sudah terbiasa merawat ibu yang sakit, tau bahwa orang sakit itu hanya ingin didengarkan saja sudah cukup, temani mereka biarkan bicara, buat mereka terasa berharga.
"Mungkin Aslan hanya ingin memandikannya.
Atau mengajaknya jalan jalan.!"

Wanita itu melirik ke pintu saat mendengar orang diluar sana semakin ribut.
"Aslan benci pada anakku.!"
Lirihnya terisak.

Sandra menulikan telinganya dari keributan diluar tapi anehnya tidak ada satupun yang berusaha memaksa masuk.
"Tidak ada yang membencimu. Itu hanya perasaanmu.
Terkadang orang tidak pandai nenunjukkan niat aslinya."

"Peluk aku.!" Isak wanita itu yang langsung memeluk Sandra.
"Semenjak Farah pergi, tidak ada lagi yang mau memelukku. Harusnya dulu aku tidak mengambil Aslan dari Farah, tidak memaksa memiliki Aslan.!"

Sandra memeluk wanita itu, mengusap bahu dan rambutnya yang kering kaku.
"Siapa namamu.?"
Bisiknya kasihan merasakan tulang belulang yang menonjol di tubuh wanita itu yang berbau obat.

"Sarah.!" Bisiknya pelan.

"Namamu bagus sekali.!"

"dari tadi kau tidak memberitahuku kenapa kau masuk ke kamarku.?
Apa kau tamu Aslan atau perawat baruku.?"

Sandra tidak tau harus mengatakan apa, tubuhnya menegang saat mendengar pintu diotak-atik dari luar sana.
Sebentar lagi orang-orang itu akan masuk dan mendapatkannya.
"Sarah, apa ada jalan keluar dari kamar ini yang akan membuatku bisa keluar dari rumah ini.?"

Pelukan Sarah semakin kencang.
"Tidak. Kau tidak boleh pergi. Tetap disini. Aku tau hanya kau yang peduli padaku.
Mereka semua itu.."
Jemari kurus Sarah begetar saat menunjuk pintu.
"Mereka semua itu tidak peduli, mereka pikir aku gila dan hanya jadi beban bagi Aslan."
Kukunya menancap di lengan Sandra.
"Kau tidak boleh pergi. Kau tidak boleh pergi.!"

Pintu terbuka, segerombolan manusia cetakan pabrik yang berpenampilan sama, masuk tapi tidak ada satupun yang berani mendekat mereka hanya berdiri menghalangi pintu, terlihat ragu dan cemas.
"Juan sudah mencari bos. Kita tunggu bos.
Kau tidak ingin membuatnya marahkan."
Salah satu dari mereka sedanf menahan temannya yang ingin melangkah, menasehati sungguh-sungguh.

Entah Sandra harus tertawa atau menangis mengahadapi situasi ini.
Disana ada orang-orang yang akan mencincangnya begitu dapat, di sini Sarah memeluknya erat sampai melukai lengannya.
Sarah juga mulai panik, sesekali dia menjerit mengusir orang-orang itu.

Gerakan teratur, kumpulan manusia berseragam itu terbelah, pintu kembali terlihat.
Sandra langsung pucat pasi, tadi dihadapan puluhan orang dia tidak merasa gentar tapi dengan hanya satu pria yang dipanggil bos itu masuk ke sini, dia langsung merinding.
Tatapan mereka bertemu si bos tidak bergerak hanya melihat Sandra dan sarah bergantian.

Sarah yang baru menyadari si bos masuk, langsung berteriak mengulurkan tangan.
"Aslan.! Aslan.!" Panggilnya seperti anak anak yang minta digendong.

Aslan.!
Jadi si bos inilah yang dari tadi dibahas Sarah.
Jadi ini sudah pasti rumah si bos kan.?
Sandra bukannya berhasil melarikan diri tapi malah masuk ke kandang singa.!

Aslan dengan tampilan rambut yang lembab berantakan, memberitahu Sandra kalau pria ini baru keluar dari kamar mandi saat mendapatkan laporan dari anak buahnya,
Tidak ada jas hitam rapi, hanya baju kaus longgar dan celana pendek.
Kalau tidak mengalami sendiri Sandra tidak akan percaya pria ini bos mafia.
Dia lebih pantas jadi model.!

"Sarah ada apa.?"

Tatapannya membakar Sandra.
Kemarahan terlihat jelas dari raut wajahnya.
Apa pria itu berpikir Sandra menyakiti Sarah.?

"Menjauh dari Sarah. Jika kau masih ingin hidup jauhi istriku.!"
Geramnya mendekat hati hati.

Istri.!?
Sandra melihat Sarah yang terus menagis memanggil Aslan tapi terus memeluknya.
"Aku tidak menyakiti istrimu. Aku tidak melakukan apapun.!"
Sandra harus menjelaskan, dia tidak mau jadi makin bersalah dimata bos mafia mengerikan ini.

"Lepaskan dia. Menjauh darinya.!"
Aslan memperhatikan Sandra, Mengamati kalau kalau ada yang perempuan itu pegang untuk menyandera Sarah.

Sandra mengangkat tangannya yang mati-matian ditahan Sarah.
"Aku tidak melakukan apapun pada istrimu. Aku hanya tidak sengaja masuk ke kamar ini.
Tapi aku bersumpah aku tidak melakukan apapun.!"
Sandra putus asa.
Tidak ada yang bida dilakukannya untuk lepas dari masalah ini.
Niatnya menghibur Sarah justru jadi bumerang.
"Tolong.! Maafkan aku.!"

Aslan maju, merenggut Sandra melemparnya ke lantai, Sarah yang tak melepaskannya ikut jatuh ke lantai, menimpa Sandra.
Kedua nya menjerit kaget tapi jeritan Sarah tidak berhenti, dia terus menjerit sampai anak lidahnya terlihat, Aslan menarik istri berdiri tapi Sarah berontak memukul dan terus menjerit.
Kesal Aslan melempar Sarah ke atas kasur.
Jeritan Sarah makin keras dan panjang.

"Cukup. Hentikan.!"
Bentak Aslan yang tidak dihiraukan Sarah.
"Atau aku akan memukulmu.!"
Aslan mengangkat tanganya tinggi, kaget saat tiba-tiba, istrinya Sidart melompat bangun dan mendorongnya.

"Apa yang kau lakukan.?"
Sandra marah langsung naik ke atas ranjang, memeluk Sarah yang bersujud ketakutan, membujuk supaya Sarah diam dan tenang.
"Apa kau tidak melihat, dia sakit.!
Suami macam apa kau ini.?!"

Aslan memerhatikan Sarah yang tidak lagi menjerit, memeluk erat wanita itu yang sungguh aneh tidak takut atau jijik pada Sarah yang biasanya kalau sudah menjerit akan terus Melakukannya hingga lelah kehabisan tenaga jatuh tertidur atau pingsan.

Aslan tersenyum dalam hatinya, menertawakan wanita itu yang terjebak dalam permainan Sarah.!

***************************
(11072023) PYK

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top