2
Mobil berhenti, Sandra mengigil hebat, keringat dingin membuat bajunya basah.
Dia mendengar suara suara, sebelum pintu dibuka dan tanpa ancang-ancang dia ditarik keluar lalu dilempar ke lantai seperti kantong sampah menjijikan.
Sandra berusaha duduk tapi usahanya sia sia saja.
Menyingkirkan rambut yang menghalangi pandangannya saja dia gagal.
Dengan cemas Sandra memperhatikan sekelilingnya.
Dia ada di dalam ruangan seperti gudang besar yang membuat suara jadi memantul.
Dari puluhan orang yang berdiri memperhatikannya, semuanya adalah lawan jenis Sandra dan tatapan mereka sama sekali tidak ramah.
Ya tuhan tolong.
Ini lebih menakutkan daripada terbangun di tengah area kuburan ditengah malam sendirian.
Kalau dia pura pura pingsan saja gimana.?
Tidak itu ide yang buruk.!
Mata terbuka memperhatikan gerak orang orang ini jauh lebih baik.
Suara mobil mendekat, kerumunan itu bubar memberi jalan dan tempat untuk mobil berhenti.
Seperti gerombolan semut, para pria mengerikan ini langsung membentuk barisan tertip dan rapi.
Mata Sandra membesar, berteriak dengan bibir terkatup saat mobil itu melaju seakan tidak melihatnya.
Tidak ada yang bisa Sandra lakukan, nyalinya ciut, diam mencoba melindungi kepala, memejamkan mata rapat menunggu ajal menjemput.
Tidak ada yang terjadi, tidak ada suara benturan atau sakit ditubuhnya.
Hening, lalu suara pintu dibuka dan dibanting menutup.
Perlahan Sandra membuka kelopak matanya, mobil itu berhenti hanya sejengkal darinya.
Dia langsung mengembuskan napas yang dari tadi sudah ditahannya.
Kalau begini caranya dia bisa mati duluan karena serangan jantung.!
Pintu terbuka, pria perlente yang mereka panggil bos, keluar dari mobil.
Berjalan santai menuju Sandra, menunduk seakan Sandra hanya anjing liar yang sedang menunggu ajal.
"Apa kau tau biasanya para perempuan yang dibawa ke sini terbagi dua.
Yang pertama mereka yang dengan cepat bekerja dengan kami, memberikan apa yang kami mau dan tentu sebagai pria sejati aku akan menempati janji dan membebaskan mereka.
Kelompok kedua terdiri dari perempuan keras kepala sepertimu yang sok keras, biasanya mereka tidak akan pernah kembali ke keluarga mereka."
Ruyi duduk lurus, seperti bersimpuh dengan kening berkerut dia mendongak.
"Kenapa tidak ada yang ketiga.?" Tanyanya meremehkan.
"Aku dibebaskan karena aku memang tidak tau apa-apa."
Dagunya terangkat tinggi.
"Karena jelas kau menangkap orang yang salah.
Sidart bukan hanya menipu kalian tapi juga menipuku.
Aku masih saudaranya, bukan hanya dia yang menipuku tapi ayahnya juga.!"
"Maaf nyonya, kau salah tempat. Disini bukan temlat berkeluh kesah.
Cukup berikan apa yang kami mau maka kau akan dapat apa yang kau mau.!"
Si botak besar menjawab dengan cepat.
"Dasar pria pria sok.!"
Geram Sandra yang sudah tertekan dengan perangai Sidart dan makin ditekan.
Si bos maju, dengan wajah dingin diinjaknya punggung tangan Sandra yang bertumpu ke lantai.
Sandra menjerit berteriak memukul sepatu hitam mengkilap yang memantulkan wajah panik dan kesakitannya.
"Aku tidak akan bertanya sekali lagi. Aku memberimu kesempatan terakhir menjawab.!"
"Aku tidak tau. Aku tidak tau. Kenapa kalian tidak mencari ke rumah orangtuanya saja.
Jika kalian datang beberapa hari lagi aku pasti bukan istri Sidart lagi karena aku berniat bercerai darinya.!"
Sandra berteriak mencoba mendorong kaki panjang itu.
"Baru niat.!" Jawab si bos.
"Kenapa, apa karena dia tidak memberikan apa yang seharusnya jadi hasilmu.
Pembagian kalian tidak rata.!?"
"Aku bukan penipu.!"
Sandra nyaris tak sanggup bernapas menahan sakit tapak tangannya.
"Setiap yang aku hasilkan adalah dari titik peluhku sendiri. Malah aku yang memberi padanya.
Aku menikah dengannya bukan untuk menerima semua ini.!"
"Apa kau tidak pernah belajar untuk menghormati lawan bicaramu.!"
Si bos memberi tekanan lebih besar, berniat meremukkan jemari Sandra.
Mata Sandra berputar ke atas, saat menjerit anak lidahnya sampai terlihat.
Dia jatuh terkulai ke lantai, matanya terpejam, bibirnya merintih pelan lalu hening.
"Kalian urus dia.
Begitu dia bangun, pastikan dia mengatakan di mana bajingan itu."
Kaki si Bos menyepak betis Sandra.
"Kalau dia tidak mengaku juga apa kita jadikan dia penghibur saja.!"
Suara Si botak bercodet terdengar.
"Jika dia masih tidak mengaku, berikan dia pada Ryu.
Ambil semua organnya.!"
Kaki si bos kembali menyepak betis Sandra.
"Dengan wajah dan tubuh standar seperti ini berapa banyak uang yang bisa dikumpulkannya.
Sampai tua juga takkan lunas.
Meski semua orangnya dijual juga tidak akan melunasi hutang suaminya.
Tapi yang aku mau instan.
Jika memeliharanya justru membuat uangku keluar, memberinya makan dan memberinya perlengkapan penunjang penampilannya.!"
"Baik bos.!"
"Ada apa.?" Si bos bertanya dengan nada tak suka, melihat gelagat si botak.
"Apa kau ingin mencicipinya.!?"
"Tidak. Tentu saja tidak.!" Si botak terkejut tanpa dibuat-buat.
"Aku tidak mau ada yang rusak darinya.
Dilihat dia sangat energik dan sehat, dijual ke Ryu lebih mengahasilkan daripada kalian gilir.!
Mungkin jika uang yang dilarikan suaminya tidak banyak, aku akan memberinya sebagai hadiah atas kerja kalian.!"
"Tidak bos, pekerjaan lebih penting dari sekedar bersenang-senang.!"
Semua yang ada di hall ini berteriak menyetujui kata kata si botak.
Tidak ada jawaban dari si bos. Dia berbalik meninggalkan tempat tersebut.
Si botak segera memberi Istruksi pada salah satu bawahannya.
"Angkut dia ke gudang belakang.!" Titah si botak yang yakin sekali nasib wanita ini akan berada di tangan Ryu.
Wanita keras kepala seperti ini tidak sadar akan bahaya.
Rasanya percuma saja mengintrogasinya tapi karena ini perintah Aslan, mau tidak mau akan dilakukannya juga.!
"Jaga dia jangan sampai dia buat masalah.!"
Perintahnya segera pergi meninggalkan puluhan orang yang ada di sana.
Begitu si botak tidak terlihat lagi, Sandra baru berani bernapas panjang, meski matanya tetap terpejam rapat.
Dia mencoba menggerakkan jarinya yang sakit tapi saat tubuhnya diangkat dengan kasar, Sandra melemaskan ototnya supaya aktingnya menyakinkan.
Dengan kasar, Sandra dihempaskan ke lantai yang lebih kasar dari pada lantai yang tadi.
"Kau jaga di sini. Aku harus ke toilet sebentar.!"
Sandra mendengarkan saat yakin tidak ada banyak yang menjaganya, perlahan dibukanya mata, mengintip sekelilingnya.
Hanya ada satu orang bajingan culun yang sedang bermain Hp.
Tempat ini seperti gudang barang yang tidak terpakai tapi sayang untuk dibuang Karena yakin akan ada gunanya, sandra menggerakkan lengannya perlahan meraih satu besi berkarat meski pendek tapi cukup tebal.
Dia berhenti ketika membuat bunyi yang cukup keras, memejamkan matanya tapi tidak terdengar gerakan apapun.
Segera dengan cepat Sandra mengenggam besi tersebut, berdiri membuat kaget penjaganya yang sudah terlambat untuk berbuat apapun karena besi yang Sandra pegang lebih dulu mendarat di bahunya dengan efek sakit yang luar biasa hingga dia terduduk meraung memegang bahunya yang sekurang-kurangnya retak.
Tanpa membuang waktu sandra segera berlari keluar dari gudang tersebut, mengunci pintunya dari luar.
Dia berlari ke mana saja yang dirasanya akan membawanya keluar dari tempat itu.
Dia bersembunyi jika melihat atau mendengar suara-suara.
Sandra sudah berputar-putar mencari jalan keluar tapi tidak ada satupun yang tidak dijaga.
Fokus Sandra berlari melintasi rerumputan seluas lapangan bola.
Di seberang lapangan itu ada rumah yang terlihat begitu besar dan terang benderang.
Hanya rumah itu satu-satunya jalan keluar yang bisa diharapkannya.
Dibelakangnya terdengar beberapa orang mengejar sambil menyuruhnya berhenti.
Sandra mempercepat larinya, tidak rela tertangkap oleh bajingan itu Yang pura pura sangar hanya karena setelan jas berwarna hitam yang mereka pakai.
Sandra akhirnya mencapai rumah itu, memilih pintu asal-asalan.
Dia terus berlari mencari cari jalan tapi makin bingung karena tidak ada satupun yang membawanya ke jalan keluar.
"Itu dia.!"
Sandra menoleh, melihat gerombolan mengetahui keberadaannya membuatnya panik.
Dia berlari mencoba membuka pintu pertama yang dilewatinya, masuk dan segera menutup, mengunci rapat.
Kalaupun dia harus tertangkap setidaknya dia sudah berjuang, memberi mereka pelajaran.
Orang orang itu pasti ketakutan daj cemas karena lalai dan membuatnya bisa kabur.
Mampuslah mereka semua yang sudah menyusahkannya.!
"Siapa kau.?"
Sandra berbalik membekap mulutnya saat melihat satu sosok perlahan bangkit dari atas ranjang luas dikamar yang berbau seperti rumah sakit.
**************************
(10072023) PYK
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top