1
"SIALAN BANGSAT! "
Sandra berteriak sampai urat lehernya serasa mau putus tapi orang-orang brengsek ini tidak mendengarkannya dan terus saja mengobrak-abrik rumah kecilnya yang mati-matian Sandra rawat dan hias dengan sepenuh hati.
"Ini bukan rumahnya, ini rumahku. Ini semua Barang-barangku. Jadi kenapa kalian terus menghancurkan semuanya?
Dia bahkan tidak ada disini!"
Pekiknya lagi dalam usaha menghentikan orang-orang tersebut merusak semuanya.
"Kau istrinya kau pasti tau dimana dia.!"
Pria botak dengan tato disekujur lengannya itu membentak Sandra.
"Aku tidak tau. Aku tidak tau. Dia pergi, dia menghilang begitu saja.!"
Sandra mulai terisak.
"Percayalah padaku. Aku tidak tau."
Si botak diam mengamati Sandra.
"Kalian sudah menikah, kau pasti tau dimana bajingan itu berada.?!" Tekannya.
"Kalau aku tau, aku sendiri yang akan menariknya keluar dan mengantarkan pada kalian. Jika kalian tertipu, begitu juga denganku. Kalian hanya rugi uang. Sedangkan aku rugi segalanya.!"
Sandra sudah putus asa, dia tidak tau lagi harus mengatakan apa.
Hanya rumah ini satu satunya peninggalan orantuanya yang selamat.
Belum setahun menikah, semua warisan Sandra yang tak seberapa termasuk uang tabungannya dihabiskan Sidart satu persatu.
"Kau tau berapa banyak bajingan itu berhutang.?"
Si botak menghardik Sandra seperti akan menelannya hidup hidup.
"Rumah ini saja tidak akan cukup membayarnya."
"Ini rumahku, uangnya tidak masuk satu senpun dalam rumah ini, dia mungkin belum lahir saat orantuaku membeli rumah ini."
Sandra mendorong Si botak.
"Pergi dari sini, jangan mengangguku."
Si botak makin marah.
"Mana surat suratnya.?"
Si botak makin kasar.
"Di Bank, ambil saja."
Sandra menatap Si botak dingin.
"Aku harus bekerja siang malam untuk mencicil rumah ini ke bank.
Lalu sekarang kalian datang ingin mengambilnya.
Bawa saja kalau kalian sanggup."
"Hancurkan rumahnya.!"
Si botak berteriak menyuruh para preman bertato dengan wajah penuh bopeng yang sedang mengobrak abrik seluruh ruangan.
"Jangan pikir kau bisa main main dengan kami."
Tetes pertama Airmata Sandra jatuh.
Perlahan bahunya bergetar lalu tangisnya pecah menjadi raungan pilu.
"Bapak ibu tolong aku.!" Lolongnya menghadap plafon rumahnya yang bolong karena sering diijadikan kucing tempat kawin.
"Bawa saja aku bersama kalian."
Preman pun tetaplah laki laki yang tidak tau harus bagaimana jika berhadapan dengan airmata wanita.
Mereka diam saling melirik menunggu tindakan satu sama lain.
Setelah tangisnya yang jadi tontonan para tetangga tidak berguna yang hanya melihat tanpa berani menolong, kini Sandra mendadak diam, berdiri tegak melihat si botak.
"Kalau kalian bersikeras, bawa saja aku,bunuh aku lalu jual saja organku."
Tantangnya.
Sandra yakin orang orang ini takkan Berani, kalau mengahadapi preman begini kita harus nekad dan lebih berani lagi.
Si botak diam sepertinya sedang berpikir keras, dalam hatinya Sandra tersenyum.
Dia sudah terlatih semenjak menikah dengan Sidat, menghadapi para penagih hutang mulai dari rentenir, Pinjol, koperasi atau orang orang biasa.
Pokoknya Sidat anjing membuatnya yang tak berdaya jadj kuat.
Lalu tiba tiba Si botak menarik lengan Sandra.
"Apa yang kau lakukan.?" Sandra berontak, memukul lengan si botak yang sekeras balok.
"Mau dibawa kemana aku.?"
"Tadi kau yang minta kan." Si botak berhasil menarik Sandra keluar dari rumahnya, melewati para tentangga yang mengaku preman tapi malam seperti kucing di hadapan si botak yang tinggi besar.
"Organmu memang masih bagus."
"Tidak tidak lepaskan. Bajingan aku tidak mau berkorban sedikitpun untuk Sidart brengsek itu.
Tinggalkan aku, aku Tidak mau."
Sandra berontak tapi si botak bisa menjepitnya dengan satu lengan, berjalan ringan keluar dari gang sempit yang hanya bisa dilalui kendaraan roda dua.
"Aku bilang lepaskan aku.
Aku tidak tau dimana Sidat"
Dia memukul punggung si botak yang seperti tidak merasakan saja.
Mereka sampai di depan jalan raya, melintas menuju mobil yang terparkir di seberang sana.
Si botak membuka pintu belakang, mendorong Sandra masuk.
Sandra tersungkur hampir mencium ujung sepatu.
Dia cepat cepat mengangkat kepala kaget melihat siapa yang duduk tenang, menunduk melihatnya.
"Bos.!" Si botak memberi hormat.
"Bajingan itu tidak ada di sana. Kami sudah mencarinya.
Wanita ini istrinya tapi dia tidak mau memberitahu dimana suaminya."
Sandra melongo, bagaimana bisa pria besar berotot dengan codet dan tatto diseluruh tubuh memanggil pria berwajah tampan tanpa cela dengan kulit putih mulus dan berambut sebahu yang indah bergelombang sebagai bos.
"Dia terus melawan bersikeras suaminya menghilang."
Si botak kembali melapor.
Si pria tampan membuka kaca mata hitam yang dipakainya.
Sandra semakin bingung, mata itu indah sekali.
Bulu mata yang panjang berwarna gelap dengan pupil berwarna coklat pucat.
"Jadi dia sudah menikah.?"
Si bos bicara.
"Bukankah dia menjalin hubungan dengan Cyndi.?"
"Ya berarti Cyndi tertipu sampai mau mencurangi kita."
Si botak menjelaskan.
Sandra memikirkan pembicaraan dua orang itu.
Sidat bukan hanya mencuri darinya tapi juga selingkuh.
"Berapa lama kalian menikah.?"
Si bos bertanya pada Sandra.
"Enam bulan.?"
sandra menjawab, merasa ngeri dilihat dengan sorot dingin itu.
Pria ini meskipun bertampang malaikat tapi dari sorot matanya Sandra yakin hatinya kejam seperti iblis.
"Dan kau lebih rela jadi tumbal dibanding memberi tau kami dimana dia berada.?"
Si bos kembali bicara.
"Aku tidak mau jadi tumbal. Aku tidak mau ikut campur dengan urusannya.
Aku hanya mau kalian pergi dan melepaskanku. Jangan pernah datang lagi menggangguku.
Aku akan melaporkan kalian ke polisi jika terus datang mengangguku.!"
Sandra mengancam
Si bos mengangguk.
"Sangat berani.
Sayangnya kau mengancam orang yang salah."
Diremasnya dagu Sandra.
"Tidak ada yang boleh main main denganku.
Hubungi suamimu, katakan padanya jika dia tidak datang membawa uangku, kau akan kujadikan jaminan.
Jika dalam satu Minggu dia tidak datang, akan kujadikan kau mesin pencetak uang."
Ditariknya rambut Sandra.
"Berkorban demi pria yang berselingkuh dengan banyak wanita, apakah layak.?"
Pria itu mendengus jijik.
"Masih masa nya bulan madu, suamimu sudah selingkuh. Separah apa kau ini.!"
Sandra menggeleng, marah karena orang yang tidak mengenalnya Berani menghinanya.
"Kalau aku tau aku yang akan mengantarkan kalian padanya."
menancapkan kukunya ke punggung tangan setan itu.
Sandra melongo, biasanya orang reflek menarik tangannya melepaskan apapun yang dipegangnya tapi si bandit ini seperti tidak merasakan cakarannya.
Tarikan pada rambut Sandra makin kuat, Sandra menggapai mencoba melepaskan rambutnya.
"Bagaimana supaya kau percaya" paraunya yang sudah mulai mengeluarkan airmata menahan sakit.
Pria itu melepaskan rambut Sandra.
"Bawa dia. Kita lihat apa yang bisa kita lakukan padanya sampai bajingan itu datang membawa uang dan barang yang dia curi."
Si botak besar merenggut Sandra keluar dari mobil, mengangkat dan melemparnya ke dalam mobil jenis minibus berwarna hitam.
Dia meraih gulungan selotip warna hitam, menyobek dan menempelkan ke bibir Sandra yang tak bisa mengeluarkan suara apapun, dengan santai diikatnya kedua lengan Sandra ke belakang, dia pergi setelah mengunci pintu mengurung Sandra yang takkan terlihat atau terdengar dari luar.
Sandra lelah berkeringat, berontak mencoba keluar dari dalam mobil yang pasti sudah sering digunakan menculik atau memaksa seseorang ikut.
Entah apa yang orang orang itu lakukan tapi cukup lama Sandra terkurung sendirian sebelum merasakan mobil berjalan.
Sandra yang awalnya sudah kehabisan tenaga, kembali memukul kaca, mencoba berbagai cara tapi gagal.
Rasanya tak percaya dia diculik dan dijadikan sandera.
Kalau dia bertemu Sidart Sandra bersumpah dia sendiri yang akan mematahkan leher bajingan itu.
Sandra gemetar membayangkan apa yang akan terjadi padanya.
Tak henti hentinya dia berdoa memohon agar ada keajaiban yang membuatnya lepas dari orang orang menakutkan ini.
Setitik harapan membuat Sandra bertahan, mungkinkah bakal ada keajaiban dan sidart muncul untuk menolongnya.!?
**************************
(21062023) PYK
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top