Prolog

Angin dan ombak di malam itu begitu tenang. Dua layar utama tidak mengetat lantaran angin yang berhembus begitu tipis. Membuat juru kemudi serta navigator membuat keputusan agar orang-orang di kapal bisa bersantai sedikit tanpa perlu merasa takut akan datangnya badai atau ombak besar.

Sang kapten langsung mengajak kru-nya untuk berpesta kecil-kecilan di dek utama yang lantainya ditutupi oleh rumput halus. Hingga akhirnya dalam kurun waktu 10 menit tempat tersebut penuh oleh jejeran makanan dan minuman. 11 orang awak kapal tersebut langsung duduk membuat lingkaran dan bersulang untuk membuka acara pesta tersebut.

KAMPAI!!”

Mereka pun menikmati hidangan yang tersaji. Sanji, sang koki kapal menuangkan kembali anggur merah pada gelas seorang gadis berambut cokelat yang duduk di sebelahnya. “Kau tidak mencicipi tortilanya? Itu favoritmu bukan?” tanyanya.

Gadis itu tersenyum. “Tidak. Aku belum lapar.”

Sanji ikut tersenyum. “Baiklah. Aku akan menyisihkannya untukmu.”

Chopper, seekor rusa kutub yang duduk di sisi lainnya menoel pahanya membuat gadis itu menoleh dan menaikkan salah satu alisnya. “Apakah kau berhasil bertemu dengan papamu?”

Pertanyaan Chopper barusan entah bagaimana sukses membuat semua orang mendadak hening dan menoleh cepat ke arahnya. Bahkan, Zoro si wakil kapten yang terkenal cuek dan acuh tak acuh bisa menaruh atensinya selama beberapa detik untuknya.

“Papamu? Kau sudah menemukan papamu?” tanya Luffy, sang kapten yang juga ikutan serius, meskipun pada akhirnya kembali mengunyah daging panggangnya dalam jumlah besar.

Gadis yang hanya ingin dipanggil Asa itu menghela napas sejenak. Dia menatap setiap wajah yang juga menatapnya penasaran. Pasalnya tujuan utamanya berlayar bersama mereka mengarungi lautan Grand Line adalah untuk bersua dengan orang tua satu-satunya serta kakak perempuannya yang sudah lama tidak dia temui sejak dia masih kecil.

“Ah benar. Kau menghilang di pertengahan festival di ibu kota Bunga. Apakah kau benar bertemu dengan papamu?” tanya Nami, si Navigator. Wajah gadis berambut oranye itu sedikit khawatir, mengingat dia berperan sebagai kakak sekaligus ibu di kapal ini.

Asa tersenyum kecut. “Tidak. Aku hanya refleks berteriak sebab merasakan ada aura haki yang begitu besar. Aku kira dia orangnya. Ternyata bukan.” Terpaksa, gadis itu harus sedikit berbohong, atau rencananya yang nyaris gagal itu akan benar-benar gagal.

“Ah, kami juga merasakan ada aura haki yang besar di ujung utara pulau. Itu milik para kelompok samurai yang menahan penyusup yang akan datang memporak-porandakan negeri Wano,” jelas Jimbe, si juru kemudi.

“Ahahaha! Itu sepertinya hanya perasaanmu saja, Asa! Sudahlah, kembali nikmati saja makanannya!” Usoop memberikan dua potong ayam popcorn padanya.

Tapi sayangnya, aksi pria penembak jitu itu tidak mempan mencairkan suasana. Zoro menaruh gelasnya dengan kasar ke lantai. Kini tatapan tajammya menatap Asa yang kebetulan berada di hadapannya. “Ngomong-ngomong kau belum pernah menceritakan siapa ayah dan kakakmu itu pada kita. Kau hanya bilang jika ingin bertemu dengan mereka.”

Luffy mengangguk. Disusul oleh semua orang. Terkecuali Jimbe. Pria manusia ikan itu baru bergabung setelah dirinya. Jadi dia belum terlalu mengenal setiap anggota bajak laut ini secara mendalam. “Zoro benar. Siapa papamu? Apakah kita mengenalnya?” tanyanya

Asa terdiam. Entah ini efek pencahayaan yang remang-remang atau bukan, namun kilat biru terlihat samar-samar di mata hijaunya. Gadis itu tiba-tiba tertawa, lalu memakan dua ayam popcorn pemberian Usoop dalam sekali suap. Setelahnya dia menghabiskan isi gelasnya dengan bringas.

Semua orang kembali terdiam. Mereka kembali dibuat kebingungan lantaran sikap Asa yang mereka tahu selama ini tiba-tiba terlihat aneh. “Sudahlah. Siapa papaku itu tidak penting. Yang penting tujuanku tidak menganggu perjalanan kita.”

“Kau pikir kami percaya dengan ucapanmu?” ucap Zoro, mencoba untuk mengintimidasinya.

Gadis itu menoleh ke arah Nami, Usoop dan Chopper yang tidak disangka-sangka justru menatapnya tidak yakin. Asa mengernyit, padahal mereka yang paling supportif dan kompak dengannya. Merasa tidak dapat dukungan dari mereka bertiga, akhirnya dia menoleh ke arah Robin, Franky dan Brook. Mereka hanya terdiam tidak bereaksi apa-apa. Hingga kemudian Sanji pun menyentuh pundaknya dengan lembut.

“Asa-cwan. Tidak apa-apa, ceritakan saja. Kita semua adalah sahabatmu, aku akan menjamin mereka tidak akan menyakitimu.”

Asa mengerjapkan matanya dan berakhir menghela napas kasar. Sial, dia terpojok.

“Baiklah. Aku akan menceritakannya secara singkat.” Asa membetulkan sejenak rambutnya. “Papaku itu orang yang sangat dicari di dunia.”

“...”

Asa menatap luffy lekat-lekat. “Luffy, tadi kau bertanya apakah kalian mengenalnya. Ya, kalian mengenalnya. Dia orang yang kau kenal, Luffy. Orang yang sangat kau kenal baik dan kau sangat amat mengidolakannya.”

* * *

Note:

Terima kasih sudah mau membaca. Jangan lupa tinggalkan jejak.

Sincerely, Nanda.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top