03

~~ Maafkanku yang selalu membuatmu terlalu lama menunggu.~~

~~Hingga akhirnya kau pergi tinggalkan aku.~~

"Kemarin, ban motor aku bocor." Ujar Silla pada Vian. "Ya, aku tahu. Andre memberitahu kalau kamu berjalan sendirian di jalanan." Jawab Vian tidak keberatan.

Mereka berdua sedang berada di kantin kampus. Seperti biasa mereka bertemu saat istirahat, karna perbedaan kelas.

"Bunda ajak kamu makan malam di rumah, Yan." Silla memandang Vian. "Katanya, kenapa kamu jarang main ke rumah sekarang."

"Iya, ntar aku usahain," Kata Vian. "Aku ada kelas, aku pergi duluan, ya!" Vian berdiri dan meninggalkan Silla.

••●●••

"Kenapa Vian belum datang, ya bun?"

Silla menunggu Vian di depan rumahnya, sudah hampir setengah jam gadis itu berdiri bolak-balik di depan pintu menunggu Vian. Seperti menunggu hujan turun saat mendung, tidak pasti.

Di lain sisi, Vian sedang asik bermain game dengan teman-temannya di rumah Andre. Vian lupa dengan janjinya dengan Silla. Atau, melupakannya.

Ting..
Bunyi pesan yang masuk ke ponsel Vian.

Pricilla Widyoona : Vian, kamu di mana? Aku dan bunda nungguin kamu lho.

Alvian Zayn : maaf Silla, aku tidak bisa datang. Aku sibuk.

Pricilla Widyoona : baiklah☺

Silla mengirin emote seakan-akan dia baik-baik saja. Padahal, dalam hati dia sedikit kecewa dengan Vian. Kemudian, Silla membaca pesan yang masuk dari Andre.

Andriyal Gardiga : lagi ngapain?sibuk?

Pricilla Widyoona : tadinya ada janji sama Vian, tapi ngga jadi. Sekarang ngga sibuk. Kenapa?

Andriyal Gardiga: sama Vian? La ini Vian lagi main game di rumah aku.

Deg..

Silla terkejut sampai ponselnya terjatuh dan mengabaikan pesan dari Andre.

"Maafkan aku Yan, bukan maksudku merusak hubunganmu dengan Silla. Silla gadis yang baik, tidak seharusnya kamu bohongin Silla. Dia pantas mendapatkan yang terbaik." Gumam Andre dalam hati. Andre tidak sengaja melihat percakapan antara Silla dan Vian. Kemudian, langsung menghubungi Silla.

••●●••

~~~ Perlahan engkau pun menjauh dari diriku.

Melupakan semua yang telah terjadi.~~~

Sesuai janji Vian pada saat istirahat, dia menemui Silla di taman kampus setelah selesai pelajaran. Vian bingung kenapa Silla mengajaknya bertemu di taman. Setelah semalam Vian tidak menepati janjinya.

"Ada apa?" Ujar Vian setelah menemui Silla.

"Nih..!" Silla menjulurkan sebuah kertas ke hadapan Vian. Vian mengerutkan keningnya karna bingung, "untuk apa?"

"Gini, coba kamu gulung kertas itu sekecil mungkin. Jangan tanya untuk apa, lakukan saja!" Tukas Silla. Kemudian Vian melakukan sesuai perintah Silla.

"Kemudian, coba kamu ubah gulungan itu menjadi seperti semula!" Ujar silla.

Vian mencoba mengembalikan kertas yang ia gulung menjadi seperti semula. Tapi, dia tidak bisa. "Ngga bisa!"

Silla menghela napas, "begitupun dengan kepercayaan, jika kamu sudah melakukan kebohongan satu kali aku bisa memaafkanmu. tapi, kamu berbohong berkali-kali, Yan. Aku mencoba percaya kamu, nyatanya.. Ibarat kertas itu, bisa kembali menjadi kertas. Tapi, tidak bisa utuh seperti semula, aku kecewa sama kamu, Yan. Jangan lupa, dengan sikap bisa merubah perasaan." Setelah berkata seperti itu, Silla pergi meninggalkan Vian yang termenung.

"Maafkan aku, Sill.." Vian mencoba mengembalikan gulungan kertas itu menjadi seperti semula. Tapi, lagi-lagi tidak bisa.

"Arrgh!!.." Vian mengacak rambutnya. Dia mengingat bukan satu kali dia membohongi Silla tapi berkali-kali. Dulu dia selalu menunggu kelas Silla selesai dan pulang bersama. Tapi, beberapa hari ini dia sering mengabaikan Silla dengan alasan pekerja'annya.

To be continued..

Next Part Ending, ya..

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top