Music and You [rewrite]
Summary
As candidates for president and vice president of The Elites from Sakurazaka Academy, Sugai Yuuka and Kobayashi Yui must form a strong chemistry. Until one day the vice president suddenly avoided Sugai Yuuka without any explanation.
"Bagaimana mungkin ada orang lain disini?"
Sugai Yuuka berjalan cepat menyusuri koridor panjang dengan pencahayaan temaram. Lampu utama telah dimatikan dengan alasan penghematan listrik sehingga hanya beberapa bola lampu di koridor saja yang menyala. Lampu yang berada di dalam kelas sudah mati dan menyisakan bayangan-bayangan benda serta kegelapan.
Setelah menyelesaikan tugasnya di ruang OSIS, Yuuka tak sengaja mendengar suara petikan gitar dari ruang musik. Tentu ia terkejut karena tiga jam yang lalu bel terakhir telah berdentang, yang menandakan bahwa seluruh kegiatan pembelajaran telah berakhir dan para siswi diperkenankan untuk pulang ke rumah masing-masing. Kecuali bagi mereka yang memiliki kegiatan organisasi dan klub.
Jadi siapakah itu? Memang akhir-akhir ini tersebar rumor tak bertuan yang mengatakan tentang hantu yang memainkan piano di waktu senja.
Itu berarti aku bisa mengetahui sosok asli hantu tersebut. Itupun kalau entitas seperti itu memang ada.
Menghentikan langkahnya di depan pintu ganda yang tertutup rapat, Yuuka menghela napas sejenak, sementara tangannya dibiarkan menggantung selama beberapa saat sebelum ia mengetuk pintu sebanyak tiga kali dengan lembut. Namun tampaknya ketukannya tidak terlalu keras sehingga orang yang ada di dalam sana masih meneruskan kegiatannya. Calon Ketua OSIS itu mendesah pelan. Haruskah ia masuk? Sopankah ia?
Tapi paling tidak ia dapat menggunakan alasan ketukan pintu yang tidak terdengar jika siapapun yang ada di dalam sana merasa kesal dan terganggu atas kehadirannya. Lagipula, sebagai calon ketua OSIS ia harus memberikan hal yang terbaik untuk memberi kesan yang baik pula. Jadi tangannya kini menyentuh gagang pintu, mendorongnya perlahan. Ia menjulurkan kepalanya terlebih dahulu untuk mengintip.
Seorang gadis, dengan rambut sepanjang bahu duduk di bangku piano dengan gitar akustik yang melodi merdunya menggema di ruangan besar itu. Dengan tirai jendela yang terbuka, membuat seberkas cahaya matahari menerangi sosoknya--baru Yuuka sadari, ada sedikit warna perak yang terpantul dari rambutnya.
Cantik.
Pemandangan matahari terbenamnya, maksudku.
Yuuka melangkahkan kaki memasuki ruang musik, dengan berhati-hati ia menutup pintu di belakangnya agar tidak menimbulkan suara apapun. Jam dinding menunjukkan enam kurang dua puluh dan matahari semakin menyembunyikan sosoknya di ufuk barat. Namun gadis itu sepertinya tak ingin meninggalkan gitarnya untuk pulang ke rumah.
Akhirnya, setelah beberapa kali mempertimbangkan, ia memutuskan untuk bersandar pada pintu sembari memperhatikan gadis itu bermain dengan instrumennya. Sekarang Yuuka dapat mendengar dengan jelas apa lagu yang sedang dimainkan dan digumamkan oleh gadis itu. Itu adalah musik yang sering ia dengarkan ketika ia sedang merasa tidak baik-baik saja. Sehingga Yuuka merasa lagu itu memang sengaja dimainkan untuknya.
When I am down and, oh my soul, so weary
When troubles come and my heart burdened be
Then, I am still and wait here in the silence
Until You come and sit awhile with me.
Yuuka tertegun.
Ia tidak pernah mendengarnya bernyanyi sebelumnya! Suaranya benar-benar bagus dan lembut meskipun dinyanyikan dengan nada alto.
"Jadi... itu kau, ya? Si Hantu Ruang Musik." Yuuka berjalan maju mendekati tempat gadis itu duduk, meletakkan tangan pada pucuk kepalanya. "Kobayashi Yui."
Gadis yang kepalanya disentuh secara tiba-tiba itu tentu saja terkejut. Ia menoleh ke samping, menggeser gitar dan menyandarkannya pada kaki piano.
"Apa yang kau lakukan disini? Seharusnya semua siswi sudah pulang sekarang." Yui mendesah. Tampaknya ia kesal karena seseorang telah mengganggu waktu pribadinya tanpa izin. Ia juga memiringkan tubuhnya ke samping agar tangan Yuuka tidak lagi berada di atas kepalanya.
Yuuka tersenyum kecil. "Seharusnya aku sudah pulang lima belas menit yang lalu, tapi karena aku mendengar ada suara dari ruang musik dan rumor tentang hantu juga semakin santer... aku memutuskan untuk datang dan mengecek hantunya."
Yui mengangkat satu alisnya pada Yuuka, calon ketua OSIS itu lalu melanjutkan ucapannya. "Kau mengecat rambutmu?"
"Iya, sedikit."
"Ah, begitu?" Yuuka berjalan mendekati jendela yang tirainya terbuka, kemudian menutupnya sehingga ruangan menjadi benar-benar gelap. Namun itu tidak berlangsung lama karena lampu secara otomatis menyala begitu mendeteksi tidak adanya cahaya di ruangan tersebut. "warna itu sangat cocok untukmu. Kau terlihat... uh, menawan? Bagaimana mereka mengatakannya saat melihat sesuatu yang cantik?"
Yui mengusap lehernya yang tak gatal. Mendengar Yuuka berbicara seperti itu, membuatnya sedikit aneh. Terutama ketika gadis tinggi itu mendekat dan berdiri, menggunakan tangan kiri untuk berpangku pada piano yang tertutup itu. Ada sesuatu yang tak wajar dalam dirinya yang sulit dijelaskan. Sedari tadi ia juga berusaha keras untuk mengontrol degup jantungnya yang terus bertalu-talu di dada.
Rasanya sedikit mengganggu, sekaligus terasa sakit.
"Jadi?"
"Kau cantik sekali hari ini."
Setelah Yuuka melontarkan kalimat itu ke udara, hal yang terjadi selanjutnya dapat ditebak. Yui sedikit terbelalak karenanya sementara Yuuka membutuhkan waktu beberapa detik sebelum ia sadar apa yang telah ia lakukan. Segera saja gadis itu memalingkan wajah ke arah lain sembari berdeham kecil sementara Yui menutupi mulutnya dengan telapak tangan.
Helaan napas terdengar, itu adalah milik Yuuka.
"Aku membutuhkan waktu sendiri sejak beberapa minggu terakhir. Keadaan di rumah tidak begitu baik jadi satu-satunya tempat yang dapat aku gunakan melepas penat adalah tempat ini, meskipun itu berarti aku akan menjadi satu-satunya orang yang meninggalkan sekolah di malam hari."
"Apakah ada yang mengganggumu? Kau bisa memberitahuku, Kobayashi." ucap Yuuka. Ia kembali mengalihkan atensi sepenuhnya pada Yui. Mendapati seragam gadis itu terlihat berantakan di sana-sini. Dengan kancingnya yang terbuka sehingga dasi dan kemeja putihnya yang juga tampak lusuh terekspos begitu saja. Tak biasanya Yui mengenakan seragam kebanggaan Sakurazaka Academy seperti itu. Sehingga memang jelas ada hal lain yang mengganggu sahabatnya itu. "apakah itu mengenai The Elites?"
"Tidak. Bukan tentang pembentukan The Elites, Risa, Fujiyoshi--" Yui menjeda kalimatnya sejenak, sepenuhnya terkejut karena tangan Yuuka kini menarik-narik blazernya tanpa izin. Seperti memintanya agar merapikan seragamnya yang kelewat berantakan itu. "apapun itu, kau tidak perlu tahu."
"No, beautiful. I have to know."
Yui membenahi blazernya. Mengancingkan bagiannya satu persatu. Sebenarnya hal itu ia lakukan tak lain hanya untuk menghapus sedikit rasa gugup dalam dirinya. Perasaan itu semakin menjadi-jadi saat Yuuka beranjak dari posisinya dan duduk di samping Yui. Hal itu membuat Yui terpaksa menggeser tubuhnya agar Yuuka mendapatkan tempat. Seperti anak kecil, mereka berbagi tempat duduk yang sempit.
"Baiklah. Jika kau memang ingin tahu," Yui menundukkan kepalanya sejenak. Tidak memiliki keberanian untuk menatap sahabatnya itu karena hal yang hendak ia utarakan sekarang telah membuat telinganya yang ditutupi rambut memanas. "siapa orang yang berada bersamamu di kelas saat kau pulang terlambat tempo hari?"
"Eh?" Yuuka memundurkan tubuhnya, memberikan jeda sementara ia mencoba mengingat kapan momen yang dimaksud Yui itu terjadi. "Mungkin yang kau maksud adalah Masumoto. Ia datang sepulang sekolah dan mengajakku berdiskusi tentang rencana kampanye. Seperti yang kau tahu, masa pemilihan presiden semakin dekat, Kobayashi. Why?"
"Aku mengerti." Yui menjawab singkat, mengabaikan pertanyaan Yuuka di kalimat terakhir. Meski rasanya jawaban Yuuka tidak sepenuhnya memuaskan hatinya. Lagipula siapa yang tidak curiga saat orang yang kau sukai berbincang berdua di suatu tempat yang sepi? Dan lagi, Masumoto itu terlalu menempel padanya seperti perangko!
Ia menghela napas berat, melepaskan beban dan nyeri yang mulai menjalari dadanya. Kobayashi Yui dan Sugai Yuuka hanyalah sahabat yang tidak terikat dalam hubungan. Menyadari bahwa seharusnya ia tak memiliki hak untuk cemburu pada Yuuka. Gadis itu berhak dekat dengan siapa saja, termasuk Masumoto. Ia juga tak bisa membiarkan perasaannya itu merusak persahabatannya dengan Yuuka.
Selama beberapa minggu ia menyimpan kekesalan ini dalam dirinya sendiri. Termasuk dengan sengaja menghindari Yuuka tiap kali ia tak sengaja beradu pandang. Dan hal ini jugalah yang membuatnya berdiam diri di ruang musik seperti hantu.
"Kobayashi..." Yuuka membalas dengan nada sedih. Ia menatap sahabatnya itu lamat-lamat. Meskipun Yui tidak menunjukkan raut wajahnya secara eksplisit tapi Yuuka dapat menemukan ekspresi tidak senang disana. Saat tangan Yuuka meraih jemari Yui, ia dapat merasakan dinginnya. "maaf... ternyata memang benar karena hal itulah kau menghindariku."
Yui menggeleng pelan. Ia kemudian mengangkat kepalanya, memberanikan diri untuk menatap sepasang iris coklat muda itu. "Kenapa meminta maaf? Aku yang seharusnya melakukan itu karena telah meninggalkan tanggung jawab."
"Karena tidak menyadari hal ini sebelumnya? Entahlah. Aku tidak mengerti bagaimana mengatakannya. Kupikir... kau membenciku karena suatu hal dan kau membutuhkan waktu sendiri karenanya. Aku takut jika aku memaksa untuk bertemu akan justru membuatmu merasa terganggu. I'm really sorry."
Yui merapatkan bibirnya membentuk garis lurus. Melihat Yuuka memasang tatapan memelas seperti itu membuat kekecewaannya menguap entah kemana. Jantungnya semakin memberontak dari kandangnya. Akhirnya, Yui menyerah. Ia menjatuhkan kepalanya di bahu Yuuka. Membisikkan beberapa kata di telinganya sepelan mungkin.
"Sugai... don't look at anyone but me. I don't like that."
Calon ketua OSIS itu memasang senyum sekilas. Ia menyelipkan surai hitam Yui di belakang telinganya dengan lembut, sekali lagi, ia menahan tawanya karena telinga gadis itu benar-benar merah sekarang. Sial... mengapa kau menunjukkan sisi ini? Tidak sopan sekali.
"Was that an order, Kobayashi? Jika begitu, aku akan dengan senang hati melakukannya." Jawab Yuuka. Ia kemudian menarik tubuh Yui mendekat, tangannya yang semula menggenggam tangan Yui kini berpindah ke atas, mengusap rahang dan dagu sahabatnya itu dengan tatapan mata yang sukses membuat Yui membeku di tempat. "Can I kiss you?"
"H-Ha?" Yui kembali dibuat terkejut karena mendadak Yuuka mengatakan hal yang tak pernah ia duga sebelumnya. Ditambah lagi, gadis itu semakin mengikis jarak diantara mereka. Yuuka memang tidak langsung melakukan apa yang ia ingin lakukan, namun jika ditatap dengan jarak tiga sentimeter seperti itu... Yui hampir saja kalap. "S-Sugai Yuuka!"
Si Sugai itu lantas tertawa lepas ketika melihat respon Yui yang menurutnya lucu. Sedikit menahan sakit karena Yui secara tak sadar meremas bagian atas lengannya. Meskipun sebenarnya ia sangat ingin melakukannya, Yuuka tidak akan pernah mau memaksa. Jadi ia hanya menggesekkan hidung mereka sekilas, menunjukkan betapa ia menyayangi seorang Kobayashi Yui.
Membuat tubuh mereka saling menempel satu sama lain. Merasakan kehangatan dari orang di sampingnya, meskipun malam telah datang dan suhu semakin turun. "Ayo pulang. Kelas pagi dimulai pukul tujuh besok." Yui berkata. Diam-diam ia memiringkan tubuhnya agar Yuuka dapat bersandar padanya.
"Untuk apa? Kalaupun kita kembali di jam sembilan malam, tidak akan ada yang mengusir kita. Lagipula sekolah ini milikmu." Yuuka memiringkan kepalanya sehingga kini ia sepenuhnya bersandar di bahu Yui. "begitu juga dengan aku."
Yui terkekeh pelan. Ia mengangkat tangannya dan menyentuh pipi Yuuka dengan lembut. Calon ketua OSIS itu sedang memejamkan matanya, berpura-pura tidur agar mereka dapat tinggal lebih lama di ruang musik.
Yuuka kemudian berkata lagi. "Jangan pulang dulu. Aku masih ingin tetap disini denganmu. Jika pulang sekarang, aku tidak bisa memelukmu seperti ini." Yui tersentak saat Yuuka mulai melingkarkan lengan di pinggangnya, memeluknya dengan erat. Menggumam pelan saat ia membenamkan wajahnya di leher Yui. Ia dapat merasakan hembusan napas hangat Yuuka disana."this warmth is only mine."
"And so are you." Yui berbisik pelan. Kemudian mencium kepala dan telinga Yuuka bergantian. "it's hot here. Let's just find another place, Sugai."
Coming up next,
Fujiyoshi's Glove. The story about Fujiyoshi Karin's career as professional pitcher, her injuries, and senior she admires.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top