Sakura no Isshūkan #6
Satu Minggu Bunga Sakura
__________________________
Janji Kelingking Sakura
__________________________________________
Tokyo, 11 Juni
11.00
"Sakura!" Sasuke melambaikan tangannya menyapa Sakura. Sakura segera berlari mendekat.
"Aku takut kau tak datang." Lanjut Sasuke.
"Aku pasti datang, kok. Oh iya, ada apa? Tumben sekali mengajakku keluar lewat SMS." Sakura dan Sasuke berjalan santai ke arah lain.
"Ahaha... sebenarnya, aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Tapi ...." Sasuke mengelus tengkuknya yang sebenarnya tak terasa gatal.
"Tapi?"
"T-tapi..." Mata Sasuke bergerak mencari tempat yang pas. "Bagaimana kalau kita duduk dulu?"
Di salah satu bangku yang kosong, mereka berdua berbincang sebentar. Tawa dan canda bergulir sesuai nada.
"Sakura, sebelumnya... aku ingin minta maaf." Tiba-tiba Sasuke bicara serius di tengah tawa mereka.
"Minta maaf untuk apa?"
"Selama ini, aku selalu sibuk dengan pekerjaanku. Aku selalu meninggalkan percakapan di saat yang menyenangkan. Aku sangat ingin berbicara banyak denganmu. Tapi sepertinya.. tidak bisa."
"Sekarang?" Tanya Sakura pelan.
"Maaf, Sakura. Aku bahkan tak bisa lama-lama di sini. Oleh karena itu, aku ingin bilang kalau aku..." Lagi-lagi, sudah kesekian kalinya ponsel Sasuke berbunyi di sela-sela percakapan.
Sakura tersenyum dan menganggukkan kepala mengisyaratkan agar Sasuke mengangkat ponselnya. Sasuke berdiri dan menjauh sambil berbicara dengan ponselnya.
Sakura mengedarkan pandangannya menatap langit. Kemudian menutupnya, dan mencoba mendengarkan pesan masa lalu yang dibawa angin. Tawa masa kecilnya, gambar bergerak di mata tertutupnya. Bunga-bunga sakura kembali bertebaran. Khayalan Sakura bubar karena suara panggilan Sasuke.
"Sakura, aku janji! Sungguh, kali ini aku tidak akan mengingkari janjiku. Mari buat janji kelingking. Kalau aku melanggarnya, akan kutelan seribu jarum. Ayo!" Sasuke segera menyatukan jari kelingking mereka.
"Janji kelingking, kalau kamu berbohong, aku akan membuatmu menelan seribu jarum." Mereka bernyanyi bersama lalu tertawa bersama.
"Rasanya jadi ingat masa lalu, ya?" Sakura tersenyum manis mengiyakan.
"Kalau tidak salah, kau juga berjanji malam itu, ya?" Ucap Sakura lirih.
"Iya. Tahun ini, pasti! Aku pasti akan menepatinya. Jadi, tunggulah!" Sakura membuka mulutnya sebentar. Ia menunda kata-kata yang sedikit lagi akan keluar dari mulutnya tadi.
"Ada apa?" Tanya Sasuke menyadarinya.
"Tidak ada. Tapi, janji apa yang ingin kau tepati sampai menggunakan janji kelingking?" Sakura sebisa mungkin bersifat biasa dengan mengalihkan topik. Padahal ketir sangat terasa di hatinya.
"Oh, itu. Aku janji akan datang ke atap rumahmu malam ini. Jadi, kau harus menungguku. Jangan lupa, ya." Senyum Sakura luntur seketika.
"Itu artinya...." Sasuke tersenyum pahit membalas senyum Sakura yang memudar.
"Maaf, aku harus pergi sekarang. Tapi, karena aku sudah berjanji, jadi aku tidak akan mengingkarinya. Jadi..." Sasuke tak sanggup melanjutkannya. Wajah Sakura terlihat sangat kecewa.
Sasuke benar-benar ingin protes akan ketidakadilan dunia ini. Dia hanya ingin bersama Sakura. Sehari saja tanpa ada panggilan atau pun alarm.
"Pergilah." Kata Sakura dengan lembut, dan senyum yang terpaksa.
"Tapi..."
"Tidak apa-apa. Pergilah, selesaikan pekerjaanmu, dan kembalilah padaku. Kau harus menepati janjimu, ya. Jangan lupa." Sakura mengangkat jari kelingkignya dan tersenyum lebar. Itu membuat Sasuke kembali tersenyum.
"Baiklah. Aku akan segera kembali. Jaa." Sasuke berlari menjauh sambil sesekali menoleh ke belakang dan melambaikan tangan.
Sakura tetap diam di tempat. Dia menatap punggung Sasuke yang kian mengecil. Hingga sang pujaan hati hilang di telan jarak.
Wajah Sakura kembali lesu. Dia juga ingin, sehari saja dengan Sasuke tanpa ada yang mengganggu. Rasanya ketidakmungkinan itu hanya menjadi mungkin di masa lalu. Sekarang, baik Sakura maupun Sasuke telah berubah.
Potongan-potongan waktu dengan Sasuke
Dan...
Waktu terbatas milik Sakura.
~~~
Masih ada yang idup?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top