Sakura no Isshūkan #5

Satu Minggu Bunga Sakura
__________________________

Kembang Api Sakura

II
__________________________________________

Tokyo, 10 Juni

20.25

Seperti yang sudah direncanakan, Sakura keluar rumah untuk bertemu Sasuke. Sakura segera berlari-lari kecil ke tempat yang sudah dijanjikan. Jembatan utama bagi pejalan kaki di kota Tokyo. Di penghujung musim semi, ini adalah saat-saat terakhir Sakura melihat bunga sakura.

Dengan yukata yang senada dengan rambutnya, Sakura terlihat sangat senang. Di jembatan itu, ada banyak orang berlalu lalang. Sakura melihat dengan jarak lebih dekat. Matanya terus bergulir mencari orang yang ingin dia temui.

"Mencari sesuatu, Nona?" Suara yang tak terlalu berat tiba-tiba terdengar dari belakang Sakura. Sakura segera menoleh dan dia menemuakan orang yang ia cari.

"Sasuke-kun, kau baru sampai?" Tanya Sakura dengan senyum manisnya.

"Tidak. Aku sudah di sini cukup lama. Menunggu sakura terindah mekar dan mendatangiku." Sakura tersipu mendengar kata-kata Sasuke. Setelah itu, mereka berjalan di atas jembatan.

Mengagumi panorama dan berbagi cerita. Tidak seperti Sasuke yang dikenal banyak orang, Sasuke lebih banyak bicara dan berekspresi saat hanya berdua dengan Sakura. Saat itu, Sasuke menceritakan pengalamannya selama di Hokkaido. Begitu juga sebaliknya. Sakura menceritakan banyak hal yang sekiranya sudah banyak terlewat tanpa kehadiran Sasuke.

Mereka sangat menikmati keindahan malam itu. Selain merasakan hembusan angin, mendengar bisikkan keramaian pejalan kaki, melihat kembang api, atau hanya sekedar bercakap ria. Sasuke dan Sakura sangat senang. Tawa Sasuke juga terlihat lepas. Kemudian, keadaan hening di antara mereka berdua.

"Sakura, kalau kau jadi bagian dari rasi Ginga, kau ingin jadi apa?"

"Aku? Hmm, coba kita lihat. Mungkin Deneb." Jawab Sakura spontan.

"Deneb? Kenapa?"

"Kenapa? Hm, entahlah. Mungkin karena aku ingin jadi jembatan yang menyatukan kepingan-kepingan kebahagiaan." Sasuke diam seribu bahasa. Dia tidak mengerti kenapa Sakura memilih tokoh sampingan.

"Tapi, bukankah lebih baik jadi Vega? Kau bisa jadi sang putri jika pilih Vega."

"Ya, aku tahu. Tapi, rasanya aku tak cocok jadi Vega. Apalagi Orihime." Sakura menunduk dan tersenyum. Wajahnya tak bisa diartikan dalam bentuk ekspresi.

"Omong kosong!" Sakura mendingak mendengar hentakkan Sasuke. "Siapa pun punya kesempatan yang sama untuk jadi Vega. Dan aku harap, kau jadi Vega untukku, yang memilih menjadi Altair."

Wajah Sasuke menunjukkan kesungguhan. Sementara Sakura masih dengan ekspresi terkejutnya. Kemudian, tiba-tiba Sakura tertawa dengan kencang.

"Hei, apa yang lucu?" Protes Sasuke.

"Tidak ada. Hanya saja, setelah mendengar ucapanmu, aku jadi yakin." Sakura menerawang jauh ke angkasa. Mencari ginga yang harus siap muncul di bulan berikutnya.

"Yakin? Tentang apa?"

"Tentang semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk jadi Vega." Angin mealam berembus pelan. Rambut Sakura berkibar dengan lembut.

"Ya, tentu saja." Keduanya menatap langit bersama. Hening kembali terasa, sampai Sakura angkat bicara.

"Sasuke-kun." Sakura memanggil dengan suara rendah.

"Hm?" Sasuke menoleh bertanya.

"Kau..." Belum selesai Sakura berkata, ponsel Sasuke berbunyi.

~~

22.58

"Aku pulang." Kata Sakura memasuki rumahnya. Dia terlihat sangat kelelahan. Ayah dan ibunya masih sibuk di depan TV.

"Oh, Sakura. Aku pikir kau akan pulang lebih larut." Sambut ayahnya dari kursi di depan TV.

"Hhaah, tidak. Pulang larut tidak akan membuatku semakin sehat." Sakura langsung masuk ke kamarnya yang ada di lantai dua. Ayah dan ibu Sakura seolah kehabisan kata-kata untuk membalas.

Di kamar, Sakura tak langsung melepas yukatanya. Dia segera merebahkan tubuhnya pada posisi tengkurap di ranjang. Dengan bantal empuk yang ia peluk untuk menyangga kepalanya. Sakura menyembunyikan sebagian wajahnya dari balik bantal itu. Tatapan matanya lesu. Tak lama kemudian, Sakura tertidur dengan pulas.

~~

Tokyo, 11 Juni

07.56

"Sakura! Sakura! Bangunlah! Ini sudah siang." Sakura membuka matanya sedikit. Suara samar ibunya sudah cukup membuatnya memberanikan diri mengumpulkan kesadaran.

"Sakura!" Suara ibunya sudah seolah di depan pintu kamarnya.

"Iya, Bu. Aku sudah bangun." Jawab Sakuta lemas.

"Cepatlah mandi dan sarapan. Nanti makanannya dingin."

"Iya, Bu." Tangan Sakura meraba permukaan kasur di depannya. Dia mengambil ponselnya dan melihat layarnya.

Niatnya hanya ingin melihat jam, pukul berapa pagi itu. Tapi, di bagian bawah layar ponselnya tertera ada satu pesan yang belum terbaca. Sakura memasukkan password kunci ponselnya dan membuka pesan tersebut.

Sasuke-kun?

Tanpa pikir panjang, Sakura segera membuka pesan dari Sasuke.

Sakura, maaf soal semalam. Aku sungguh menyesal.
Bagaimana kalau kita bertemu lagi siang ini?
Aku akan menunggumu di tempat biasa.

Begitu isi pesannya. Bibir Sakura terbuka sedikit. Kemudian, Sakura mengembangkan senyum manisnya setelah membaca pesan singkat dari Sasuke.

~~~

To be continue.... ^_^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top