- lima
"Anak-anak, ada yang tahu mengapa [surname]-san tidak hadir hari ini?" Guru bertanya di depan kelas, tepat sebelum pelajaran dimulai.
Seisi kelas serempak menggeleng, membuat sang guru menghela napas. "Baiklah, kalau begitu mari kita mulai pelajarannya. Hari ini kita akan mengulang kembali pelajaran yang telah lalu, agar kalian lebih mudah mengingatnya nanti."
"Ha'i, Sensei!"
Jiro tak bisa fokus sama sekali. Pikirannya melayang ke [name]. Mengapa gadis itu tidak datang? Apa terjadi sesuatu kepadanya?
Middle Yamada itu menghela napas, sebelum menginterupsi pelajaran. Jiro izin pergi ke kamar mandi, sebagai alasan.
Kaki jenjangnya melangkah melewati lorong, sedang manik heterokomnya menatap taman sekolah yang tampak indah dengan bunga yang menjadi penghias. Belum lagi sakura yang memperindahnya.
Sekilas, ia melihat seorang gadis tengah menyiram bunga di taman. Gadis itu tampak seperti ... [name]!
Jiro ambil langkah seribu. Dengan cepat ia berlari ke taman, tidak peduli larangan berlari di lorong, tidak peduli dengan jam pelajaran yang akan habis.
Lelaki itu sampai di taman. Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri, mencari keberadaan [name]. Sampai ia menemukan gadis yang dicari tengah duduk di kursi taman, dengan senyuman menghiasi wajahnya.
"[n-[name]! Kau kenapa? Sakit?" Jiro melangkah mendekat. Khawatir pastinya.
[name] terkekeh geli, walau hatinya menghangat karen tahu Jiro khawatir padanya. "Ara ara, kau mengkhawatirkanku, Jiro? Tumben," canda [name].
Jiro mencibir, lantas duduk di sebelah gadis itu. Matanya menangkap pakaian yang dikenakan sang gadis. Dahinya mengerut. "[name], kenapa kau tidak memakai seragam?"
[name] mengibas-ngibaskan tangannya di depan dada. "Itu tidak apa-apa, jangan kau pedulikan," ujarnya disambung kekehan kecil.
"Oh ya, Jiro. Ini ambillah. Baca saat aku sudah pergi, ya?" seru gadis itu sambil menyerahkan sebuah surat dengan bungkus putih berhiaskan sakura di sudut. [name] langsung berdiri dan menatap Jiro dengan senyum manis.
"Jiro, sampai jumpa di acara kelulusan, ya? Kalau begitu, aku pergi dulu!" finalnya. Lantas gadis bersurai [hair color] itu langsung pergi.
Jiro menatap surat yang berada di tangannya. Mulai meyakinkan diri bahwasanya pengirim surat selama ini adalah [name]. Tidak salah lagi. Tapi, apa tujuan gadis itu? Dia ... suka pada Jiro? Atau apa?
Jiro mendongak, menatap langit luas. Lalu kembali berfokus pada surat di tangannya. Netranya bergulir mengikuti kata demi kata yang tergores dengan indahnya di atas kertas itu.
[ Hei, Jiro. Jadi, pasti kau sudah tahu siapa pengirim surat selama ini, kan? Iya, aku, hehe. Maaf membuatmu bingung. Hanya saja aku ingin ini berkesan untukmu. Hitung-hitung sebagai ucapan perpisahan.
Ah ya, kau pasti bertanya-tanya apa maksudku, kan? Bukankah sudah jelas? Aku menyukaimu.
Mata sayu Jiro melebar. Jadi, selama ini dugaannya benar. Tidak salah sama sekali. Tapi mengapa [name] pernah mengatakan ia tidak menyukai siapapun?
Coba kau perhatikan huruf pertama pada paragraf pertama dari surat yang kuberikan.
Jiro merogoh sakunya, mengeluarkan empat surat dan mengikuti intruksi [name].
'S ... U ... K ... I.'
Jiro lanjut membaca surat itu.
Nah, kau sudah yakin? Huft! Kau ini, begitu saja tidak sadar :(
Oh ya, Jiro. Aku pasti ada mengatakan, 'Sampai jumpa di acara kelulusan' atau semacamnya. Tapi sepertinya, aku tidak bisa. Maaf, ya?
Kau tahu, aku sebenarnya sakit. Dan aku akan melaksanakan operasi besok. Jadi aku tidak tahu, apakah kita masih bisa bertemu atau tidak.
Tapi, kau jangan khawatir! Aku ini kuat, kok! ]
Jiro tersentak saat membaca kalimat terakhir. Aku kuat. Ini yang selalu gadis itu katakan. Tidak peduli keadaan apa yang menimpanya.
Jiro rasa, ia harus menemui gadis itu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top