- empat

Jam kosong.

Hal itu menjelaskan mengapa kelas Jiro heboh taK karuan. Lari sana lari sini. Gosip sana gosip sini. Haduh, padahal waktu mereka sebelum ujian kelulusan hanya beberapa minggu lagi.

Tapi dengan santainya Jiro dan [name] bermain gim bersama di sudut kelas, heboh sendiri layaknya di dunia ini hanya ada mereka.

"Aduh, Jiro! Jangan ke sana! Nanti kau ditembak!"

"He, kenapa? Di sana ada rumah kosong!"

"Kau bodoh! Itu jebakan!"

Duarrr!

'GAME OVER'

"..." Jiro bergeming, tatapannya kosong. Sedangkan [name] sudah mengepalkan tangannya, siap meninju Jiro. "Kau ini ... BODOH SEKALI!"

Tinju naga [name]-begitu mereka menyebutnya-hampir mengenai Jiro, namun sayangnya berhenti di udara saat sebuah pertanyaan terlontar dari bibir Jiro.

"Apa kau tahu siapa saja yang sering bermain game denganku?" Jiro menurunkan tinju [name]. "Di surat terakhir dia mengatakan kalau dia adalah orang yang sering bermain game denganku."

Ctarrr!

Seolah-olah petir menyambar [name] saat ia mendengar pertanyaan itu. Gadis itu langsung berdiri dan meninggalkan kelas. Membiarkan Jiro menatapnya kebingungan.

Sayang, tidak ada yang bisa menjelaskan alasannya karena teman sekelasnya sudah berhamburan entah ke mana. Termasuk para sobat sintingnya.

Jiro menghela napas, sampai manik dwiwarnanya menangkap sebuah kertas biru menyembul dari jaketnya yang terletak di atas meja. Disambarnya dan langsung dibaca. Apakah ini surat berikutnya?

[ Halaman belakang sekolah, sekarang.

Cari pohon sakura dengan goresan huruf i. ]

"Ugh, tanpa nama lagi," keluh Jiro, walau anehnya ia tetap melangkah menuju halaman belakang sekolah.

Celingak-celinguk seperti orang bodoh selama beberapa menit, akhirnya Jiro menemukan pohon yang dimaksud. Tidak ada siapapun di sini. Hanya ada surat yang tertempel di bawah goresan itu.

Tanpa pikir panjang Jiro langsung membacanya.

[ Ingat saat itu? Saat kau bercerita padaku betapa sialnya dirimu hari itu.

Telat bangun, dimarahin Nii-chan, ditinggal Saburo, ketinggalan bus, dan tidak dibolehkan masuk ke dalam sekolah sampai jam pertama selesai.

Ah, mengingat ekspresimu saat itu, aku merasa geli. Tampang bodohmu itu tampak sangat cocok padamu.

Tapi aku menyukai sisi itu pada dirimu. ]

"Apa-apaan ini?!" Jiro menutup mulutnya dengan punggung tangan. Mata sayunya menatap tak percaya surat itu. Ia tidak ingat pernah bercerita tentang hal itu kepada siapapun. Tapi, mengapa Jiro merasa seolah orang ini dekat dengannya.

'[name], kah?' batin Jiro berpikir. 'Tapi tidak mungkin. Dia bilang dia tak pernah suka pada siapapun!' sambungnya membatin sambil menggelengkan kepala seperti orang gila.

Tanpa sadar ada sosok yang mengamati di balik tembok. Senyum manisnya mengembang, terkekeh kecil melihat kelakuan Jiro. Ah, manisnya.

Berapa lama ia bisa menikmati momen ini? Gadis itu tersenyum sendu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top