五。

Todoroki tidak menduga kalau itulah kali terkahir ia dapat melihat senyum manismu, kata-kata yang begitu menenangkan dan menghibur dari sosok yang dia anggap seperti anak kecil. 

Dan,

dia tidak pernah menduga akan merasa sangat kehilangan seperti ini. 

Hari ini tepat minggu ketiga sejak kematian gadis yang ia sayangi dan cintai, meski mungkin perasaan itu tidak sempat ia ungkapkan. Dan, sejujurnya rasa penyesalan itu mengahantui tidur nyenyaknya setiap malam, setiap saat. 

Ketukan di pintu membuat ia mengerang malas, "setidaknya kau keluarlah untuk makan, jangan hanya mengunci diri di dalam."

"Dia juga pasti tidak menginginkan hal ini." Lanjutnya.

Todoroki berdecak, jika dibiarkan mungkin gadis itu akan terus mengoceh sampai sore. Tiga minggu ini dapat ia lalui dengan baik tanpa kehadiran kakaknya, padahal jika gadis itu tidak pulang ke rumah bukan suatu masalah baginya.

"Aku akan mematahkan pintu ini jika kau tidak keluar dalam waktu satu jam." 

"Ya!" Serunya malas, dia menyibak selimutnya dan meraih jaket yang ia tinggalkan di atas meja, matanya tidak sengaja menangkap sebuah surat kuning yang tergeletak di dekat buku-buku fiksi.

Dia mengepalkan tangannya, meraihnya dengan cepat lalu memasukkannya ke dalam kantung.

"Aku akan pergi sebentar," pamitnya, mengabaikan teriakan kakaknya untuk sarapan terlebih dahulu.

Dia berlari sekuat tenaga, membuat beberapa orang yang berlalu-lalang di jalan menatapnya heran, penasaran sekaligus merasa aneh. Tapi kini bukan lagi waktu yang tempat untuk memikirkan itu semua. Dalam pikirannya hanya terlintas satu hal, kau.


[  ] 


Todoroki menatap sebuah batu nisan di hadapannya, ia kira ia tidak akan bisa mengeluarkan air mata lagi setelah mengeluarkannya selama beberapa waktu secara penuh. 

Cairan bening itu merambat menuruni lekukan wajahnya. 

Dia bersimpuh di hadapanmu, "Ne, [your name] bukankah kau pernah berjanji untuk selalu berada di sisiku? Menertawakanku yang termakan usia tanpa pernah berkencan dengan siapapun."

Todoroki terkekeh disela tangisnya, "ah, kau ingat pernah bertanya padaku 'kau tidak ingin pergi berkencan?'" Pemuda itu tersenyum pilu, "aku tidak sempat menjawabnya saat itu 'kan?" Dia kembali terkekeh, "untuk apa? Bukankah orang yang kucintai sudah sepanjang hari menemaniku "

Angin berhembus perlahan, menerbangkan beberapa helai rambutnya. Dia memejamkan mata, mengangkat kepalanya untuk menatap awan-awan dilangit.

Dia merogoh sakunya, mengeluarkan dua surat. Surat pertama yang kau berikan saat di rumah sakit, dan kedua, yang diberikan anak itu. 

Dengan helaan nafas panjang, ia merobeknya perlahan. 


❝Kehidupan ini 
sama seperti jarum jam yang berputar,
akan ada saatnya berhenti.

Akan ada saatnya mereka bertemu kembali.

Perpisahaan bukan berarti selamat tinggal,
karena pertemuan kita didasarkan atas perpisahan pada sesuatu.

Bahagialah akan kehadiran 
suatu perpisahan 
karena tanpanya, tidak kan ada untaian 
kata tertulis ini padamu.

Menjadikan kita sosok asing, 
pada satu sama lain.

Sama seperti musim semi,
kan ada hari dimana dia padam, 
tergantikan.

Tapi, sama seperti bumi berputar pada porosnya,
kan ada waktu baginya untuk kembali mekar.❞


Ehe, itu kata-kata yang terdengar cukup konyol untuk dituliskan bukan? Jangan tertawakan aku karena membuat itu. Butuh waktu yang cukup lama untuk membuatnya tahu!

Saat ini aku sedang membayangkan, kira-kira sampai kapan kau akan membuka surat ini? Dan akan membukanya yang keberapa? 

Kau tahu, anak kecil itu sangatlah baik. Dia bersedia mengantarkan pesanku padamu loh! Kau harus berterima kasih padanya! Kurasa orang tuanya memang berniat menjadikannya pengantar surat ya? Hehe. 

Sudahlah, kalau kau membuka ini yang pertama kau melakukannya dengan keliru. Artinya suratku yang satu tidak perlu kau buka. 

Ne, Shoto, kau ingat kisah yang pernah kuceritakan tentang sakura dan seorang gadis? Jadilah seperti gadis itu, kau harus tetap hidup. Biarlah seseorang yang sudah tiada menjalani kehidupannya sendiri. 

Kalau kau takut aku akan memudar, jawabannya tentu saja TIDAK! Karena aku akan selalu tinggal sebagai kenangan dan tetap dihatimu, jadikanlah ini sebagai memori yang terindah dalam hidupmu.

Kurasaaku terlalu banyak bicara, jadi mari kita sudahi disini dan, selamat tinggal Shoto.

-Aishiteru, your cherry blossom.


Well, jadi gimana ? Ehe agak ancur emang T-T, maapkan saia. Kritik dan saran silahkan tinggalkan disini ~~~

Ano, Raine mau minta maaf kalo Shoto nya jadi OOC gini /plak. JAN DIGEBUKKIN OKE ?! Kira-kira ada yang bingung ama ceritanya ? Btw, ini masih termasuk sakura message kan ya  ('⊙ω⊙')

Jujur cerita ini udah dirombak ratusan kali :v akibat kelabilan saia. Awalnya anak kecil itu pengen dibuat jadi dewa yang nganter pesan,-ehh. SUDAHLAH. 

OKEE, SEKIAN, TERIMA KASIH BAGI YANG SUDAH MAU BACA!!!! DAN UNTUK PROJECT INI EHE.

OH, JAN LUPA BACA KARYA YANG LAIN JUGA YAA!!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top