二。

"Kau sudah siap?" Tanya [your name] pada Todoroki yang sedang menyiapkan diri di dalam kamar sejak sepuluh menit lalu.

Terdengar suara 'hmm' dari dalam sebelum pintu bergeser, menampakkan pemuda itu dalam balutan kemeja kotak-kotak serta celana ripped jeans panjang. Sederhana namun tetap menambah ketampanan pemuda itu berkali-kali lipat.

Dia mengangkat alis melihat kau memandangi dirinya tanpa berkedip, membuat ia jadi salah tingkah sendiri.

"Ayo, nanti kita terlambat."


'桜 メッセ時


"Apa yang ingin kau naiki?"

Todoroki menatap sekitarnya, kemudian menjawab pelan, "apa saja, aku akan selalu mengikutimu."

"Hee? Hati-hati loh kalau berbicara."

Todoroki mengerutkan kening, "apa itu masalah? Aku benar-benar akan menemanimu kemanapun."

Kau tertawa kecil, melambai-lambaikan tangan, "Tidak. Bukan seperti itu." Dengan sigap kau langsung menunjuk sebuah wahana, mengalihkan pembicaraan, "kau sudah berjanji 'kan?"

Todoroki hanya mengangguk dengan malas, rumah hantu jelas bukan levelnya sama sekali.

Setelah menghabiskan waktu selama setengah jam di dalam, kau kini keluar dengan senyum lebar, sekalipun tadi berteriak seperti orang kesurupan, bahkan mengucapkan satu kata patah kata pun tidak sanggup.

Todoroki hanya terdiam, berusaha untuk tidak tersipu malu melihat lirikan jahilmu. "Siapa katanya yang tadi tidak takut."

"Aku tidak bilang tidak takut," gerutunya, "lagipula bukannya menyeramkan, hantu-hantu di dalam sana hanya mengagetkanku."

Kau mengangakat bahu acuh, "ya,ya, terserah, kau hanya meremas tanganku karena kau terlalu terpukau."

Todoroki langsung menarikmu dalam pelukannya, membuat kau dapat mendengar suara detak jantungnya yang menggila di dalam sana. "Kau bawel sekali."

Pipimu memanas seketika, "aish, kita berada di luar tahu." Kesalmu setelah pelukan Todoroki terlepas.

Todoroki berjalan mendahului, tidak peduli padamu yang masih merona. Sampai kau sadar kalau dia sudah sepenuhnya menghilang, "Hei! Tunggu aku bodoh."

Dengan napas terengah kalian berdua duduk di taman, "sebaiknya kita tidak membuang tenaga dengan berlari-larian secara sia-sia."

Kau mengangguk, menyetujui perkataan Todoroki yang duduk di samping. "Tunggu sebentar."

Tanpa menunggu jawaban, dia telah pergi menghilang entah ke mana. Meninggalkanmu seorang diri di sana.

Berselang setengah jam, Todoroki akhirnya muncul dari balik kerumunan. Sebelum kau sempat melayangkan protes, dia langsung menyodorokan semangkuk ice cream [fav flavor]

Matamu berbinar senang, "arigatou!"

Todoroki mengangguk, "asal kau senang." Dia mengusap rambutmu perlahan. 

"Kau mau?"

Dia menggeleng, "aku tidak terlalu menyukainya." Setelah itu, Todoroki hanya memandangimu yang sibuk melahap kudapan yang diberikannya, seulas senyum muncul di wajahnya. Menyukai bagaimana kau selalu tampak bahagia berada di sisinya. Todoroki kemudian merogoh saku celananya, diam-diam mengabadikan momen itu dengan ponsel, menjadikan detik ini sebagai  sebuah kenangan.

Langit perlahan mulai menggelap, membuat beberapa bintang tampak di langit dengan jelas. Pastinya bintang yang sangat terang sehingga mampu mengalahkan sinar cahaya tempat itu.

Todoroki menoleh pada dirimu yang bersandar di pundaknya, "kau ingin ke mana lagi?"

"Mm...." Matamu menari-nari, menatap sekeliling sambil berpikir lalu berseru girang begitu lampu bianglala tampak dari balik pohon "Itu, kurasa akan menyenangkan."

Todoroki mengangguk, "ayo." Dia menarik tanganmu, "Kau dingin," ujarnya tanpa membiarkanmu bersuara, Todoroki menanggalkan kemejanya dan memakaikan itu di tubuhmu.

"Kau sudah cukup lelah. Ini yang terakhir."

Setelah mengantre cukup lama, akhirnya kau mampu duduk di dalam wahana. Begitu sampai di atas, kedua matamu berbinar bahagia. Melihat sebagian kota yang bercahaya. Semuanya tampak sangat indah dari atas sini. Todoroki tidak dapat fokus pada pemandangan, karena satu-satunya yang menangkap atensinya hanya gadis yang duduk di seberang. 

"Shoto, apa harapanmu?" Mendengar nama kecilnya disebutkan segala lamunannya buyar, tergantikan dengan pertanyaan yang cukup menganggunya.

Tapi dengan segera dia tepis perasaan itu, "menjadi langit."

Kau terkekeh, "aku berharap bisa menjadi bunga sakura."

Bagi Todoroki Shoto, gadis itu sama indahnya dengan helaian kelopak sakura yang gugur lalu berakhir menghiasi jalanan, tapi lebih dari apa pun dia jauh lebih berharga.

"Aishiteru." Bisiknya bersamaan dengan ledakan kembang api.


TO ᗷE ᑕOᑎTIᑎᑌEᗪ

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top