三。

"Wah," ucapmu sambil memandangi semua sakura yang berguguran di tempat itu dengan senang. "Indah ya."

Sementara Todoroki yang mengawasi di belakangmu dan duduk di atas serambi tersenyum kecil. 

Kau menangkup kumpulan helai sakura yang gugur di satu tempat, merasakan sensasi yang aneh tapi menyenangkan. "Hei, kau tidak mau ikut bersenang-senang?"

Todoroki mendengus, tetapi tetap bangkit berdiri dan berjalan menghampiri. "Padahal kau bukan anak kecil." Dia menggeleng prihatin.

Kau terkekeh, "Bersenang-senang tidak memandang usia, bodoh! Kau boleh bermain game atau pun menonton film kartun, tidak peduli berapa pun usiamu."

Todoroki merotasikan matanya, malas berdebat akan sesuatu yang tidak penting. Sifatmu sangat tidak terduga, terkadang ia yang sudah bersamamu selama satu tahun lebih bahkan masih tidak mampu menebak jalan pikirmu.

Terlalu luas,
terlalu bebas,
dan terlalu liar. 

"Kau ingin makan di restoran di sana?" Dia menunjuk kedai tradisional Jepang dengan dagunya. Kedai tersebut adalah satu-satunya tempat yang tampak hidup di tempat itu.

Keduanya lantas di sambut oleh seorang nenek tua dengan gadis muda. "Silahkan," ucapnya ramah, menggiring mereka pada satu meja di dekat jendela.

Selesai memesan, mereka dipersilakan untuk menunggu selama lima belas menit sampai makanan dapat disantap.

Kalian larut dalam keheningan, kau memperhatikan dekorasi tempat itu sementara Todoroki dengan pikirannya sampai nenek tua tadi menghampiri. "Apa alasan kalian mendatangi tempat ini?" Tanyanya penasaran.

Todoroki menjawab dengan pelan, seperti kebiasaannya. "Melihat sakura."

Nenek itu mengangguk, "tentu saja. Kalian sangat diberkati hingga mampu menemukan tempat ini," senyumnya mengembang, membuat keduanya ikut tersenyum.

"Permisi, makanan kalian telah datang."

Gadis dengan tanda pengenal Ayano itu meletakkan kedua mangkuk dengan hati-hati ke atas meja. "Silakan dinikmati."

Kau langsung menyatukan kedua telapak tangan di depan dada dan menutup mata, berdoa sebentar sebelum berkata, itadakimasu yang diikuti oleh Todoroki.

"Oishii," ucapmu, "sudah lama aku tidak makan yang seenak ini."

Todoroki di sebrangnya ikut mengangguk, ini benar-benar citra rasa yang luar biasa.

"Rasanya aku bisa memakan sepuluh mangkuk seperti ini," candamu. Sementara Todoroki  hanya tersenyum kecil, tidak terlalu banyak berbicara seperti biasa.

Setelah menyelesaikan acara makan, kalian memutuskan untuk berjalan-jalan di bawah sakura, menikmati pemandangan yang tersuguhkan di sepanjang jalan serta semilir angin yang menerbangkan helai-helai rambut.

Kau sontak tertawa begitu melihat kelopak-kelopak sakura menempel pada rambut dwi warna Todoroki. Membuatmu melompat sedang, mencoba mengangkatnya, "oi,oi," Todoroki memegang lenganmu yang sibuk bermain di atas kepalanya.

Kau segera berhenti dan memberikan jarak beberapa senti, "ada masalah?"

Todoroki menggaruk tengkuknya, tersipu, "kau cukup memberitahuku di mana letaknya."

Kekehan lolos dari mulutmu, "kau lucu sekali sih." 

Todoroki mendengus, dia menarik lenganmu dan berjalan cepat mendekati sungai. Membuatmu nyaris terjatuh. 

"Hei, aku ini lebih pendek darimu!" Protes yang kau ucapkan hanya dianggap angin lalu baginya, membuatmu mengerucutkan bibir kesal. 

"Ne, Shoto." Panggilanmu hanya digumami oleh pemuda itu, kau terbatuk beberapa kali dengan cukup kencang. Membuat dia akhirnya menoleh dengan kesal, "sebaiknya janga-"

Ucapannya terhenti begitu melihat kau yang terkulai lemas dengan darah segar.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top