0 3
Musim semi.
Kamu selalu suka dengan musim itu.
Siapa yang tidak suka? Musim semi adalah musim dimana semua bunga akan bermekaran. Ah, betapa cantiknya jalanan dengan bunga sakura bermekaran.
Itulah penyebab kamu jadi sering tersenyum akhir-akhir ini.
Sekarang sedang musim semi dan bunga sakura sudah mulai bermekaran.
Hal itu membuat kamu membayangkan betapa menyenangkannya bisa berpegangan tangan dengan Karamatsu sambil melihat—
Tidak, tidak.
Kamu menepuk pelan kedua pipimu yang memerah sambil menggelengkan kepala, berusaha menghilangkan pikiran itu dari kepalamu.
Astaga, (Name)! Jangan berpikir yang tidak-tidak!
Ya, kamu jelas suka padanya. Apa Karamatsu suka padamu? Rasanya tidak mungkin, apalagi mengingat ia baru bertemu denganmu dua hari yang lalu.
Mencoba menyingkirkan semua pemikiran itu, kamu berusaha fokus kembali berjalan menuju jembatan. Kali ini, Karamatsu yang sudah sampai di sana terlebih dahulu.
"Matsuno-san!" panggilmu berusaha bersikap senormal mungkin.
Namun, setelah kamu cukup dekat dengannya, senyummu pudar.
Dengan pipi kanan yang diperban, Karamatsu masih bisa menawarkan senyum terbaiknya. Meskipun kacamata hitamnya menutupi sebagian besar matanya, kamu masih dapat melihat memar di baliknya.
Karamatsu pasti melihat perubahan ekspresimu itu karena ia berkata, "Jangan khawatir, manis. Hanya luka kecil."
Sempat-sempatnya dia memanggilmu manis.
"Kamu kenapa, Matsuno-san?!" tanyamu panik. "Masih sakit kah?"
Kamu mengharapkan jawaban yang penuh dengan kata-kata yang sulit dimengerti dan tambahan gula di dalamnya. Namun, Karamatsu hanya membalas normal.
"Tidak apa-apa kok. Sudah diobati."
Kamu dapat melihat ada rasa lelah dan sedih yang bercampur di wajahnya itu. Meskipun begitu, kamu tidak bertanya lebih lanjut. Kamu merasa Karamatsu akan menceritakannya kepadamu kalau ia mau.
Kamu jadi bertanya-tanya apa yang terjadi kemarin atau hari ini sampai-sampai Karamatsu menjadi seperti itu. Kamu merasa marah dan sedih. Meskipun begitu, kamu tetap berusaha menampilkan senyum.
Kamu menyodorkan sebuah surat kepada Karamatsu. "Ini balasanku. Terima kasih sudah mau membalas."
Karamatsu hanya menerima surat itu dalam diam, masih dengan senyuman di wajahnya.
"Maafkan aku yang seenaknya meninggalkanmu kemarin," lanjut dirimu seraya menggaruk pipi dengan jari telunjukmu. "Aku terlalu gugup kemarin."
"Tidak usah dipikirkan," balas Karamatsu. "Tapi kalau boleh bertanya, kenapa kamu memilih surat? Kan sudah ada aplikasi sosmed?"
Senyumanmu bertambah lebar mendengar pertanyaannya.
"Menunggu balasan surat itu selalu menyenangkan."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top