1
"Mama! Mama! Tori pergi main kesana yah ma!" Tori kecil menarik-narik ujung rok ibunya, berharap mendapatkan perhatian dari sang ibu yang asik bergurau dengan teman-temannya.
"Iya, sana pergilah bermain." Jawab sang ibu sekenanya yang dibalas senyuman lebar dan pekikan kegirangan Tori.
Dengan senyum yang tak juga luntur dari wajahnya, Tori berlari ke belakang rumahnya. Tepat dimana bunga-bunga sakura bermekaran.
"Whoaa."
Matanya berbinar kagum, terpesona dengan kelopak-kelopak Sakura yang gugur tertiup angin.
Hingga akhirnya iris hijaunya menangkap sebuah pohon Sakura yang nampak berbeda dari yang lain.
Pohon Sakura dengan sebuah goresan panjang yang tampak baru di batangnya.
Penasaran, Toripun menghampirinya dan menemukan sesuatu yang lain.
"Surat?"
Sebuah surat yang terselip diantara bunga Sakura.
Tori ingin mengambil surat itu, namun sayangnya ia tak tau cara memanjat pohon. Ingin meminta bantuan Yuzuru pun rasanya tidak mungkin, mengingat bocah bersurai biru tua itu sendiri entah hilang kemana sejak tadi pagi.
Namun Tori tak menyerah, ia mengambil batu-batu kecil dan melemparnya ke surat tersebut, berharap surat itu akan jatuh.
Satu batu,
Dua,
Tiga,
Enam,
Dan Sepuluh.
Tak ada satupun yang mengenai surat itu.
Yang ada batu-batu itu hanya mengenai bunga-bunga Sakura dan membuatnya jatuh lebih cepat sebelum sempat tertiup angin.
"Kenapa tidak kena semua sih!?!" Gerutu Tori geram sambil menghentak-hentakkan kakinya.
Saking kesalnya, tanpa sadar ia hampir menangis.
Dengan sekuat tenaga, Tori melemparkan batu terakhirnya. Tidak tepat mengenai suratnya memang, tapi lemparannya cukup kuat untuk membuat dahan kecil yang menahan surat itu bergerak dan menjatuhkan surat itu.
Walau pada akhirnya batu itu entah bagaimana bisa memantul dan memecahkan jendela kaca belakang rumah Tori.
Tapi Tori tidak peduli. Toh bisa di beli lagi.
Holkay mah bebas.
Mengusap air matanya kasar, Tori mengambil surat yang jatuh tak jauh dari tempatnya berdiri itu dan mulai mengeja hurufnya satu persatu.
"Halo?"
°
"Masa tahun ini juga tidak ada!?"
Aku mendengus kesal dan duduk di tanah sambil melipat tanganku di dada.
"Sudahlah Tuan muda, mungkin orang yang selalu mengirim surat padamu itu sedang sibuk." Tegur Yuzuru yang berdiri tepat di sebelahku.
Ku tatap Yuzuru jengkel dan kembali merengek.
"Tidak boleh! Surat itu cuma datang setiap musim semi tiba dan akan berhenti kalau bunga Sakura sudah mekar! Dan tahun kemarin surat itu tidak ada!" Jelasku.
"Pokoknya tahun ini aku harus mendapatkannya!"
Yuzuru hanya tersenyum dan kembali berucap,
"Mungkin dia sudah bosan denganmu tuan muda."
JEDUAR/?
Sebuah sound-effect petir yang entah datang darimana pun menggelegar.
"T-tidak mungkin---" Aku hendak menyangkal, tapi apa yang dikatakan Yuzuru cukup masuk akal.
"Ugh..."
Menghela nafas pelan aku mulai putus asa.
Setelah 6 tahun saling berbalas pesan, ia ingin mengakhiri ini begitu saja?
Kejam.
"Baiklah, kalau begitu bagaimana kalau kita kembali ke rumah saja dulu? Lalu kembali mengecek apakah surat itu ada atau tidak besok." Tawar Yuzuru.
Aku yang tidak bisa menolak hanya bisa mengangguk dan ikut bersama Yuzuru pulang kerumah, pergi meninggalkan pohon Sakura dengan goresan panjang itu.
'Besok yah?....'
°
Di balik salah satu pohon sakura, seorang gadis tersenyum kecil menatap kepergian Tori dan Yuzuru sembari besenandung kecil.
Kok serem?
Tbc
Ha el ulu, Halo/ngeja/y
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top