"Papa sudah makan apa hari ini?"

Terima kasih dan selamat membaca 💕

•°•°•

"OKAY, last but not least, nih, Pit. Apa sih yang paling kamu tunggu-tunggu, yang bikin kamu geregatan nggak sabaran, yang bikin kamu excited banget bisa jadi traveler ATW season Jepang ini? Ada specific goal, nggak? Misalnya mau ke lokasi tertentu, atau mau ngelakuin tradisi-budaya setempat, atau mau ngeborong sesuatu, makan sesuatu, atau apapun itu."

"Specific goal, ya? Mmh ... ada. Satu."

"Gimana, gimana?"

"Ada satu momen yang saya tunggu banget. Saya kasih nama Sakura Kiss."

"Sakura ... Kiss? Bunga sakura lambang Jepang itu? Menarik, nih. Terus ada kiss ini maksudnya gimana? Bisa diceritain atau spill dikit, mungkin?"

"Spill dikit, deh. Saya belum pernah share tentang ini sama siapapun, termasuk kru, tapi ternyata Sakura Kiss yang saya maksud memang ada di jadwal tayang salah satu episode ATW season ini. Jadi, buat Travel Buddies yang penasaran sama Sakura Kiss, ikuti terus perjalanan saya, ya! Saya tunggu! Ja, mata ne, Minna-san*!"

* See you soon, everyone

•°•°•

JAPAN ATW

Pak Hamdan Prod
Gimana, trailer? Ada yg keberatan?

Kak Milly
oke pak. mantulita 👍🏻

+62812xxxxxxx     ~hansdejager
nice, Pak

Kak Pin
subarashii

Kak Milly
apaan pin? hardsub pls

Kak Pin
"well done"

+62812xxxxxxx     ~hansdejager
les buru, bikin malu

Kak Milly
sial :) pit @Pita Janari sakura kiss apaan?

Kak Pin
jangan, pit. ember bocor

+62812xxxxxxx     ~hansdejager
I think I know

Kak Milly
I think I know (2)

Kak Pin
sotoy lo pada

Kak Milly
lo tau sesuatu @Kak Pin?
sakura kiss pasti something romantic
between Pipi couple

+62812xxxxxxx     ~hansdejager
sotoy lo

Kak Milly
emang lo kagak? sotoy teriak sotoy

+62812xxxxxxx     ~hansdejager
I don't think sakura kiss has anything
to do with couples since the way
she mentioned it sounds personal to me

RESPONS Hans bikin aku nyengir. Sounds personal buat dia? Memangnya dia pernah personally knows me? Dia bahkan nggak ingat aku sama sekali. Heleh, mbel.

Eh, tapi bagus, dong. Hans dan semua orang di masa laluku nggak boleh mengingat Pita yang dulu. Pita yang itu sudah mati. Sekarang hanya ada Pita Janari, penyanyi baru yang lagi naik daun dan meniti karier bersih, oke? Good.

Oh, aku belum membalas pertanyaan Pak Hamdan. Otomatis harus menjawab Kak Milly juga. Buat Hans ... bodo amat lah.

saya oke, Pak, arigato gozaimasu!
hehe saya malu, Kak @Kak Milly, ntaran aja

Kak Milly
Pit, kita nanti seranjang 2 bulan loh
malu segalaa

serius saya malu, Kak,
sakura kiss tuh receh :')

Kak Milly
astaga sial lo makin curious gue 😂

Kak, mau sharing soal bawaan, nih
saya japri boleh?

Kak Milly
oke, japri aja.
eh, Pit, jangan formal saya-saya napa
kalo sama gue? lo juga nggak harus
manggil gue kak, absolutely fine for me,
gue prefer yang nyantai aja sis ❤️

Senyumku mengembang membaca balasan Kak Milly.

Mendiang Mama punya kebiasaan bicara formal ke semua orang sejak pertemuan pertama. Meski terdengar kaku, Mama selalu mempertahankan kesopanan bertegur-sapa itu, kecuali lawan bicaranya yang meminta informal. Misalnya seperti Kak Milly barusan. Kurasa akupun meniru Mama tanpa sadar. Image Pita Janari di mata publik terbentuk sebagai cewek formal di dalam maupun luar kamera.

Kubalas pesan Kak Milly via japri dengan sapaan lo-gue yang langsung mendapat respons sticker kucing ngakak. Terlepas dari insting dramanya yang kuat, Kak Milly orangnya ramai dan supel. Nih, ya, sejauh ini baru dua orang senior dunia hiburan yang meminta panggilan informal dariku: Kak Pin dan Kak Josef—host TSS. Lalu Kak Milly adalah orang ketiga. Aku senang sekaligus lega karena mendapat travel partners orang-orang yang bisa membuatku nyaman. Kecuali Hans, sih. Ya Allah, hamba mohon jauhkan dia dari hamba dalam radius minimal 10 meter untuk dua bulan ke depan dan seterusnya. Aamiin.

Kak Milly dan aku sharing banyak hal mengenai barang bawaan. Kami sepakat untuk membawa sedikit pakaian saja karena berencana belanja di sana. Kami bahkan menandai shopping mall terdekat dari lokasi ryokan* yang akan kami tempati di setiap kota. Baru planning aja kami sudah excited sendiri, apalagi kalau di sana nanti. I can't wait!

* cottage sewaan (biasanya Airbnb)

Pagiku hari ini diisi dengan packing, HPan, plus karaokean di kamar. Sampai Papa datang dan bersandar di kusen pintu kamarku.

"Pita belum sarapan, lho."

Aku beranjak dari sisi koper yang tergeletak di lantai. "Sudah, Pa. Itu nasi goreng di tudung saji punya Papa, Papa sudah belum?"

"Papa sudah." Papa masuk lalu duduk di sisi ranjangku. "Masih ada sisa. Habisin, ya, Pita perlu tenaga buat besok."

"Pa, itu kan buat besok, pagi ini sudah." Aku tertawa, ikut duduk bersama dan menatap Papa. "Aku juga sudah minum segala vitamin buat persiapan, sudah fit banget ini. Papa bosen nasi goreng? Atau lagi nggak selera? Kita makan nasi padang di luar siang ini, ya? Atau bebek geprek?"

"Nasi padang, deh, Abangmu suka itu. Yang deket kantornya aja, ya? Kita ketemuan di sana."

Mataku membulat. "Bang Elang mau makan siang bareng? Beneran? Sudah Papa hubungi?" Tumben banget Abangku itu punya waktu luang, biasanya kan—

"Sudah, tapi nggak diangkat, nanti Papa hubungi lagi menjelang jam istirahatnya." Papa tersenyum, terlihat pahit, tapi aku nggak bisa membalasnya. Heish, kan, pasti begini!

"Nggak usah. Aku sudah tahu apa Abang bakal jawab apa! 'Maaf, Pa, tadi meeting dadakan. Maaf, Pa, lembur. Maaf, Pa, diajak makan direksi. Maaf, Pa, nemenin Tania reuni terus belanja. Maaf, Pa, anak-anak ngajak ke Universal Studio!' Apa yang masih Papa harapkan dari anak durhaka yang pulangnya cuma setahun sekali padahal kita masih sama-sama di Jakarta?!"

Papa mengembus pelan. "Ya sudah, gimana lagi, Pit? Abangmu kepala keluarga, tanggung jawabnya berat. Kalau Papa kan santai sudah pensiun. Nanti kita bisa mampir ke kantornya."

"Ke kantornya, lapor sekuriti, diantar ke resepsionis, terus apa? Disuruh bikin janji dulu kayak kemarin-kemarin? Ayah mana yang mau ketemu anaknya malah disuruh bikin janji dulu?!"

"Itu karena SOP kantor, Pita, bukan Abangmu yang mengharuskan Papa bikin janji. Lagian Papa juga nggak pernah bikin janji itu, kan? Kalau Abangmu nggak available ya Papa pulang."

Alah, basi!

Aku ketawa sarkastis. "Memangnya kapan dia pernah available buat kita? H plus tujuh idul fitri karena enam hari sebelumnya dia open house besar-besaran? Itu maksudnya available?!"

Papa terdiam.

Papa terdiam dan aku mengatup mulut. Intonasiku barusan sudah lebih tinggi dari Papa. Nggak bisa, aku nggak boleh keras begini sama Papa. Ketidakpedulian Abang saja sudah cukup melukai Papa, aku nggak boleh menambahnya lagi.

Aku menunduk pelan, "Maaf, Pa," tapi kemudian Papa mengangkat daguku dan tersenyum.

"Makasih, Nak."

Aku mengernyit nggak yakin. "Makasih?"

Tangan Papa berpindah mengusap ubun-ubunku. "Makasih karena Pita selalu menemani Papa. Pita sibuk kuliah, sibuk skripsi, karantina, sekarang sibuk tampil kesana-kemari, malah besok mau ke Tokyo, tapi masih ada waktu buat kirim WA setiap hari. 'Papa sudah makan apa hari ini?'"

Mataku memanas. Papa nggak pernah tahu, aku bukan melakukan itu demi Papa. Itu demi kepentinganku sendiri. Mama sudah pergi sejak aku masih SMP. Bang Elang pergi dengan berengseknya sejak menjadi tangan kanan dan diangkat mantu oleh komisaris besar sebuah bank internasional. Siapa lagi yang membangunkanku setiap subuh kalau bukan Papa? Siapa lagi yang ngasih aku uang saku meski jelas-jelas aku sudah punya penghasilan sendiri kalau bukan Papa? Siapa lagi yang diam-diam suka mengintip kamarku, memastikan apakah aku sudah tidur, lalu menaikkan selimutku yang melorot kalau bukan Papa?

Nggak ada. Cuma Papaku. Aku nggak akan sanggup kalau harus kehilangan Papa juga.

"Teorinya, sejak lahir, anak perempuan itu hak milik ayahnya sampai nanti dia menikah. Setelah itu anak perempuan harus mengikuti jejak suami meninggalkan ayahnya. Harusnya Papa takut Pita dibawa pergi, ya? Tapi, kalau lihat Pita begini, Papa nggak khawatir sama sekali. Papa nggak akan ditinggal sama Pita meskipun nanti menikah. Malahan Papa nggak sabar mau kenalan sama calon suamimu nanti."

Kuturunkan tangan Papa dan menggenggamnya erat. "Nggak akan. Dan itu tuh masih jauuuh banget, Pa, aku belum mau nikah. Pacaran juga belum minat. Aku masih pengin kerja, cari uang, main-main, nikmatin hidup lah, Pa."

Alis Papa melengkung. "Papa suka heran sama anak muda jaman sekarang. Memangnya kalau sudah nikah nggak bisa nikmatin hidup?"

"Bisa, kenapa nggak?" Aku mengangkat bahu. "Tuh, Pa, Kak Milly yang berangkat sama aku besok, ibu dua anak. Papa tahu kerennya di mana? Kak Milly itu seimbang antara karier dan rumah tangga, dan dia selalu kelihatan enjoy. Aku bukan nggak bisa, tapi belum siap. Aku mau menikmati apa yang siap kulakukan saat ini, Pa. Satu-persatu dulu, dimulai dari karier. Aku nggak mau terburu-buru."

•°•°•

Bismillah, this is the day.

Sesuai jadwal, pagi ini sebuah Alphard berisi sopir dan satu kru perempuan menjemputku ke rumah. Mbak Tika, kru tersebut, memintaku menarik koper keluar kamar dan melakukan take singkat. Bagian first step of the journey yang akan diunggah ke YouTube bersama trailer-ku kemarin.

"Okay, Kak, sebelum kita cus dicek sekali lagi barang-barangnya. Dokumen-dokumen? Paspor? Tiket? Dompet? HP? Obat-obatan pribadi?" Di dalam mobil, Mbak Tika bertanya dengan kamera masih terarah padaku.

Barang bawaanku nggak banyak, cuma sling pouch berisi ponsel, dompet, paspor, tisu, hand sanitizer; tas jinjing berisi pakaian cadangan dan sedikit camilan untuk perjalanan; dan satu koper 24 inci bawaan bagasi. Setelah memastikan semuanya ada, Papa juga sudah bersama koperku di belakang, aku mengangguk dan mengacungkan kedua jempol di depan kamera.

"Okay, Travel Buddies, insya Allah bawaan saya udah lengkap semua, jadi sekarang waktunya kita berangkat ke Soekarno-Hatta International Airport. Ini pas banget jam macet berangkat ngantor, tapi flight kita masih sekitar 5 jam lagi, jadi bisalah ya. Kita bakal berangkat dari terminal ...," kulirik Mbak Tika sesaat, "berapa, Mbak?" dan Mbak Tika menggerakkan mulut sebagai jawaban. "Oh, ya, terminal 3 keberangkatan internasional. Maaf, lupa, saya sendiri belum pernah ke sana."

Mbak Tika tersenyum lebar dan mengacungkan jempol dengan satu tangan yang bebas. "No problem, udah oke dan natural banget kok, Kak. Oke, Pak, kita berangkat sekarang."

Sesi wawancara mini masih berjalan sambil mengisi waktu melintasi tol ring road. Mbak Tika banyak bertanya tentang persiapanku dan perasaanku mengenai keberangkatan ini. Di antara keempat traveler, memang cuma aku satu-satunya yang belum pernah ke Jepang. Karena itu, sejak awal Pak Hamdan sudah mewanti-wanti bahwa bisa jadi aku mendapat screen time terbanyak. Dengan kata lain penampilanku dituntut untuk selalu on point.

"Cut." Cue dari Mbak Tika diikuti kamera yang diturunkan dan lensanya ditutup membuat bahuku melorot rileks. "Well done, Kak Pit, gesturnya adem banget loh di kamera. Pasti dapat respons positif dari viewers."

"Iya, dong, anak siapa dulu? Anak saya ini!" Papa yang daritadi diam sekarang ketawa mengusap kepalaku.

Mbak Tika menyahut dan menoleh Papa di belakang. "Bener, Pak, Kak Pita ini menjanjikan buat rating acara kita. Selain namanya lagi melejit, sejak awal meeting udah kelihatan orangnya fleksibel. Kru kita gampang klik kerja sama yang begini." Aku tersenyum, Mbak Tika kembali padaku lagi. "Barusan saya dapat WA, travelers lain sudah standby di depan terminal 3. Jadi, ntar kita take lagi pas Kakak turun di drop zone, terus Kakak ...."

Aku menyimak arahan Mbak Tika mengenai airport take dengan seksama. Setelah selesai, masih ada waktu sekitar 15 menit sebelum kami tiba. Sementara Papa ngobrol sama Mbak Tika, kusempatkan diri memeriksa ponsel yang tadi bergetar beberapa kali selama wawancara.

Kuabaikan notifikasi grup. Mataku langsung tertuju ke pesan masuk dari tim medsos ARTs. Tim medsos adalah bagian yang menyaring notifikasi medsos artis ARTs, termasuk instagramku. Aku nggak mungkin sendirian mengawasi ribuan notifikasi dan DM di akunku setiap waktu, jadi tim medsos yang mengabari ketika ada notifikasi yang penting untuk kuketahui.

Notifikasi penting misalnya apa? Bisa komentar, DM, mention, tag, atau sekadar story react dari sesama akun verified. Atau ini:

Tim Medsos ARTs
Dear Kak Pita.
Satu akun verified baru saja menjadi
follower insta Kakak. Kakak belum follow
akun tersebut, apa berkenan follow back?

Diikuti dengan screenshot notifikasi instagramku yang diambil oleh tim medsos.

hanseldejager✔️ started following you.

•°•°•

Folbek atau kentang?

Minami-Kusatsu, Shiga, 25 Desember 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top