[🌏] Epilog - Bintang bagi Bumi

Barulah sekarang
aku menyadari bahwa
kamulah bintangku.
Bukan dia,
bukan yang lain;
hanya kamu.

🌏

Ghea memikirkan perkataan Orion di perjalanan menuju rumah Surya. Cowok itu ada benarnya. Ghea sebenarnya sudah punya bintang, dan bintang itu bernama Surya.

Oh tentu, Ghea ingat kalau matahari adalah bintang. Dia hanya tidak pernah menyadarinya. Barulah saat Orion menyebutkannya, Ghea tersadar.

Surya masih belum masuk hari ini. Ghea memakluminya---dia sendiri pasti tidak mau masuk minimal seminggu kalau salah satu dari orangtuanya meninggal. Meski begitu, Surya orang yang kuat. Dia sudah bertekad akan masuk besok.

Rumah Surya terlihat sepi. Menurut Surya, ayahnya sedang mengantarkan kakek dan neneknya pulang. Surya sengaja tidak ikut. Cowok itu rupanya sedang membereskan rumah, karena saat membukakan pintu, kaus Surya basah akibat keringat. Meski masih agak tersengal, Surya tersenyum melihat Ghea.

"Lo ngapain ke sini?" tanya Surya.

Ghea mengangkat dua buah jus mangga yang dia bawa sedari tadi. "Instastory lo keliatan menyedihkan banget, jadi gue dateng bawain minuman manis."

Surya tadi mengunggah foto dapurnya yang kotor, dengan tulisan "kangen dibuatin nasi goreng 😞". Tentu Ghea panik. Karena itulah dia terburu-buru datang ke rumah Surya.

"Makasih," balas Surya, langsung mengambil jus mangga itu.

Ghea masuk ke dalam. Rumah Surya terlihat begitu bersih---cowok itu pasti berusaha keras membersihkan seisi rumahnya hari ini. Ghea tahu, Surya hanya tidak bisa terdiam merenungi nasibnya. Dia harus melakukan sesuatu.

"Sekalian menyortir baju Ibu yang bisa disumbangin," kata Surya sebelum Ghea sempat mengucapkan apa-apa.

"Nggak terlalu cepet, Sur?" Ghea menoleh kaget. Jika Ghea ada di posisi Surya, dia jelas-jelas tidak akan pernah menyumbangkan satu pun baju Mama.

Surya menggeleng. "Justru gue yang maksa Ayah buat ngelakuin ini. Ibu juga pasti suka kalau pakaiannya bisa digunakan orang lain. Dulu aja Ibu tanpa ragu nyumbang beberapa bajunya---"

"Sur," sela Ghea. "Gue tau alasan lo bukan itu."

Surya menghela napas. Dia menjatuhkan diri di atas sofa, meminum hampir separuh jus mangganya. Ghea ikut duduk di sebelahnya.

"Lo bisa cerita ke gue, Sur."

Tidak ada balasan dari Surya untuk sesaat. Cowok itu menatap lurus ke depan, mengatur napasnya. Sorot mata Surya membuat Ghea ingin menangis. Cepat dia gigit bibirnya, berusaha menahan air mata.

"Gue nggak mau kelamaan berduka, Ghe," Surya akhirnya menjawab. "Gue capek. Dan... entahlah, mungkin menyumbangkan baju Ibu bakal bikin gue merasa lebih baik. Mungkin berhenti menonton video kucing di Instagram bakal bikin gue kembali seperti biasa. Mungkin berhenti berharap Ibu masih ada di sini bisa membantu gue melepas Ibu."

Ghea mendekat. Diusapnya pundak Surya pelan. "Semua butuh waktu."

Surya mengusap wajahnya. "Ugh. Pertama Ayah, selalu pergi kerja. Kedua elo, udah nemu bintang baru. Kenapa Ibu ikutan ninggalin gue, sih?"

"Gue nggak akan ninggalin elo demi Orion," balas Ghea tegas. "Dia bukan bintang gue, Sur. Gue nggak perlu bintang lain. Cukup satu."

"Maksud lo?"

"Lo bintang gue, Surya. Bukan Orion, bukan juga yang lain. Hanya elo."

Surya menatap Ghea lekat, tidak bisa bereaksi. Ghea menyandarkan kepalanya di pundak Surya. Dia sudah membuat keputusan.

"Makasih, Ghe." Surya menyandarkan kepalanya pada kepala Ghea. "Makasih udah mau jadi Bumi gue."

Hanya itu yang bisa dilakukan Ghea, kan? Menjadi Bumi bagi Mataharinya. Itulah perannya selama ini. Sampai kapanpun, peran itu tidak akan pernah berubah.

Ghea adalah Buminya Surya, dan Surya adalah Mataharinya Ghea. Semesta sudah membuatnya begitu sejak awal.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top