Bahu
"Ini kisah tentang apa?" tanyamu sore itu. Kita duduk berdua di teras rumah, menikmati senja yang menyorot tepat di wajah.
Aku mendesah, kemudian menutup buku yang kubaca beberapa saat lalu.
"Ini tentang bahu yang pernah menjadi sandaran," jawabku. "Tentang bahu yang menjadi penyanggah beban hati. Namun, akhirnya ia terlupakan saat beban itu pergi, menyisakan kepahitan."
"Sungguh malang bahu itu," katamu lirih.
Aku tertawa, lantas kau menatap tajam padaku.
"Menurutmu begitu?" tanyaku.
"Tentu saja," katamu mantap.
"Sesungguhnya, bahu itu sangat beruntung," jawabku. "Meski akhirnya terlupakan, setidaknya ia pernah menjadi sandaran. Tidakkah kau tahu, ada banyak bahu di dunia, tetapi tidak semua pernah menjadi sandaran yang nyaman."
Lalu kau bersandar di bahuku. Kau tersenyum.
"Kau merasa nyaman?" tanyaku.
"Tentu. Sangat nyaman," katamu.
Aku menghela napas.
"Kuharap kau tidak berkata jujur," kataku lirih.
"Kupikir ini adalah bahu yang beruntung," katamu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top