》Liburan (3)
Disclaimer
Saint Seiya © Masami Kurumada
This Story © Mine
Warning
Typo dimana-mana, OOC akut, garing melanda
Chapter 3
***
Setelah melihat-lihat pemandangan di Negara Indonesia yang baru mereka pijak saat ini, mereka segera mengikuti Aiolos yang entah hendak kemana.
"Los, mau kemana nih?" Shura bertanya ketika gerombolan mereka melewati jalan yang berkelak-kelok.
"Kita harus menyewa bus," ujar Aiolos pada seluruh rekan saint nya.
"Kenapa tidak naik bus nya saja? Apa harus menyewa?" Dohko bertanya yang langsung dijawab oleh Aiolos dengan sodoran kertas memo kecil berwarna ungu.
Tulisannya:
"Setelah sampai di Indonesia, sewa-lah satu bus di terminal. Jika kalian naik bus di tempat 'BUS STOP' kalian takkan tahu jalan yang akan kalian lewati. Aku khawatir kalian akan tersesat. Kalian mengerti atau tidak, SEWA SAJA BUS!"
"Apa ada terminal di sekitar sini?" Alde menoleh ke sekitarnya.
"Oi! Itu disana!" Aiolia menunjuk terminal yang penuh dengan bus-bus besar.
"Oh bus bentuknya kaya gitu, ya," Kanon berbinar-binar.
"Iya, yak! Gede banget," mata Milo langsung cling-cling ngeliat bus.
Mereka semua langsung berjalan ke arah terminal yang tengah padat dan ramai dengan para sopir.
"Yok! Naik bu! Pak! Parung-Bogor,"
"Yo bu! Pak! Naek naek!"
Itulah suara-suara para sopir yang terdengar di telinga mereka, dan yang dibaca oleh para readers.
Mereka pun mendekati salah satu bus yang masih kosong melompong. Disamping bus, terdapat sopir nya yang tengah teriak-teriak, mengajak orang-orang yang lewat untuk masuk kedalam bus nya.
"Permisi, kami ingin menyewa satu bus, apa bisa?" Aiolos menghampiri sopir tersebut, yang membuat sopir itu berhenti teriak, dan digantikan dengan kata "Wah!" yang tiba-tiba keluar dari mulutnya.
"Oh tentu bisa. Hendak kemana?" sopir itu bertanya balik.
"Hotel Salak," Saga menjawab.
"Syiap!" sopir itu terkekeh, lalu mengetuk pintu bus yang tertutup. Tiba-tiba, pintu terbuka lebar, menyambut mereka semua untuk naik.
"Wuih hebat! Pintu nya kebuka sendiri!" jerit Seiya dengan berbinar-binar.
"Itu ada yang buka, Seiya," Shun sweatdrop sambil menunjuk sopir yang sudah ada di dalam bus—sopir nya beda dengan yang tadi berbicara dengan Aiolos.
Setelah semuanya naik kedalam, mereka langsung duduk dan menaruh koper di dekat mereka.
"Apaan nih?" Milo mengutak-atik benda yang ada diatas kepalanya.
"Itu AC, Milo," Camus menjawab.
"Wah hebat! Di Indosiar—"
"Indonesia!"
"Di Indonesia punya AC juga, ya? Pake cosmo gak?"
"Ya enggaklah, Milo. AC disini pakai teknologi," Camus sweatdrop.
"Wuih! Jendela nya bisa dibuka tutup!" Deathmask berseru.
"Setiap benda yang punya jendela, pasti jendela nya bisa dibuka lah!" Shura ikut berseru, kesal akan kenorak-an rekan Cancer nya itu.
"Tadi di pesawat gak bisa dibuka, Shur!"
"Kalo dibuka, lo mau jatoh dari pesawat karna angin yang kenceng dari luar pesawat!?"
Deathmask terdiam sejenak mendengar pernyataan (atau mungkin pertanyaan?) Shura, lalu nyengir tanpa dosa.
Setelah beberapa menit di dalam bus dengan kenorak-an mereka, si sopir bus langsung memberi intsruksi agar memakai sabuk pengaman. Sopir menginjak gas, mereka berangkat ke hotel Salak, tujuan mereka.
"Horreee!! Jalaann!" Aiolia mengaum kencang. Aiolos hanya bisa tepuk jidat.
"Non, kepala kamu masukin!" Saga berseru ketika adik kembar nya itu mengeluarkan kepala nya dari jendela bis.
"Memang kenapa? Enak loh, angin gelebuk!" Kanon mengeluarkan lidahnya—kaya anjing. Semuanya tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan si Gemini adik yang malu-maluin nama para saint.
"Dasar malu-maluin! Masuk, Non!" Saga menarik lengan Kanon yang akhirnya si pemilik lengan langsung memasukkan kepalanya lagi karna takut lengannya putus gara-gara ditarik-tarik.
"Emang kenapa, sih? Aku malu-maluin? Biarin aja. Wong mereka gak kenal aku, ngapain malu? Hidup ini dibawa bahagia aja, bro," Kanon menepuk pundak Saga beberapa kali.
Kanon belum tahu kalau para pengendara kendaraan di belakang bus yang mereka tumpangi itu merekam tingkah Kanon tadi. Mari berdoa agar kejadian tadi tidak viral di media sosial.
Setelah beberapa menit berlalu, mereka akhirnya sampai di depan gedung besar dengan papan yang bertuliskan 'Hotel Salak'. Gedung itu sangat tinggi. Tembok nya berwarna putih mengkilap, gerbang nya yang berwarna hitam memberi kesan gelap-terang.
Aiolos memberikan upah pada sang sopir, lalu turun dengan menuntun koper nya, begitu juga yang lain.
Setelah semuanya turun dari bus, mereka masuk ke gerbang hotel dan langsung disambut oleh satpam hotel.
Mereka memasuki gedung itu, dan ternganga untuk beberapa waktu. Gedung ini sangat besar, luas, megah, dan mewah. Beberapa mozaik terpampang di dinding hotel.
Mereka berjalan ke arah petugas yang melayani kasir. Aiolos menyewa kamar untuk 18 orang.
"Untuk 18 orang? Satu kamar atau terpisah?" tanya sang petugas.
"Satu kamar,"
"Baik, kamar anda di nomor 45, lantai empat," sang petugas mengetik di komputer nya, lalu memberikan kunci kamar.
"Terimakasih," Aiolos menerima kunci kamarnya, lalu berjalan ke arah lift dengan gerombolannya.
"Hotelnya gratis, ya? Kok gak bayar?" Mu bertanya dengan polosnya, berdiri di samping Aiolos.
"Kita akan bayar semua nya ketika hendak pulang," Aiolos menjawab.
Mereka masuk kedalam lift, tapi tak tahu cara memakai nya (Author sweatdrop).
"Ini yang namanya lift? Sempit banget," Deathmask berkomentar.
"Cara pakai nya gimana, ya?" gumam Aiolos bingung.
"Ini tombol apa?" Aphro memencet tombol nomor dua di dinding lift dekat pintu.
Lift pun menutup dan mulai bergerak. Bagi mereka, lift itu serasa jatuh dari ketinggian. Rasanya geli-geli gitu. Mereka semua menjerit histeris.
"Huwaa!! Kita jatoh! Kita jatoh! Kita bakal mati!" Seiya berlari-lari memutari para saint lainnya, lalu diikuti oleh sang Leo muda.
"Seiya, Aiolia! Tenang! Gak bakal ada yang mati!" Aiolos menenangkan, walaupun sebenarnya ia ikut histeris.
"Shun, Shiryu, Hyoga, Ikki, berhenti berteriak tidak jelas. Aphro, ini bukan waktunya maskeran! Shaka jangan ceramah sekarang! Deathmask, Shura, jangan menjerit!" Aiolos mengintruksi, tapi itu tak mempan. Aiolos kewalahan dengan rekannya yang terus panik.
Tak lama, pintu lift terbuka. Mereka segera berlari keluar dari lift dengan wajah yang pucat dan nafas ngos-ngosan. Orang-orang yang hendak menaiki lift, langsung panik ketika para gerombolan di dalam lift langsung keluar sambil menjerit.
"A-ada apa ini!?" seru seorang pria, berusaha menenangkan gerombolan itu.
"Itu nya jatuh! Tadi pas mencet tombol nomor dua, lift nya jatoh kenceng banget!" Mu berseru sambil duduk di lantai karna lemas.
Seketika orang-orang langsung tertawa terbahak-bahak.
"Kalian ini apa-apaan? Lift gak bakal jatuh ke atas kali," salah seorang wanita tertawa sambil masuk kedalam lift, diikuti orang-orang lain.
"Ta-ta-tapi ta-tadi ..." Aiolia tak jadi ngomong karna lift telah tertutup dengan orang-orang yang ada di dalamnya.
Aiolos tepuk jidat karna mereka yang norak akan benda-benda di abad ini. Shaka hanya diam tak bergeming. Seiya, Shun, Hyoga, Shiryu, Aiolia, Shura, Mu, Deathmask, Kanon, dan Milo sudah tidak menjerit, tapi wajah mereka masih pucat seputih mayat hidup. Ikki, Alde, Dohko, Camus, Saga, dan Aiolos berusaha menenangkan para rekannya. Aphro pucat, tapi tak sepucat yang lainnya. Masker nya pun telah dilepas barusan.
Hening ...
"Kamar kita di lantai empat, kan?" Dohko bertanya, ketika suasana telah cair kembali.
"Ya, kita harus naik lagi," Aiolos menjawab, menatap lift yang sebentar lagi akan sampai di lantai dua.
Benar saja, lift terbuka beberapa detik kemudian. Orang-orang berhamburan keluar dari lift, giliran mereka yang memasuki lift.
Saga menekan tombol empat. Lift kembali bergerak. Sebagian dari mereka kembali menjerit karna sesekali lift itu bergoyang-goyang.
Setelah lift terbuka di lantai empat, mereka langsung berlari keluar yang (lagi-lagi) langsung ditatap oleh orang-orang.
Aiolos dan Saga memimpin jalan menuju kamar mereka. Setelah menemukan nomor 45, Aiolos membuka pintu dengan kunci nya. Disaat itu juga mereka ternganga (lagi).
Kamar itu sangat luas. Kasur-kasur berjejer, lemari baju dengan ukuran jumbo berdiri di samping pintu kamar mandi. Mereka segera masuk kedalam kamar dan berebut kasur (padahal jumlah kasurnya pas #sweatdrop).
"Aku disini!"
"Enggak! Gue duluan!"
"Aku duluan!"
"Eh gue aja yang disini biar adil,"
"Kaga boleh!"
"Oi! Udah jangan berantem! Kasurnya kan pas sama jumlah orangnya,"
"Iya, sih! Udah ngalah aja, gue duluan!"
"Kaga boleh!"
Begitulah perdebatan antara Kalajengking, Naga laut, Kepiting, dan Gemini kakak.
Sementara mereka berempat bertengkar, Shura, Aphrodite, Mu, dan Aiolia, mengecek ke kamar mandi.
"Wuih! Ni apaan?" Aiolia memutar-mutar keran shower yang ada di depannya, sehingga shower yang terpajang diatas itu menyala dan menyembor Aiolia yang ada di bawahnya.
"Ini apa?" Aphrodite duduk di bathtub yang kosong sambil membuka-tutup penutup lubang yang ada di dasar bathtub.
"Ini apaan lagi?" Shura menekan tuas yang ada di toilet (toilet versi duduk), lalu muncul air entah darimana menuju lubang toilet yang tergenangi air.
"Kok bisa gitu? Hebatt!" Mu terkagum-kagum.
Sementara mereka berempat ribut di kamar mandi, Aiolos, Shaka, Alde, Dohko, dan Camus ribut dengan lemari.
"Jika 6 lemari dibagi 18 orang, satu lemari dapat digunakan berapa orang?" Dohko bertanya.
"Satu lemari 3 orang," Camus menjawab.
"Kalau gitu, kita bagi sesuai zodiak aja," Alde mengusulkan, duduk di pinggir kasur nya.
"Jangan, kalau kaya begitu, pasti banyak yang protes," Aiolos menolak, menggeleng-gelengkan kepala, tanda tak setuju.
"Lebih baik dengan undian. Itu adalah cara yang adil," Camus menimpali.
"Menurutku itu tidak buruk," Aiolos terkekeh.
"Aku ikut saja," Alde, Shaka, dan Dohko menjawab serempak.
Sementara mereka berlima meributkan lemari, kelima Bronzies menatap pemandangan dari balkon kamar mereka.
"Pemandangannya bagus!" Hyoga berbinar-binar saking kagum nya.
"Kabut nya itu loh! Bagus, kaya asap," celetuk Seiya, yang membuat semuanya sweatdrop.
"Disini hampir mirip di Sanctuary. Bedanya, di Sanctuary itu kuil tangga, kalau disini itu lift," Shiryu duduk di lantai balkon, menatap matahari yang mulai tenggelam.
"Gak sabar besok kita jalan-jalan!" Shun meloncat-loncat girang.
Setelah beberapa menit merusuh di kamar hotel, akhirya mereka semua berkumpul untuk pembagian lemari.
"Ambil salah satu kertas yang berisi tulisan lemari satu sampai enam," Aiolos mengintruksi, menyodorkan kotak kecil yang berisi gulungan-gulungan kertas.
Setelah semuanya dapat, mereka membuka gulungan kertas yang mereka pegang.
"Siapa yang dapat lemari satu?" Saga bertanya, menatap kertas miliknya.
Deathmask dan Kanon mengangkat tangan. Saga terkekeh, "kita satu lemari,"
"Lemari dua siapa?" Aiolos bertanya.
"Aku!" Aiolia, Aphro, dan Shura mengangkat tangan.
"Lemari tiga?" Aiolos bertanya lagi.
"Aku!" seru Milo dan Hyoga, sedangkan Camus hanya mengangkat tangan.
"Lemari empat?"
"Aku," ini Alde dan Seiya. Aiolos satu lemari dengan mereka ternyata.
"Lemari lima?" Shaka, Shun, dan Ikki mengangkat tangan.
"Lemari enam?" Dohko, Mu, Shiryu mengangkat tangan.
Pembagian lemari dan kasur pun selesai dengan cepat, walaupun sempat ada cekcok di antara para Bronzies. 9 kasur berjajar di dekat jendela, sedangkan 9 kasur lagi berjajar di depan kasur-kasur dekat jendela (ngerti, kan?).
"Ayo ke TMII!" Aiolia berteriak kencang, bahkan terdengar sampai jalan raya depan hotel.
"Besok aja, Lia. Sekarang sudah pukul empat sore," Aiolos menimpali, mengacak-acak rambut adiknya dengan sayang. Karna terlalu antusias, mereka sampai lupa kalau malam hampir tiba.
Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu kamar mereka. Dohko membukakan pintu.
"Saatnya makan malam, Tuan. Kami membawakannya untuk kalian," salah seorang pegawai hotel membawa sepiring ikan bakar yang menyisakan wangi ikan yang dapat menggugah selera. Dibelakang nya terdapat empat pegawai yang membawa sepiring menu makan malam yang berbeda.
Mereka masuk kedalam kamar dan menaruh nampan-nampan yang berisi piring menu makan malam di meja ruang berkumpul. Di ruangan ini pula terdapat 1 sofa besar, 1 TV, dan 1 meja lebar.
Setelah para pegawai keluar dari kamar, Aiolia, Kanon, Milo, Deathmask, Seiya, dan Hyoga langsung berebut tempat duduk. Sebagian nya mencoel ikan dan ayam bakar, sedangkan sebagian lainnya hanya diam, bingung hendak berbuat apa.
"Semuanya tolong diam!" Aiolos berseru, mencoba untuk bersabar. Seruannya kalah kencang jika dibandingkan dengan rekan-rekannya.
Tanpa berkata apa-apa, sang saint Aquarius langsung mengambil ancang-ancang. Lalu ...
"FREEZIN COFFIN!"
Mereka semua langsung membeku di tempat, termasuk Aiolos dan yang lainnya.
Setelah 20 menit, peti mati beku yang dibuat oleh gurunya Hyoga itu mencair perlahan-lahan.
Hening seketika.
"Diam, dong! Kan kita juga jadi ikut kena!" Milo memprotes. Yang lainnya langsung menatapnya tajam.
"Lo kan ikut-ikutan juga, Kalajengking!" Deathmask, Aiolia dan Kanon berteriak serempak. Milo tertawa tanpa dosa.
Setelah keributan yang bikin greget tadi, mereka langsung mengambil tempat duduk. Karna tidak ada celah lagi di sofa, dengan terpaksa, Mu, Shaka, Saga, Kanon, Camus, Milo, Seiya, Hyoga, dan Ikki lesehan di karpet dekat sofa.
Aiolos mengambil remot yang ada di meja. Karna tak mengerti cara memakai nya, ia asal memencet-mencet.
Tiba-tiba, TV menyala yang membuat semuanya menjerit kaget. Di layar, terpampang berita tentang tawuran antar sekolah.
"Gila tu orang. Kok bisa masuk ke TV sih?" Alde cengo.
"Terus itu ngapain pake bacok-bacokan segala?" Kanon mengernyit heran.
"Idih, ada yang pipi nya ketusuk golok," wajah Aphro berubah masam, jijik melihat darah yang bercecer dari pemuda di dalam TV.
"Yang lebih heran, kenapa tu orang bisa ada di dalem? Terperangkap apa gimana?" Dohko berkomentar.
"Ayo kita selametin!!" Milo menjerit, menyiapkan kuku merah nya untuk menyelamatkan orang-orang yang ada didalam TV.
Belum sempat mereka semua merespon ucapan Milo, tiba-tiba channel TV berganti menjadi ... Mereka semua langsung cengo tanpa bisa berkata apa-apa. Tatapan mereka kini beralih pada Kanon.
"Non? Kanon!?" Saga menggoyang-goyangkan TV itu ketika melihat adiknya berada di dalam TV.
Terpampang jelas kalau Kanon ada di TV, dan ada di samping Ikki saat ini.
Kata Wartawannya:
"Video ini langsung viral saat siang tadi. Pemuda ini mengeluarkan kepala nya sambil menjulurkan lidahnya dari jendela bus. Banyak komentar ngakak di Youtube setelah video ini diunggah,"
"Whut!?" Kanon tercengang untuk beberapa menit. Rekan-rekannya langsung menatapnya dengan tatapan tajam.
"Udah abang bilang, kamu harusnya jangan begitu, Non!" Saga tepuk jidat.
"Malu-maluin nama bangsa, bahasa, dan agama aja lo," Milo mencibir, namun hatinya ingin sekali ngakak ngeliat video barusan.
"Myowahahaha!! Ngakak gue!" Deathmask dan Shura ketawa terbahak-bahak sampe keluar air mata.
JDARR!!
TV itu hancur dan gosong. Ada percikan kecil di dekat kabel. Dengan segera, Alde mengambil air di kamar mandi dengan ember segede gentong(?).
"Apa apaan lo, Non!?"
"Lagian lu pada ngejek gue. Kan kebawa emosi jadinya,"
"Uang untuk ganti rugi kaya nya gak bakal cukup," Aiolos pundung didalam hati, karna gak enak juga kalo protes ke Kanon karna udah ngehancurin TV gak bersalah itu pake Galaxian Explosion.
Para tetangga kamar dan pegawai hotel langsung menghampiri kamar mereka ketika melihat asap hitam dari luar kamar.
"Apa yang terjadi, Tuan?" seru seorang pegawai dengan wajah panik.
"Ta-tadi dihancur—"
"Eh tidak, tidak ada apa-apa. Hanya konsleting kecil," Aiolos menutup mulut adiknya, menjawab pertanyaan sang pegawai hotel. Jika Aiolia menjawab 'dihancurkan Kanon', bisa-bisa masalah menjadi rumit.
"Maafkan saya untuk semua ini. Saya akan bertanggung jawab," pegawai hotel itu membungkukan badannya berkali-kali, yang membuat semuanya sweatdrop.
"Ah tidak usah,"
"Tidak tidak, saya akan memperbaiki kabel nya,"
"Ti-tidak usah, kami bisa melakukannya,"
Perdebatan mulut itu terus berlangsung, sampai akhirnya, Aiolos mengizinkan sang pegawai hotel untuk memperbaiki kabel TV nya. Padahal TV nya yang rusak, bukan kabel nya. (Author sweatdrop berat).
Setelah itu, mereka menikmati makan malam dengan keributan-keributan yang membuat heboh. Mereka menikmati semuanya, walaupun banyak yang norak dan membuat ngakak orang-orang.
***
Hoho.. Gimana? Lucu ato biasa aja?
Sekarang lagi pengen ngetik, ya udah lanjut ni fic aja: )
Walaupun aku agak sedih sih karna Levi mati di anime Attack on Titan. Saya aja kaget pas liat spoiler nya, chapter 115, Levi sekarat dan akhirnya mati:'
Sorry, Out of topic.
So ... Dukung aku terus ya(^.^)/
Sabar aja untuk para penggemar Levi:')
Arigatou,
Ibanez
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top