6. Nguquqnya duo sejolieh
Masih terlalu pagi untuknya bangun dan jogging ke taman kota. Hari Minggu. Pastinya pria itu udah berencana buat tinggal di alam mimpi seharian.
Tapi, karena kekasih ter-zeyenk nya maksa dia buat jogging dengan alasan untuk menjaga kesehatan-- apalagi jantungnya, dia mau gak mau harus turutin perintah sang kekasih.
Satu-dua teriakan terdengar jelas di kupingnya, sampe-sampe bikin si pemilik kuping tersebut nutup kepalanya pake bantal. Karena udah merasa aman, dia tidur lagi sampe pules dan akhirnya ngorok dengan kencang syekaleh, sodara-sodari.
Baru aja dia tidur pules, eh, terdengar lagi sebuah suara teriakan nyaring bin cempreng didepan kuping yang dia tutup pake bantal.
"Kardiaa! Banguuunn!!!"
Pria yang merasa namanya dipanggil, Kardia, mengintip dari sela-sela yang gak ketutupan bantal untuk melihat siapa yang barusan teriak-teriak.
Oh, ternyata itu bocah syaland yang selalu mengganggu dia kemanapun dan kapanpun beserta sohibnya yang kelewat jutek.
"Kardia! Ayo bangun! Nanti Degel marah, lho!" bocah itu terus saja berteriak kencang bak pakai toa mesjid. Suaranya sangad nyaring sekaleh memang.
"Bodo amat."
Karena geram, bocah itu naik ke kasur dan loncat-loncat diatas badan Kardia tanpa wajah dosa. Kaya main trampolin, dia loncat anteng aja disitu.
Gak mau kalah, Kardia ngedorong bocah itu sampe jatoh ngegubrak ke lantai. Terlihat kalau benjolan sebesar apaan tau hinggap di jidatnya dengan syempurnah.
Bocah itu malah makin menjadi-jadi, pemirsah. Dia jewer kuping sang inkarnasinya, terus teriak sekeras-kerasnya disitu. "BANGOOONNN!1!1!"
"KUPRET LU YA! KUPING GUA LANGSUNG NYUT-NYUTAN INI!!"
"Siapa suruh, tidur kok kek kebo." Bocah bersurai pirang acak-acakan itu tertawa dengan tatados, tawa tanpa dosa.
"Ada apa ini sebenarnya? Milo, mohon, jangan teriak-teriak. Tetangga takut terganggu."
Sang kekasih Kardia, bernama Degel, masuk kedalam kamar ketika mendengar suara berisik setelah beberapa detik yang lalu.
Bocah pirang acak-acakan ditambah dengan ingusan serta hyperaktif, Milo, beserta sohib dinginnya yang Degel akui telah memiliki makesu atau masa kecil suram, Camus, menatap Degel dengan jantungan setengah mati ketika pria itu masuk secara tiba-tiba.
Awalnya, pria bersurai hijau itu kira bahwa Kardia akan tetap ngebo damai di kasur. Tapi, yang ia liat malah pemandangan indah, sejuk, rapi, damai dan tenterem.
Yak, Kardia udah rapiin kasurnya dengan secepat halilintar, sodarah-sodarah!
"Yo, pagi, Degel. Liat nih dah rapi kan?" Kardia menatap Degel dengan wajah yang mirip emot ":D". Sungguh pengen ku tabok mukanya.
"Giliran ada Degel langsung rajin, giliran gak ada malah leha-leha. Dasar, bengek!" Milo langsung kabur demi menghindari meja yang terbang dengan gemulainya. Saking gemulainya, mejanya bisa langsung pecah kek piring gegara yang ngelempar terlalu beremosi. Dan saking emosinya, kepala si pelempar bisa berasep kek lagi kebakaran.
Degel menggendong Camus di tangannya. "Sudahlah, Kardia. Jantungmu nanti kambuh lagi. Namanya juga anak-anak, wajar kalau sikapnya kaya begitu."
Kardia berdecak kezal. "Tu bocah ..."
"Cepat bersiap. Bukan jogging pagi lagi namanya jika hari sudah siang." Degel melanjutkan ucapannya, lalu turun kebawah bersama Camus.
Kardia dan Milo saling tatap. Ada setetes air yang jatoh dari pipi Kardia saat menatap mata bulat besar milik reinkarnasi uculnya. Pria itu tau, bahwa Milo pasti memiliki suatu keinginan kepadanya.
Coba tebak, sodara-sodara. Milo nangkel di kaki Kardia. Bocah itu naik ke badan Kardia dengan sangad pro-nya. Dan sampailah dia di kepala Kardia lalu duduk di belakang lehernya.
"Ayo, jalan!!" Milo memegang rambut Kardia gemas.
Yang disuruh serasa pengen nabok itu mulut. "Enak aja lu! Gak mau!"
"AYOOO!! JALAAANN!!"
"Kardia! Milo!" Terdengar suara Degel dari bawah, menegur mereka berdua untuk cepat siap-siap.
Mau gak mau, mereka berdua--atau lebih tepatnya Kardia--turun kebawah daripada harus liat Degel keluar tanduk.
Abis ambil handuk, sang inkarnasi dan reinkarnasi Saint berbintang Scorpio itu masuk ke kamar mandi.
"..."
Setelah 30 menit, penantian yang sangad lama bagi duo Aquarius, Kardia dan Milo akhirnya keluar dari kamar mandi lengkap dengan baju olahraganya.
"Kenapa lama sekali?" Tentu saja Degel bertanya langsung to the point.
Kalau dokter muda itu punya sikap yang bisa nuntun ke jalan lurus, kenapa kekasih Scorpio ebelnya nuntun orang laen ke jalan sesat?
/dihajar
"Milo noh ... masa tadi dia berendem dulu di baskom. Terus dia main bebek dulu, main mandi bola dulu, ato apalah."
Degel pasti langsung tepok jidat. Dia harus sabar seribu persen ngadepin dua Scorpio syaland didepannya. Tiap hari ada aja kelakuannya.
***
"WAAAAA, RAMEEEE!!!" Sampe di taman kota, Milo langsung teriak histeris gak karuan. Orang-orang auto langsung natep itu bocah pastinya.
Milo menggandeng tangan Camus, menariknya ke arah kerumunan yang rame nya gak main-main. Kardia sama Degel langsung ngejar dua bocah itu. Apa yang mereka liat coba? Milo sama Camus beli cilok tapi gak bayar. Si mamangnya lagi marah-marah disitu.
Langsunglah Degel minta maap ke si mamangnya sambil ngasih duitnya. Sementara Degel berkutik sama si mamang tua tapi mulutnya sungguh bacod, Kardia gendong reinkarnasinya sama reinkarnasi sohib megane-nya biar gak kabur-kaburan kaya kambing lepas.
"Kalian berdua." Habis minta maap untuk kesekian kalinya ke si mamang tukang cilok, Degel menatap Milo sama Camus di gendongan sohib jantungannya, "lain kali, kalau mau sesuatu, bilang saja. Tidak perlu mengambil atau mencuri. Mengerti?"
Milo dan Camus mengangguk mengerti. Sungguh ucul muka bocilnya. Pengen nyubit hue.
"Kau mau makan apa, Kardia?"
Kardia menatap stand-stand yang berdiri di samping kiri-kanan taman. "Bakso! Minggu ini gua baru makan sekali. Gak apa-apa kan?"
Tentu saja, Kardia biasanya gak perlu ngomong gitu kalau sama rekan gold Saint nya yang lain. Tapi, karena dia adalah kekasih plus dokter nya yang sangad memperhatikan makanan yang ia makan, maka lebih baik izin dulu daripada diceramahin dari pagi sampe ke pagi lagi.
Degel mikir bentar. "Iya, deh." Degel akhirnya jalan ke stand yang nyediain bakso. Kardia duduk di kursi yang disediain dengan dua bocah duduk diatas meja sambil makan cilok.
"Pak, bakso nya dua ya. Yang satu gak pakai micin, kecap, sambal, saus, daun bawang, bawang goreng, sama kuah."
"Lah ... ?" Mulut Kardia nganga segede goa. "Kenapa lu cuma make basonya aja?"
"Kenapa? Gak boleh?"
Kardia mengangkat salah satu alisnya. "Bukannya 'dokter' gak boleh banyak-banyak makan bakso, ya?"
"Oh iya, saya lupa. Pak, jangan pake baksonya juga, ya."
"..."
"TERUS LU MAU MAKAN APANYA? MANGKOK!?"
***
Yha ... garing :'u
HEY YO WASSAP GES.
DAH LAMA SAIA HIAT.
AMPE KANGEN SAMA NI FIC SATU :'V
Yah, gak ada kata lain selain minta maap dah ninggalin ni fandom selama beberapa minggu. Seinget saia ... lumayan lama gitu yak.
Tapi kan akhirnya udah up. H3h3
Moga suka. Seenggaknya, utang saia bisa dicicil dikit-dikit ")
Btw, jadwal up bisa berubah kapan aja, atau bisa dibilang gak nentu. Sedapetnya ide aja, sih.
Dan sekedar informasi, gomen, chap HUT RI gak dilanjut ") saia terlalu mager. Tapi, seandainya ada yang berharap pen baca, ya yowes, saia ketik "). Komen aja yo.
Makasih buat para riders tertjintah yang nunggu sampe beberapa minggu. Doain aja, moga ide lancar jaya dan kemageran saia ilang.
Yak, sampe jumpa di neks cepter (*'∀`*)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top