13. Tentang Hati

Happy Reading

*****

"Untuk apa kami harus memberitahu. Kamu bukan bagian dari keluarga ini lagi," sahut Arsyad.

"Pak, tolong. Jangan melepaskan alat itu lagi," pinta Arvin. Dia kembali ingin memasangkan alat pernapasan pada mertuanya.

"Tunggu, Vin. Bapak belum selesai bicara. Sebelum anak itu pergi, Bapak nggak akan menggunakan alat ini lagi."

"Om, masih saja keras kepala bahkan berani menikahkan Zoya dengan orang lain. Nyata-nyata dirinya sudah aku rusak."

Plak ....
Lelaki pemilik nama Noval itu mendapat tamparan keras dari Arvin.

"Jaga mulutmu, Val. Sebaiknya kamu pergi sekarang sebelum aku benar-benar menghajarmu," ancam Arvin.

Zoya menatap benci pada lelaki yang berstatus sebagai sepupunya itu. "Apa belum cukup kamu menyakitiku, Val? Sekarang, kamu ingin menghancurkan pernikahanku?"

Noval mendengkus. "Kalau bukan karena iming-iming harta yang dijanjikan Om Arsyad. Mana mungkin Arvin mau menikahimu, Ay."

"Jaga ucapanmu, Mas Noval. Keluarga saya memang miskin, nggak bisa dibandingkan dengan keluarga Pak Arsyad. Tapi, saya nggak pernah ngajarin Arvin serakah pada harta. Niatnya menikahi Mbak Zoya, murni karena dia ingin. Bukan karena iming-iming seperti yang njenengan sebutkan." Ashari bersuara membela putranya.

"Pak, Bu, nggak usah dengarkan perkataannya," pinta Arvin.

"Mas, kami ini orang tuamu. Mana mungkin kami membiarkan orang lain meremehkanmu," sahut Maryam.

"Sebaiknya kamu pergi, Val. Nggak ada yang mengharapkan kehadiranmu di sini," tambah Arsyad.

"Sebaiknya, tepati janjimu, Om atau aku akan membongkar aibnya Zoya," kata Noval penuh ancaman.

"Nggak perlu kamu mengatakannya, Val. Aku sudah tahu dan aku menerima semua yang ada pada diri Zoya." Arvin berdiri tepat di sebelah Noval setelah sebelumnya dia meminta orang tuanya untuk pulang terlebih dulu. Tahu persis jika kedatangan Noval akan mengacaukan pernikahannya dengan Zoya.

"Vin," panggil Zoya.

"Nggak usah khawatir, Ay. Seperti yang aku katakan tadi. Aku sudah menerima semua keadaanmu, termasuk kekurangan dan aibmu," ucap Arvin.

"Yakin kamu bahkan jika ternyata dia pernah memiliki anak dariku?" ceplos Noval.

"Noval!" bentak Sekar. Kali ini, dia tidak bisa tinggal diam. Jika sampai Arvin membatalkan pernikahannya dengan Zoya. Maka, semua rencananya akan batal.

"Jaga batasanmu, Val," tambah Arsyad. Dia bahkan sudah duduk tanpa disadari oleh siapa pun.

Terkejut dengan tindakan ayah mertuanya, Arvin lang mendekat dan menenangkan lelaki paruh baya tersebut. "Pak, biar Arvin yang mengatasinya."

"Dia nggak akan diam mengganggu Zoya. Bajingan ini, sama busuknya dengan papanya. Apa yang kamu mau kali ini, Val?" tanya Arsyad. Suaranya mulai merendah dan bergetar.

"Yah, nggak usah memberikan apa pun padanya. Dia nggak akan pernah puas untuk terus menindas kita, hanya karena aibku," kata Zoya. Matanya sudah berkaca-kaca. "Vin, aku akan berterus terang. Jika setelah ini, kamu berniat membatalkan pernikahan kita. Aku terima dan nggak masalah."

"Ay, nggak perlu kamu jelaskan. Aku menerimamu. Berkali-kali aku sudah mengatakannya. Kamu pasti akan terluka jika mengorek luka lama itu."

"Cih, drama," sindir Noval. Wajahnya terlihat muak menatap Arvin dan Zoya. "Nggak usah mempertontonkan kemesraan kalian."

"Sudahlah, Val. Katakan apa yang kamu mau supaya semua kembali tenang," sahut Sekar. Dia benar-benar khawatir saat ini dengan pernikahan Zoya dan Arvin yang berada di ujung tanduk akibat ulah keponakannya.

"Bagus, Tan. Aku tahu Tante selalu menyayangi Zoya sekaligus memanfaatkannya. Kali ini, aku nggak ingin apa pun. Aku cuma mau Zoya menjadi istriku. Gimana, Om, Tante? Apa kalian bisa mewujudkannya?"

"Gila, kamu!" bentak Sekar. Kalau dia menuruti permintaan Noval, jelas dia kalah. Beberapa tahun terakhir, Sekar sudah berusaha semaksimal mungkin supaya tujuan tercapai.

"Langkahi mayatku jika kamu menginginkan istriku," sahut Arvin dengan mata membulat sempurna dan kemarahan penuh.

"Aku bisa memberikan harta lebih banyak dari pemberian Om Arsyad. Asal batalkan pernikahan kalian."

"Noval!" bentak Zoya tangannya bahkan sudah mendarat di pipi lelaki itu.

"Berani kamu menamparku?" Suara Noval meninggi. Benar-benar tak terima dengan perlakuan Zoya yang selama ini sudah menjadi boneka hidupnya.

 "Kenapa, hanya karena aku pernah kau nodai dan hamil hasil perbuatan bejatmu? Lalu, seumur hidup aku harus patuh dengan ucapan dan permintaanmu? Jangan berharap lebih, Val. Selama ini, aku sudah cukup bersabar. Takut, malu jika sampai ada yang  tahu jika aku nggak virgin. Sekarang, aku pasrah." Zoya menatap Arvin setelah mengatakan semua uneg-uneg hatinya. "Aku serahkan semua keputusan padamu, Vin. Kamu boleh membatalkan pernikahan tadi jika memang nggak bisa menerima itu."

"Nggak perlu khawatir, Ay. Arvin pasti mau menerima semua kekuranganmu itu." Sekar merangkul putri tirinya. "Jangan sedih."

Noval mendengkus, sedangkan Arvin menganga dengan mata terbuka sempurna.

"Berhentilah sok menjadi pahlawan, Tan. Kamu nggak ubahnya seperti aku," ucap Noval.

"Aku bukan orang yang busuk sepertimu, Val," ucap Sekar.

Noval mengeraskan tawa. Dia juga menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ay," panggil Arvin, "boleh aku tanya sesuatu?"

"Tanyakan saja." Zoya mengurai rangkulan ibu tirinya.

"Apa alasanmu mau menikah denganku?"

Semua orang yang ada di ruang perawatan Arsyad menatap Arvin. Jelas-jelas Zoya menerima pernikahannya dengan Arvin, hanya karena ingin memenuhi permintaan ayahnya. Lalu, mengapa harus dipertanyakan lagi.

"Kenapa? Bukankah kamu tahu pasti apa alasanku menerima pernikahan ini."

Arvin menarik garis bibirnya, lalu menatap Noval. "Aku tahu alasanmu menodai Zoya. Sekarang, Zoya sudah mengatakan yang sebenarnya, meskipun aku sudah tahu sebelum itu. Kalau niatmu adalah untuk menguasai seluruh aset Pak Arsyad, maka langkahi mayatku dulu. Aku akan selalu ada di garda terdepan untuk melindungi beliau dan Zoya, termasuk jika ada orang lain yang berniat jahat juga." Tatapan lelaki itu kini mengarah pada Sekar.

"Aku sudah merekam semua ancamanmu dan akan segera melaporkan semua ini pada pihak berwajib. Aku juga sudah mengumpulkan semua bukti tentang pemerasan yang kamu lakukan pada Pak Arsyad dan Zoya termasuk pengancaman yang mengakibatkan beliau masuk rumah sakit." Kembali, Arvin melirik Sekar setelah mengatakan semua itu pada Noval.

Arsyad sendiri sudah tertidur setelah ada perawat yang menyuntikkan obat melalui infusnya. Zoya sendiri cuma bisa terdiam menyaksikan semua kelakuan Arvin di depan matanya. Sekar mulai bergerak gelisah saat menantunya itu menatapnya tajam.

Tanpa kata, Noval pergi meninggalkan mereka semua. Entah takut akan ancaman Arvin atau apa, lelaki itu tak lagi bergerak memberontak.

Sepeninggal Noval, Arvin mengajak Zoya untuk pulang. "Kami harus kembali ke rumah, Bu. Ada kerjaan yang harus kami selesaikan," pamit Arvin pada Sekar.

"Iya, pergilah," ucap Sekar gugup.

Tidak ada perbincangan apa pun yang terjadi antara Zoya dengan Arvin hingga lelaki itu menghentikan kendaraan sang istri di sebuah restoran.

"Kita makan dulu, ya. Kamu belum sempat makan siang. Walau terlambat nggak papa, biar kamu nggak sakit." Arvin segera turun dan berlari untuk membukakan  pintu sang istri.

"Terim kasih," ucap Zoya.

"Sama-sama, Sayang," jawab Arvin bahkan tangannya dengan berani menelusup ke sela-sela jemari Zoya.

Wajah perempuan berambut melebihi bahu itu terasa terbakar saat ini. Zoya tak lagi bisa berkata-kata bahkan ketika sang suami sudah menyeretkan kursi untuknya. Dia cuma diam menuruti apa yang dilakukan Arvin.

Setelah Arvin memesan makanan barulah dia kembali  menatap sang istri sambil menangkupkan tangannya. "Terima kasih sudah menceritakan semua hal terpahit yang kamu alami tadi."

Mengangkat kepalanya, Zoya menatap Arvin. "Kamu yakin akan meneruskan pernikahan ini?"

"Insya Allah, yakin seratus persen. Kenapa? Apa kamu meragukanku?"

"Aku rasa, setelah keadaan Ayah membaik, kita bisa bercerai, Vin. Aku nggak mau kamu terbebani dengan pernikahan ini. Jelas di antara kita nggak pernah ada rasa cinta."

"Jangan mengambil hipotesamu sendiri," sahut Arvin, "Ay, apakah aku nggak pernah sedikit pun ada di hatimu?"

*****

Banyuwangi, 28 September 2024

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top