8. Berbagi Suami
Aku terbangun dengan nyeri di sekujur tubuh. Kakiku sakit karena aku tidak berganti posisi saat tertidur. Terus menekuk hingga pagi. Aku menggeliat dan mataku menyadari ini bukan kamarku. Seketika aku terduduk, nyeri di kepala datang menghantam.
***
“Eh, Mbak Rista. Pagi, Mbak.”
Setelah pertemuan pertama itu, kami belum pernah bertemu kembali. Aku mencoba mencairkan suasana dan bersikap ceria seperti diriku sendiri. Tak pantas rasanya jika aku menunjukkan rasa cemburuku sedangkan dia lebih sakit dari pada aku.
“Pagi juga, Saila. Kamu udah bangun?” Aku tahu dia menatapku lekat. Sesekali aku menoleh dan tersenyum.
“Udah biasa bangun pagi, Mbak.”
Ingin rasanya aku bertanya apakah suami kita sudah bangun. Tapi hatiku terasa seperti dicubit bila mengingat bagaimana suara Mas Ardi semalam di kamar Mbak Rista.
“Oh. Ehm... Kamu masak apa?” Mbak Rista mendekat, dia berdiri di sampingku.
“Hanya ayam goreng dan sayur sop, Mbak.” Aku baru menyadari kalau rambut Mbak Rista masih basah. Kepalaku tiba-tiba berdenyut, bayangan semalam terus menari-nari di kepalaku.
Aku yang jadi pengantin, tapi dia yang...
Ah, aku mengerjap berulang kali. Mengusir gambar-gambar gila di otakku.
“Sini kubantu.”
Mbak Rista merebut spatula di tanganku. Dia mengambil alih menggoreng ayam. Mau tak mau aku meneruskan mengiris sayur.
Seperti semalam, dia mengambil alih suamiku.
Seenaknya sendiri.
Aku tidak sanggup membayangkan apa yang tengah mereka lakukan.
Saling melepas kah?
Atau saling memeluk rindu?
Atau Mbak Rista yang menangis di dada Mas Ardi lalu Mas Ardi memeluknya dan memberikan kecupan-kecupan penenang?
Lalu mereka saling menatap.
Saling mendekatkan wajah, dan...
***
Yang masih pengen, tahu bagaimana 'bahagianya' Saila, bisa pindah ke sebelah, yuk.
Baca selengkapnya di KBMAps, ya teman-teman.
Insya Allah bakal posting sampai tamat.
Terima kasih semuanya.
Salam
Vita
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top