3.

Paginya.

Masih dalam masa kegalauan yang berkepanjangan. Setelah bangun pagi pagi Zon kini nongkrong didepan komputernya. Semalam gak sempet, keburu ngantuk.

Klik.


Zon mulai kepo tentang apa yang diucapkannya sendiri dan tentang cinta yang akhirnya didukung oleh kedua orangtuanya.

Zon makin gila, jemarinya terus menari diatas keyboard yang ada didepannya dan sampailah pada titik.

"Omg.........."Zon syok dan buru buru menutup matanya. Tapi tetap saja rasa penasaran itu membuatnya harus menelan ludahnya sendiri.

"Mamah.....kak Zon nonton porno pagi pagi." Pekik Zol tiba tiba membuat Zon buru buru menutup mulut adiknya itu. Dia kaget darimana asal adiknya main masuk tanpa permisi itu.

"Yak, apa yang kamu lakukan. Dasar lemes." Zon kesal dengan adiknya yang punya mulut ember itu dan kini sang adik malah meledeknya dengan menjulur julurkan lidahnya hendak ngadu kemamah.

"Ye...ye....ye, kak Zon ketahuan pagi pagi ngecoli dikamar....o....o...."Zol masih asik ngeledek kakaknya itu dan yang diledekkpun sudah ngambil gelas berisi air disampingnya untuk diguyur pada adiknya.

"Stop!!!!"Sang adik menginterupsi. Zon langsung berhenti dari niat jahatnya.

"Udahlah kak gak usah malu, mamah juga gak marah. Yey.....kakak ketahuan......!"Dan kini Zol buru buru keluar dari kamar Zon karena takut itu gelas bakal mendarat dikepalanya.

Tapi, urusan Zol belum kelar. Tadinya dia masuk kekamar Zon karena disuruh sang mamah. Dan kini zol kembali lagi. Dan kini Zol berniat mengerjai sang kakak yang baperan itu.

"Apa!!!!"Zon siap ngelempar itu gelasnya tahu adiknya kembali.

"Ada kak Saifah didepan. Cepat turun gih."Zol kini berkedip meledek kembali dan buru buru menutup pintu kamar Zon.

"Saifah.....kenapa juga pagi pagi kesini. Arghhhhhh."Zon prustasi dan kini mengambil tasnya dan bergegas turun.

Sumpah Zon ingin sekali minggat dari negeri sejagat ini dan bikin rumah di bulan. Setelah mendengar kalau Saifah ada didepan.

Menjemputnya?

Urusannya apa coba?

.......

"Zon nyari apa?"Mamah bingung karena Zon tiba tiba menyelidik disetiap inci rumah bahkan dikolong meja.

"Kata Zol, Saifah......"Zon langsung diam, nyatanya dia ditipu adiknya yang rese itu. Cuman Zon koneknya agak lama. Kalaupun Saifah ada, dilihat dari lantai dua pun pasti kelihatan, Zon sok sibuk. Sampe wajib nyari nyari sampai ditempat tersembunyi kayak gitu, jadi ketahuan kan.

"Tuch kan mah, kak Zon itu ada rasa sama kak Saifah cuman gengsi aja."Zol senyum senyum ngerasa menang dan disini Zon merasa teraniaya.

"Zon gak usah pasang wajah melas itu."Papah jadi ikut ikutan.

"Zol....berhenti menggoda Zon."Zee sang kakak tertua kini menyuruh adiknya berhenti menggoda Zon dan duduk anteng buat sarapan. Karena Zee tahu tadi Zol emang bilang kalau ada Saifah.

"Kalian gak apa apa dengan pilihan Zon?"Tanya Zon lagi kiranya semalam mamah dan papahnya lagi gak mau debat dan pagi ini dia bakal dihajar habis habisan kayak disinetron yang baru dilihatnya pagi tadi untuk cinta yang gak direstui.

Dan kini nyatanya Zon mendapatkan senyuman setuju dari semua anggota keluarganya. Biasanya orang akan bahagia setelah mendapat persetujuam atas permintaan ekstream ini tapi Zon malah kayak mati rasa.

"Apa tugasmu sudah selesai?"Tanya Zee. Karna tahu semalam semuanya kacau. Dan terakhir Zon dan Elma tidak berkomunikasi dengan baik tentang tugas mereka.

"Ah....anu...."Zon kumat untuk jalan jalan dulu sebelum menjawab pertanyaan. Emang soal tugas itu hanya tipu daya muslihat.

"Mamah kira Saifah satu fakultas denganmu. Jadi mamah mau tanya kenapa Zon bohong dan semalam mau menginap dirumahnya Saifah dan mengerjakan tugas besamanya."Mamah kepoan.

"Mamah kok tahu?"Zon cengo. Niat cuman bikin Elma syok tapi disini dia sendiri yang bakal kena serangan jantung.

"Zol yang bilang."Ucap Mamah polos tanpa berfikir panjang kalau Zol bakal dibully Zon setelahnya.

Omg, Zon makin prustasi.

"Mah, bisakah mamah gak kepo sebegitunya. Ini gak ada kaitannya dengan Saifah!" Zon masih dengan alesannya. Maunya Zon semuanya ngikut tipuannya saja, kalau semalam dia beneran bakal ngerjain tugas sama Saifah. Pura pura gak tahu gitu. Padahal udah jelas buktinya.

"Ehem.... Jadi sudah berapa kali kamu menginap dirumah Saifah tanpa sepengetahuan mamah dan papah dengan alasan konyol yang papah dan mamah mungkin kecolongan." Papah menginterogasi.

Aha, makin kacau kan. Baru semalam itupun gak jadi udah dituduh yang iya iya.

"Zon kamu belum melakukannya kan?"Bisik Zee yang kini Zon tiba tiba mau muntah.

"Mah bungkus saja sarapan Zon. Zon lupa harus berangkat lebih awal."Zon ogah jawab pertanyaan Zee dan ingin kabur saja.

"Zon..... "Papah gak suka dengan sikap Zon yang hendak melarikan diri itu.

"Kali ini aja pah. Sumpah jangan kaitkan dengan Saifah ok."Zon memohon dan kini berpamitan setelah membawa kotak sarapannya.

.......

Dijalan.

Zon itu kalau berangkat ngampus pasti bareng sama papahnya dan Zol kalau Zee memang ada mobil sendiri. Tapi karena dia berniat berangkat lebih awal jadi Zon harus jalan kaki sampai halte depan. Atau manggil taxi harus sampai jalan utama.

"Gini amat ya kalau gak bisa goes sepeda, gak dibolehin naik motor, bahkan gak diajarin mengemudi mobil."Gerutu Zon tiba tiba kala dia ketinggalan bus dan gak berhasil ngejar dan kini harus sabar nunggu taxi free di pagi hari yang jelas susah lewat didepannya. Pagi yang sibuk gaes.

Singkat cerita, sobat kita ini si Zon pernah belajar naik sepeda. Untuk pertama dan terakhir kalinya dia trauma karena nyungsep di got. Dan pada akhirnya diapun belajar naik motor aja. Bagusnya itu sedikit mudah, alhasil dia berhasil cuman? Dia harus berakhir dikantor polisi karena nabrak kebon tetangga. Dan untuk mobil, fix papah gak ijinin. Zon gak bisa bedain rem dan gas padahal udah dijelasin panjang kali lebar sama dengan lingkaran yang berakhir menggelinding.

Tit

Tit

Mobil baru, baunya aja masih semriwing.

"Zon...."Saifah memanggil sambil membuka kaca mobilnya.

"Apa!!!"Zon gak suka Saifah yang nongol. Dia maunya Mew yang nongol bawa mobil atau Pavel yang bawa motor paling enggak Perth yang bawa sepeda gitu. Ups.........Zon spontan nepuk pipinya khilap. Dia syok dengan imajinasi konyol itu.

"Masuk, nanti telat."Saifah ikhlas memberi tumpangam. Untuk kali ini gak perlu gengsi. Zon harus sampai kampus dengan Selamat.

Zon duduk anteng. Bernafas perlahan sembari memikirkan acara selanjutnya.

Saifah mulai mengemudikan mobilnya.

Senyap.

Kodoknya pensiun.

Jangkriknya lagi mudik.

"Mobil baru, tajir kamu?"Zon mulai percakapan. Andai dia gak bego bawa mobil pasti untuk ulangtahun berikutnya dia bakal minta mobil ke papahnya.

"Eh ..."Jawab Saifah malas. Motto Saifah menghadapi Zon adalah irit ngomong. Karena Zon suka gagal konek.

Krucuk, perut Zon minta diisi itu.

"Boleh aku sarapan dimobil?"Tanya Zon karena perutnya gak bisa terlambat dikasih makan. Semalam dia gak sempat makan.

"Iya." Saifah masih fokus dengan jalanya.

"Apa kamu sudah sarapan?"Tanya Zon. Gak enak makan sendiri di mobil orang.

"Aku tidak suka mengisi perutku dipagi hari. Jadi nikmati sarapanmu!" Saifah masih terus fokus mengemudi takut kejadian semalam terulang. Bukan karna mobilnya yang rusak tapi gengsi aja. Insiden yang kayak semalam itu gak ada ansuransimya. Karena itu sama juga ketololan yang hakiki. Dan jelas orangtuanya jadi memberondong pertanyaan yang enggak enggak. Sperti "Apakan Saifah mabuk?"

"Zon, mamahmu nenelponku tadi malam" Curhat Saifah.

"Iya." Zon masih bersabar mengunyah sarapannya.

"Beliau nitip kamu ke aku." Saifah terlihat tenang tanpa beban. Wajahnya datar no ekspresi dan seperti dia sengaja membuat Zon kelimpungan sendiri.

"Uhuk...."Zon keselek sendok. Sumpah itu sakit.

"Minum minum."Saifah sibuk nyariin minum untuk Zon dan didada Zon sudah mulai kesakitan.

"Mamah rese!!"Gerutu Zon setelah dia berhasil meminum air yang baru diberikan Saifah.

"Apa?"Saifah kayak salah denger gitu.

"Abaikan!!'Zon malas membahasnya. Dikira dia bayi apa main dititipin. Dan dititipinnya sama orang yang enggak banget menurut Zon.

"Jadi?"Saifah sangat suka menggoda Zon. Kalo ini tatapannya langsung tertuju pada mata Zon. Dan Zon langsung kelimpungan mencari alasan untuk memalingkan wajahnya.

"Gak ada jadi. Kita gak akrab ok. Dan untuk mamah jangan dibawa ke otak nanti halusinasi."Zon melengos tapi semua yang dihadapannya menjadi zona homo. Alias Zon parnoan.

"Zon......" Pangil Saifah karena terlihat Zon mulai pucat. Tapi Zon gak nyaut.

Zon mulai fokus pada dua orag pemuda yang naik motor yang berhenti didepannya sambil menempel bak perangko di lampu merah.

"Mereka sahabatan, saling ngasi tumpangan kayak Saifah ke aku. Soal namplok hanya takut jatoh." Guman Zon mencoba tenang.

Tiba tiba bulu kuduknya berdiri dan itu membuat kupu kupu menari didalam perutnya.

"Zon...apa kamu baik baik saja?"Saifah bertanya lagi. Zon hanya diam tanla respon dan itu membuatnya takut

Dan satu lagi, dia juga sempat melihat ada pria menggandeng pria lain untuk menyeberang. Woi, ini depan umum.....!!!

"Anggaplah seperti mamah gandeng aku pas TK dulu."Zon lagi membuat pemikiran yang positif.

"Zon......" Saifah mulai gusar. Zon mengeluarkan keringat dingin.

"Fah........." Zon akhirnya sadar dan memanggil nama Saifah dan membuat Saifah senang akhirnya Zon respon juga.

"Iya......." Balas Saifah.

"Aku ingan muntah." Zon langsung memegang mulutnya dengan kedua tangannya.

"Yak....yak.......ini mobil baru!" Saifah jejeritan panik.

....

Tbc

Abaikan typo.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top