17.
Di kamar lain.
Papah Saifah tengah menyilangkan tangannya dan menatap mata puteranya tajam. Beliau tak habis pikir dengan kelakuan puteranya. Udah belok mau belokin anak orang. Itu gak baik buat masa depan anak oranglain terlebih papah Saifah juga sempat bertelpon dengan mamah Zon yang sangat sayang kepada puteraanya.
"Mamah dan Mei gak usah belain Saifah, kalau samapi papah dengar satu kata keluar dari mulut kalian siap siap saja atm itu serta semua fasilitas papah ambil!!"Ancam sang papah dan kini kedua wanita itu memilih keluar kamar Saifah sambil melambaikan tangan perdamaian kepada Saifah karena lebih sayang atm itu dengan Saifah.
"Kamu pasti bisa melewatinya.
Gambatte Sai...!!!"Seru sang mmah tiri menyemangati Saifah dari jauh sebelum benar benar meninggalkan kamar.
"Gambatte!"Disusul Mei yang juga ikut keluar. Tak lupa memberi kekuatan pada sang adik agar bisa membuat alasan akurat biar lolos dari sang papah.
Saifah diam sembari menahan rasa sakitnya. Dia belum pulih total dan suntikan dari dokter yang baru dipanggil sang papah belum sepenuhnya bereaksi.
"Sakit....?"Tanya sang papah melihat puteranya pucat.
"......."Saifah mengangguk pasrah karena itu beneran sangat sakit. Luka baru itu kembali terbuka.
"Lebih sakit mana dari hati papah setelah tahu anak papah mengecewakan papah!!"Teriak sang papah sembari memijit pelipisnya. Beliau mumet kuadrat untuk menghadapi putera satu satunya itu.
"Maafin Saifah pah, Saifah tahu pasti papah gak setuju jadi Saifah memilih untuk bohong."Saifah bersuara dan kini dia gemetar takut kalau dia bakal dipisah dari Zon.
"Siapa bilang papah gak setuju."Papah membalas dan kemudian diam kembali.
"Jadi papah setuju. Aih.... Tahu gini Saifah gak perlu terluka."Gerutu Saifah mendapati dirinya babak belur penuh luka karena ulahnya sendiri. Tahu gini kan bilang dari kemarin suruh nikahin langsung saja.
"Ya....tadinya, tapi papah kini akan benar benar menolak pilihan Saifah."Papah menyilangkan tangannya kembali sembari menatap mata Saifah murka.
"Pah....Saifah suka Zon sangat suka jangan begini pah, Saifah sudah mengaku. Pah....." Saifah meronta, meminta agar sang papah setuju saja gak usah bilang gak setuju.
"Tapi Zon tidak mengakuimu. Bagaimana bisa kamu dengan percaya diri bilang dia pacarmu!!"Papah meninggikan suaranya. Miris, cinta anakknya nyatanya bertepuk sebelah tangan.
"Mungkin Zon belum siap punya papah mertua yang galak."Keluh Saifah dan kini menuding papahnya membuat Zon punya jawaban ambigu kemarin.
"Sai.....ini serius, papah gak suka kamu memaksakan cintamu dan belokin anak orang!!'Tunjuk papah kesal beliau gak kuat bila harus melihat puteranya patah hati kelak kalau kalau Zon milih seorang gadis.
"Zon belok pah, cuman dia aja gak ngerti. Butuh waktu agar Zon mengerti jadi papah juga harus bolehin Saifah tinggal di Thailand. Jagain Zonnya agar gak kegoda perempuan lain." Cengir Saifah.
"Ha....ha...ha...."Tiba tiba papah tertawa, beliau teringat dengan anak mua yang jadi korban percobaan penculikan tapi gak ngerti sama sekali.
"Serius kamu menyukai anak muda itu?"Papah terdiam lalu bersuara lagi. Kali ini pertanyaannnya sungguh butuh jawaban segera.
"Iya Saifah sangat menyukainya, sangat!!"Ucap Saifah lantang.
"Baiklah, besok papah bicara dengan orangtua Zon papah akan lamar dia untukmu." Papah serius dan Saifah hanya bisa melongo ria.
Sial.
"......."Saifah cengo, gak harus langsung nikah kaliiiiiii.
"Pah..."Saifah syok berat.
"Ini keputusan papah, kalau gak mau Saifah tinggal di Jepang dan lupakan Thailand beserta isinya."Ancam sang papah lalu meningalkan kamar Saifah. Dan kini Saifah hanya bisa bernafas panjang antara sedih, senang, haru bercampur jadi satu.
"Terus kukasih makan apa coba Zonnya."Saifah bingung dengan keputusan papahnya yang tiba tiba. Gak ada target pacaran tapi langsung nikah aja. Dan Saifah lagi berfikir keras, dia masih harus berjuang untuk Zon yang lelet itu. Bahkan Saifah belum merencanakan masa depannya, belom mulai magang, belum lulus kuliah, dan belum menghasilkan uang juga. Ya kali nebeng orangtua mulu gak berkah buat rumahtanggga. Tapi.........?
"Papahku memang kaya."Cengir Saifah menghibur dirinya sendiri.
.....
....
Zzzzzt
Tiba tiba Saifah merasa ada seseorang yang menempel padanya
"Apa aku membangunkanmu?"Tanya Zon polos. Tidur aja belum itu si Saifahnya.
"Tidak, aku senang kamu disini."Dengan berat Saifah berusaha untuk tak tidur. Mengecup kening Zon pelan.
"Maaf untuk kemarin Zon belum siap."Zon bersuara. Mendongakkan wajahnya kearah Saifah.
"Hmmmmm, tapi Zon harus siap untuk besok."Saifah memainkan rambut Zon.
"Pulang ke Thailand?"Zon semangat, tapi bukan itu masalahnya.
"Besok kita nikah."Ucap Saifah langsung tidur. Dia sudah tak sadarkan diri. Efek obatnya baru saja bekerja.
"Saifah bangun. Sialan kamu....Fah.....bangun....Saifah.....!!!" Zon berusaha membangunkan Saifah tapi Saifah sudah naik pesawat ekspres ke Disneyland.
Tbc.
Hahaha....
Sudah nunggu lama tapi.....? Aneh
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top