13.

Jepang.

Saifah menerjapkan matanya. Tangannya mulai bergerak dan tubuhnya kini mulai ia renggangkan. Setelah harus jatuh dari ketinggian untungnya nyawanya gak ikut ilang.

"Udah bangun?"Tanya Mei ketus. Nyatanya yang standby nunggu dari kemarin itu sang kakak.

"Kenapa ketus gitu. Sakit tahu...."Saifah minta pertolongan agar sang kakak membantunya duduk. Sumpah seluruh tubuhnya sakit.

"Tanaman mamah rusak, tanggung jawab lho."Mei masih terus berbicara dan tak mengindahkan Saifah yang terus mengeluh sakit.

"Tau gak itu korden kesayangan mamah juga. Mahal....."Masih dengan kata kata cerewetnya.

"Iya iya, boleh pinjam telpon?"Saifah langsung nodong sang kakak.

"Gak boleh...."Sang kakak menggelengkan kepalanya. Dia gak mau kasih pinjam telponnya nanti diapun kena semprot sang papah.

"Ayolah, papah gak ada. Mamah pun sama."Saifah memasang muka melas. Dan masih saja terus merengek minta hibah.

"Ya ampun.....terus saja keluarin jurus melasmu sampai kapan kamu bertahan." Cibir sang kakak sembari menyilangkan tangannya. Keduanya sangat akrab bahkan sangking akrabnya keduanya pun juga sering bertengkar.

"Yak......"Akirnya Saifah gak tahan, itu bukan gayanya harus akting jadi anak tiri yang teraniaya. Terlihat sikap sang papah itu nurun di Saifah. Rada kasar dan suka sekali berteriak.

"Apa kamu juga sering berteriak didepan pacarmu?'Tanya sang kakak curiga takut kalau yang disukai Saifah itu tertekan. Tapi yang ada malah sebaliknya. Zon yang menguasai Saifah.

"Siapa juga yang punya pacar."Saifah masih berusaha menutupinya dia kini masih berusaha meminjam telpon.

"Aih..... Sai terus aja bersembunyi. Biar jadi kacang."Sang kakak kini tengah membuka kode sandi ponselnya.

"Kenapa jadi kacang?"Tanya Sudah bego.

"Taulah, Yuri udah cerita ke papah. Tinggal keputusanmu. Menyusahkan saja. Bahkan papah......"Gerutu Mei.

Saifah mendengarnya langsung pucat. Nyatanya cepat sekali keluarganya mendengar berita itu.

"Bahkan apa?......arghhhhhhhh, Yuri.........'Saifah kesal karena tahu Yuri akhirnya ember.

"Jangan salahkan Yuri, dia itu kasihan sama kamu. Karena otakmu juga kamu gadein hanya untuk cinta konyol itu .'Cibir Mei kembali dimana Saifah milih terjun bebas tanpa pertimbangan apapun..

"Cinta konyol. Apaan coba."Saifah malas berdebat dan diapun juga belum mau mengaku.

"Dimana adikku yang pintar itu. Udah tahu itu korden tipis banget main meluncur kebawah. Untung dibawah bukan beton."Bersyukur sang adik tidak apa apa. Cuman tangan kabarnya harus digips serta kakinya. Paling lama harus melewati satu bulan terapi. Darah yang mengucur kemarin karena kepala Saifah terbentur oleh pot bunga.

"Belajar jadi spiderman."Cengir Saifah dengan mata tinggal segaris.

'BAKA!!!"Mei kini meninggalkan adiknya tetapi dia juga meninggalkan ponselnya. Kasihan lama lama.

"Terimakasih kak...." Cengir Saifah dan kini dia langsung mengetik nomer ponsel Zon.

Maaf nomer yang ada hubungi sedang tidak aktip. Coba beberapa saat lagi.

Panik, yach siapa juga gak khawatir sebab dilihat dari watshap nomer Zon aktif sehari yang lalu. Lalu?

Tak sampai disitu Saifah pun menelpon orangtua Zon. Untung Saifah itu tipe orang yang suka hafal nomer nomer penting.

"Hallo selamat siang tante, ini Saifah."Saifah menghubungi mamah Zon dan disana sang mamah yang masih dengan infus melekat ditangan mengangkat telpon. Belum mendapat jawaban Saifah mendengar isak tangis disana.

"Tante.....tante kenapa menangis?"Tanya Saifah bingung dibalik telpon.

"Fah......Zon hilang di Korea. Zee tengah disana untuk mencarinya. Hiks hiks...." Suara mamah Zon parau beliau terlalu lama menangis.

"Tante....tan......."

Tut

Tut

Tut

Telponnya tiba tiba mati dan itu malah membuat Saifah makin prustasi. Mamah Zon menangis dan mendengar kalau Zonnya ilang di Korea. Haduh.....petaka apa lagi ini?

Saifah pun berusaha menghubungi lagi. Dan kali ini nyatanya yang mengangkat sang papah.

"Hallo paman, bagaimana ceritanya?"Saifah bertanya.

"Maaf tante tadi. Dia masih syok. Zon ilang di Korea, katanya ada study tour kelas ternyata bukan. Dan kini dosen pembimbingnya udah ada dikantor polisi. Dan Fah..... Zon masih belum ketemu." Papah bersuara dengan nada yang pelan. Sepertinya beliau juga kurang tidur akhir akhir ini karena belum mendengar kabar berita Zon ditemukan.

"......a......paman.....a....."Saifah gagu dia bingung dengan apa yang terjadi.

"Sudah dulu ya, tante harus istirahat." Papah Zon kini menutup telpon.

"..........i....iya...."

........

Setelah beberapa saat Mei pun kembali dengan makan siang Saifah. Diapun heran kenapa Saifah tiba tiba pucat dan dalam keadaan sedih.

"Kenapa? Pacarmu ilang sama kucing garong laen."Sang kakak menggoda Saifah karena dia belum tahu situasinya. Yang dia pahami pacar Saifah telah kabur sehingga menyebabkan raut wajah pucat dan sedih untuk adiknya.

"Kak, bisakah kamu membawaku ke Korea?"Tanya Saifah sembari memohon dan kali ini membuat Mei benar benar tak bisa membantah.

"Bagaimana bisa kamu pergi dengan keadaan begini?"Tanya Mei kembali sebab Saifah pun masih harus menggunakan kursinya dan dia belum pulih sepenuhnya.

"Ayolah kak...."Saifah akhirnya meneteskan airmata disitulah sang kakak iba.

"Kenapa dulu, jelaskan ke kakak. Kenapa haru ke Ko......"Belum sempat meneruskan kata katanya Saifah pun memotong.

"Pacarku ilang disana!!"Teriak Saifah prustasi sehingga membuat suara gaduh balik pintu. Sang ibu tiri yang kaget menjatuhkan beberapa baju ganti untuk Saifah. Karena tadinya Mei menelpon Saifah sudah bangun.

"Kita berangkat, Mei kamu pergi menemui dokter apa Saifah boleh pergi."Perintah sang mamah yang peka, beliau juga seorang ibu kalau tahu anaknya menghilang beliau juga akan panik dan kini melihat Saifah yang begitu kacau ibu tirinya tak tega.

"Baik..."Dan kini Mei bergegas menuju keruang dokter Saifah untuk meminta izin.

......

"Terimakasih mah."Sang ibu tiri membantu Saifah bangun dan pindah ke kursi roda. Ibu tiri Saifah juga membantu mengganti baju itu dan diberikannya jaket.

"Papah disana, jadi mamah akan ikut. Kamu pasti tahu kan betapa galaknya papah."Sang ibu tiri tersenyum kearah Saifah. Sembari memberi kejutan kepada Saifah kalau beliau juga ada digarda paling depan untuk membelanya.

"Sekali lagi terimakasih."Saifah tersenyum dan kini kursi rodanya didorong sang ibu tiri.

.......

"Serius ini, Mei gak ikut ikut kalau papah murka Saifah terbang ke Korea."Mei takut dia juga bakal kena semprot sang papah. Lagian dia juga pernah mengalami hal buruk dengan papahnya. Karena seorang pacar kemarin.

"Papah gak akan marah, cuman paling blokir ATM kita bertiga." Ibu tiri Saifah tersenyum pasrah. Karna kalau itu beneran terjadi sudah berasa runtuh itu dunia.

"Aish......"Dan kini Mei bernafas lelah. Sembari membayangkan kalau itu benar. Kartu debit itu ditarik oleh papahnya.

"Bagaimana tentang pacar kakak?"Saifah bertanya. Dia sedikit ragu dan terdengar oleh suara yang ia keluarkan.

"Yang baru atau yang lama." Mei dengan senang hati bercerita.

"........."Diam

"Yang baru, kita akan menikah bulan depan dan papah setuju."Jelas Mei.

"Kalau yang lama.....dia penjara. Hey Sai..... Jangan khawatirkan itu. Papah marah karena ada alesannya. Papah tahu dia itu gak baik dan memanfaatkan saja." Jelas Mei agar Saifah tak begitu khawatir.

"Jadi, siapa pacarmu yang kamu sembunyiin itu?"Tanya Mei kepo dan yang ditanya langsung pura pura tak merespon. Mei pun belum tahu kalau yang disukai Saifah itu seorang pria.

Masih takut untuk bersuara. Yaps, Saifah tahu batasannya. Dan itu sungguh dilema dihatinya. Dia takut kalau bakal dipisah dengan Zon. Walau dia punya 1000 alasan kalau Zon baik tapi......? Hubungannya itu memanglah rumit.

Tbc
Abaikan typo.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top