1.

Membayangkan kembali bagaimana rasa plum itu menempel. Seperti ubur ubur tengah menari diperut. Zon bergidik untuk mengingat kejadian yang tak terduga itu.

Tapi kini Zon malah memutuskan untuk satu mobil dengan Saifah dan pergi menginap. Tentunya dirumah Saifah, sebab dirumah tadi Zon buru buru kabur setelah tahu nyatanya Zee pulang bersama Elma. Pengkhianatan di depan mata itu seperti ngiris bawang. Mata pedih, eh tangan keiris pisau. Perihhhhhhhh.

Mau marah, Zon bukan tipe yang bisa marah marah pada Zee sang kakak yang selalu diidolakan. Jadi Zon memutuskan untuk kabur saja dan meminta ijin kepada mamah dan papahnya untuk menginap. Sedikit memaksa dan bilang banyak tugas. Sebab dirumah Zon juga banyak aturan bahwasanya tidak boleh menginap diluar rumah kalau tidak ada alasan yang tepat, akurat tajam dan terpercaya tentunya dengan bukti bukti yang telah disodorkan dan mendapatkan AAC dari kedua orangtua Zon yang killer itu. Atau pilihan terakhir orangtua Zon rela kalau rumah mereka jadi base camp semua anaknya daripada melihat anak anaknya menginap diluar. Ah, pokoknya orangtua Zon begitulah.

......

Zon menatap Saifah yang tengah mengemudi, lalu berbalik lagi menatap jalan. Lalu beberapa menit kemudian Zon melakukannya lagi dan kali ini? Tatapan maut itu nyatanya tak mendarat mulus.

Mata sipit Saifah menatap mata Zon yang belok itu. Dan akhirnya suara jangkrik pun terdengar. Kodok pun juga ikutan untuk nimbrung diseries ini.

Canggung.

"Lupakan kejadian tadi."Sungguh Saifah ingin mengatakan itu tapi dia urungkan saat dia mendengar pengakuan Zon dan itu sangat mengejutkannya.

"Kamu mencuri ciuman pertamaku!"Celetuk Zon seperti bayi yang baru saja dot minumnya jatuh tanpa isi. Manyun dan seakan meronta ingin lagi. Saifah bingung dan ingin sekali tersenyum saat melihat ekspresi Zon.

"What!!! Are you kidding me. Two month what the hell are you doing. Zon you arggggggggh?. Are you stupid or naive......" Saifah prustasi. Ada bayi yang baru merengek ciuman pertamanya raib melalui bibirnya. Jangan salahkan Saifah, salahkan lantainya yang licin. Ups, tetap saja biang keroknya Zon. Kenapa dia duduk dengan baju basah itu. Tapi tetap saja bubur nya udah basi. Gak ada reka adegan ulang. Parahnya, dua bulan pacaran ngapain aja? Lihat lihatan doang. Gandengan tangan aja Zon enggak pernah. Lugu ma dungu kadang gak jauh beda.

"........."Zon diam. Bukan dia merasa terolok tapi dia bego dan teramat bego dengan bhs. Inggris.  Intinya itu, jadi dia gak bisa jawab Saifah.

"Cccccck."Saifah berdecih kala melihat Zon hanya diam dan seolah mengganti topik kegiatannya. Zon kini tengah mengotak ngatik radio di mobil Saifah.

Klik.

Pergi di hari minggu
Bersama pacar baru
Naik vespa keliling kota
Sampai binaria
Hatiku jadi gembira
Sesampainya disana
Duduk dua duaan
Makan roti buaya
Dengan lagu kita
Kita menari bersama
Dibatang pohon kan ku ukir nama kita
Tanda sayang selalu........



Piknik'72/ naif.

"Naif...."Zon menekankan kata katanya. Saifah menelan ludahnya, dikiranya Zon mulai konek dengan olokkannya tadi. Tapi sebenarnya tidak.

"Ya kamu naif." Saifah sedikit terganggu dan mulai bicara jujur agar Zon mengerti.

"Aih, siaran radionya gak banget. Kenapa harus lagu naif yang muncul di hari yang menyedihkan seperti ini."Lalu Zon memilih mematikan radionya.

"What.....!!"Saifah makin prustasi. Ada anak kucing dungu disampingnya. Nyatanya Zon emang gak konek dari tadi.

"Saifah aku gak bisa bhs inggris jadi stop !!!. Bilang, ngomong, bercakap degan bhs inggris aku gak ngerti." Zon menjelaskan, sedari tadi Saifah ngomong panjang kali lebar dengan bhs inggris Zon gak tahu artinya walau seuprit. Dan parahnya Zon itu paling bego kalau naroh tanda baca disetiap omongannya.

Dan bim salabim.

"......."Saifah bernafas kasar dan masih konsentrasi pada jalannya. Takut tiba tiba serangan jantung.

"Tuch tadi bisa bilang stop. Tau artinya kan?" Saifah mencoba membuat Zon mengerti bahwasanya bhs inggris itu sedikit mudah.

"Berhenti." Jawaban Zon emang benar. Yach, anak TK pun tahu itu.

"Saifah harusnya kamu juga stop. Tadi ada rambu rambunya."Zon menunjuk rambu rambu stop yang dilewatkan Saifah.

Dan....

Greg.....
Mobilnya nyemplung di lubang yang digali.

"Argggggh, Zon!!!!"Saifah hendak mukul Zon tapi apalah daya gak bakal bikin balik itu mobil jadi utuh. Dan kini mobil ditinggal dan menunggu bengkel ngambil. Soalnya mobilnya gak bisa jalan sama sekali.

Apes ya gini.
......

Dan kini terlihat dua mahasiswa terdampar berjalan dipinggir jalanan yang basah.

Ish

Ish

Saifah itu sabar, untung dia sabar kalau enggak mungkin Zon udah dibuang dirawa atau digantung dipohon toge paling banter suruh Ferguso nyelupin di susu oreo. Kesel bukan kepalang hari ini. Niat bantuin tapi apes berkelanjutan.

"Masih inginkan Elma?"Saifah membuka pembicaraan dan memecah kesunyian diantara keduanya sambil menunggu taxi lewat.

"Tapi dia lebih lama dengan Zee."Zon menunduk dan menendang nendang genangan air didepannya. Hmmmm, itu pasti tidak menyakitkan. Coba aja nendang beton pinggir jalan, coba aja.

"Kalau suka perjuangin. Gak ada kata merebut. Tinggal nunggu Elma milih siapa. Hmmmm, kalau kamu cukup berani dan Elma cukup layak untuk dicintai."Nada Saifah sedikit meledek. Dia sangat tahu tabiat Elma itu. Toh, Saifah juga pernah jalan sama Elma saat Elma juga jalan dengan Zee. Bahkan Saifah tahu Zon juga dibegoin Elma.

"Hey Saifah, sejak kapan kita akrab?" Zon kesal dan mulai perkelahian. Walau terluka dia gak mau ada orang yang mengolok Elma.

"Ah....."Saifah berfikir ulang dan tak mau menimpali Zon. Saifah itu sangat tahu tentang Zon, percumah kalau dijelasin Zon gak bakalan ngerti. Mereka satu kampus beda fakultas dan jarang bertemu. Cuman pernah satu sekolah waktu SMA itupun gk akrab akrab banget.

"Taxi...."Zon memanggil taxi dan kini keduanya pun masuk.

.....

Zon pun menimbang tentang apa yang dikatakan Saifah. Diapun berfikir kalau dia tak mendapatkan Elma setidaknya kakaknya juga harus tahu kalau Elma pernah main dibelakangnya. Seperti balas dendam yang menggebu.

Jadi.

Zon meminta taxinya balik arah dan kembali kerumahnya.

"Apa yang akan kamu lakukan Zon?" Tanya Saifah sembari menahan tangan Zon agar tak membuat kegaduhan.

"Memperjuangkan cintaku." Zon semangat.

"Fighting aja lah kalo gitu."Saifah menunggu diluar perlahan memilih berjalan untuk pulang. Dan Zon pun memilih masuk. Saifah tahu, Zon tidak punya cukup nyali untuk itu.

Tapi Saifah mendengar seseorang mengikutinya dari belakang.

"Apalagi Zon?" Tanya Saifah.

"Zon, kita tak ada hubungan ya. Kamu bilang suka padaku dan aku bilang iya. Bukan berarti kita pacaran. Hmmmmm, dan kiranya setelah aku tahu kamu adik Zee jadi cukup sampai disini kita bicara. Aku tak pernah menyukaimu, wanita mana yang akan melihatmu. Pastinya bodoh!!"

Elma.

Zon menunjukkan pesan yang baru dia dapat dari Elma pada Saifah.

"Ha....ha....ha...."Saifah lantas tertawa melihat isi pesan itu tapi nyatanya Zon tidak. Dia sangat marah dan kini menarik tangan Saifah dan masuk kedalam berdua.

"Zon apa ada yang tertinggal?"Tanya mamah.

"Mah .... Pah.......Zon suka pria. Zon tidak pernah ada niat dengan wanita. Cerita Zon kemarin hanya untuk membohongi kalian." Zon lantang memberi pengakuan sembari melirik Elma yang syok, berfikir pantas aja Zon anyep dari kemarin. Zon merasa senang bisa membalas Elma, tapi Zon lupa yang bakal terjadi setelahnya.

Senyap.

Mamah, Papah, Zee, Elma diam menatap Zon tak percaya. Dan hanya Zol disini yang seakan mendukung sang kakak.

"Zon.....masuk kekamar!!"Perintah papah marah.

"Saifah bisakah kamu pulang?!"Mamah mengusir Saifah.

....

Tbc

Abaikan typo.

Saya sudah berusaha.

(Elma kesal, kemarin sudah menggoda Zon untuk melakukan kegiatan yang biasa dilakukan sepasang kekasih nyatanya Zon hanya pasif dan gak cepat tanggap. Elma kesal nyatanya dia salah menggoda pria yang nyatanya homo. Eh, aslinya Zon emang bego.)



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top