Stupid Mistake

[Song : When I Was Your Man]

Althrough it hurts
I'll be the first say that I was wrong
Oh, I know I'm much probably too late
To try and apologize my mistakes

Audio >>>>>

★★★★★

Mari kita bicara soal kegagalan cinta. Mungkin kisah ini akan sedikit menyedihkan, tapi aku percaya kau bisa menangkap maksud terselubung di dalamnya. Kuawali dengan sebuah deskripsi yang patut kalian ketahui sebelum mendengar cerita ini.

Di kampusku tidak ada yang tidak kenal Henry, dia adalah salah satu cowo terganteng seantero kampus. Dia tentunya dikagumi banyak cewe karena tampangnya itu. Selain itu, dia juga dikenal sebagai cowo yang punya nilai cukup tinggi di jurusannya, Pendidikan Matematika. Pokoknya, dia itu ibaratnya seperti pangeran - nya kampus.

Tapi, di satu sisi, dia juga dikenal sebagai cowo player. Para cewe mungkin hanya menganggap ini hanyalah candaan dari para cowo yang iri pada kepopuleran Henry di kalangan cewe, karena Henry memang dikenal ramah di kalangan cewe. Tapi pada kenyataannya, sebenarnya hal ini benar - benar terjadi. Banyak cewe yang disakitinya menyimpan rahasia itu erat - erat karena mereka berharap kalau suatu saat nanti Henry akan kembali padanya. Walau itu sebenarnya tidak akan pernah terjadi.

Sementara itu, di kalangan cowo, ada satu cewe yang dikenal dengan sangat baik. Namanya adalah Ayu. Sesuai dengan namanya, dia adalah seorang gadis cantik berkacamata yang tingginya sekitar 160 sentimeter, berkulit putih bersih, berambut pendek, dan juga sangat tomboi. Kenapa aku bilang tomboi? Karena dia memang sering berteman dengan cowo. Selain itu tindakannya juga gesit, sesuai dengan tubuhnya yang ramping. Apalagi, dia adalah seorang atlet lari jarak menengah, untuk jarak 500 meter.

Karena dia seorang atlet, Ayu mengambil kuliah khusus atlet yang jadwalnya hanya dua kali seminggu, yaitu pada hari Selasa dan Sabtu. Dia mengambil jurusan Pendidikan Kebugaran Jasmani. Calon guru Penjaskes untuk beberapa tahun lagi. Muridnya di masa depan pasti akan merasa beruntung jika punya guru secantik itu. Dan satu hal yang paling membuat para cowo di kampus bahagia adalah : sampai saat ini Ayu belum memiliki kekasih. Tentu kesempatan itu terbuka luas bagi cowo manapun.

Meski jarang kelihatan di kampus, Ayu tetap dikenal baik oleh para cowo di kampus. Sudah cantik, gesit, dan ramah pula. Mana ada cowo yang tidak betah bersama dengannya. Apalagi rupanya Ayu punya kecintaan terhadap sepak bola. Jadilah dia makin klop dengan para cowo.

Nah, coba bayangkan jika seorang player seperti Henry mengejar seorang cewe baik - baik seperti Ayu? Mungkin akan sulit dibayangkan, tapi itulah yang terjadi. Henry berusaha dengan sekuat tenaga untuk mendapatkan hati Ayu. Dan apakah yang terjadi?

Kurasa mudah untuk ditebak. Ya, pada akhirnya, Ayu menerima cinta Henry.

Mereka akhirnya menjalani hubungan yang sangat romantis. Dan aku sangat ingat saat itu banyak cowo dan cewe yang dibuat patah hati karena dua orang yang paling diincar ini telah bersatu. Dan itu bisa dibilang membuat beberapa orang lega karena sepertinya Henry akan awet menjalin hubungan dengan Ayu, dan dia tidak berpotensi untuk selingkuh dan mengulang kebiasaan buruknya.

Hubungan fenomenal ini berjalan selama sekitar tiga bulan, sampai akhirnya Henry kepergok sedang bermesraan dengan Nia, mantan pacarnya.

Kejadian itu berlangsung di depan umum, dan aku merupakan salah satu saksi saat kejadian itu berlangsung. Aku ingat sekali bahwa saat itu Ayu kebetulan memergokinya di hari Senin, saat Henry mengira bahwa Ayu tidak ada di kampus, padahal hari itu kebetulan Ayu mampir ke kampus. Ayu langsung menghampiri Henry saat itu, dan memutuskannya di saat itu juga. Ayu saat itu tidak menangis, tapi dia langsung pergi dengan wajah yang sangat merah. Entah dia marah atau menahan air matanya, aku tidak tau.

Aku ingat persis kejadian itu. Dan kejadian itu terjadi tepat sebulan yang lalu. Kebetulan aku sedang duduk di meja yang berdekatan dengan Henry saat di kantin.

Dan sampai saat ini, kisah itu sepertinya berakhir sampai disitu saja.

Tapi tentu ada alasannya kenapa aku tiba - tiba menceritakan soal ini.

Tanya kenapa?

Karena hari ini, baru saja aku keluar dari kelas, aku melihat Henry berada di depanku. Dia menatapku tajam, sementara itu aku hanya bisa terdiam sambil mengembangkan berbagai spekulasi dalam kepalaku akan alasannya kenapa mencariku.

"Kamu Andrian kan?" Tanya Henry.

"Umm... ya. Ada apa ya?" Sahutku, sambil bertanya kembali.

"Ikut aku, sekarang."

Tanpa basa - basi, Henry langsung menarik lenganku. Aku hanya bisa pasrah dan mengikutinya. Rupanya, dia membawaku ke ruang hijau yang ada di samping kampus. Dan kami duduk di sebuah bangku yang ada di sana, sambil aku menunggunya untuk menjelaskan semuanya.

Dia menatapku dengan tajam dan serius, sementara itu aku hanya bisa balas menatapnya. Kuharap, dia tidak melakukan sesuatu yang aneh. Apalagi dari tatapan seriusnya itu. Jangan bilang kalau dia... mau menyatakan cinta? Oh tidak, jangan! Jangan bilang kalau dia sudah berubah haluan menjadi pecinta sesama karena saking bosannya dia dengan cewe! Oke, dia boleh belok, tapi jangan jadikan aku sebagai korbannya! Aku masih normal!

Oke, aku mulai ngelantur. Nggak mungkin lah dia seperti itu! Pasti ada hal penting yang ingin dia sampaikan padaku.

"Jadi, apa kau tau kenapa aku membawamu kesini?" Ujar Henry, membuka pembicaraan kami.

Aku hanya menggeleng pelan untuk menanggapinya.

"Well, ini masalah Ayu." Lanjut Henry.

"Ayu? Tapi... aku tidak ada hubungan apa - apa dengannya." Sahutku.

"Tapi kamu melihat kejadian waktu itu kan? Saat Ayu... memutuskanku?"

"Emm... ya."

"Nah, karena dari semua saksi yang melihat kejadian itu sepertinya banyak yang mengira aku hanya mempermainkan perasaan Ayu, kurasa cuma kamu yang tidak berpikir seperti itu."

"Yah... kurasa kamu hanya "tidak sengaja" bersama dengan Nia. Karena aku melihatmu mengejar Ayu setelahnya. Toh kamu kan melakukannya karena kamu mengira kalau Ayu tidak ada di kampus."

"Memang. Jadi, sepertinya aku bisa ceritakan apa yang sebenarnya padamu."

"Eh? Jadi ada cerita di balik itu semua?"

"Ya. Karena kurasa, cuma kamu satu - satunya orang yang bisa kupercayai untuk mendengar kisah ini. Aku yakin, kalau aku mengisahkannya pada orang lain, mereka pasti hanya akan menertawakannya. Intinya, mereka tidak akan percaya pada ceritaku."

"Tenang saja, aku percaya. Kamu bisa ceritakan semuanya padaku."

Henry menarik nafasnya, dan dia mengisahkan sebuah cerita yang cukup mengejutkan bagiku.

Sudah diketahui bahwa Henry sebelumnya sempat mengejar Ayu. Nah, jadi ternyata, awalnya mereka bertemu karena pada suatu hari mereka berdua bersenggolan. Sejak saat itu, Henry mulai merasakan ada suatu hal yang aneh dalam dirinya. Dan dia menyadari bahwa dia sebenarnya jatuh cinta pada Ayu. Melihat pribadi Ayu yang berbeda, Henry dibuatnya semakin tertarik. Dan semenjak saat itu, Henry bertekad untuk mengejar Ayu dan meninggalkan kebiasaan lamanya sebagai player.

Henry terus berusaha untuk mendapatkan hati Ayu. Dan sepertinya gadis itu juga mulai merasakan getaran yang sama dengan Henry. Setelah cukup lama Henry berusaha, dia memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya pada Ayu. Singkat kata, Ayu menerima Henry.

Hubungan mereka berlangsung dengan sangat romantis. Seperti, saat Henry selalu mengantar dan menjemput Ayu baik saat dia kuliah atau latihan di klubnya, menonton pertandingan sepak bola bersama, dan menonton saat Ayu bertanding pada kejuaraan dua bulan yang lalu.

Tapi semua berubah, semenjak Nia kembali ke kehidupan Henry.

Ternyata, Nia sebenarnya adalah cinta pertama Henry. Dan dari sinilah sebenarnya asal dari sifat player yang dimiliki oleh Henry.

Dulu, sebelum Henry berubah jadi player, dia hanya mencintai Nia seorang. Dia hanya memikirkan Nia, dan dia berusaha untuk mendapatkan hatinya dengan sekuat tenaga. Datanglah saat dimana Henry menyatakan perasaannya pada Nia. Dan apa yang dia dapat?

Hanyalah sebuah penolakan yang pahit. Kalau cuma penolakan kurasa tidak apa. Tapi ada satu perkataan pahit dari Nia yang sampai saat ini masih membekas di hati Henry, yaitu : "Aku lebih menyukai pria yang tidak pemalu dan juga keren."

Setelah mengatakan itu, Nia langsung pergi. Dan beberapa hari kemudian, dia telah pacaran dengan seorang pria yang lumayan populer di SMA tempat Henry dulu bersekolah.

Kejadian itu memang sudah lama, yaitu saat Henry masih kelas 3 SMA, tapi rasa sakitnya bisa dibilang masih membekas sampai sekarang. Dan semenjak kejadian itu, Henry berubah jadi sosok yang dikagumi orang. Bersamaan dengan itulah, sifat playernya muncul.

Dan sebulan lalu, Nia kembali muncul di kehidupan Henry. Dia meminta agar Henry kembali padanya. Wanita itu mengatakan bahwa dia menyesal karena telah menolak Henry dulu. Dan Nia mengatakan bahwa sebenarnya dia mencintai Henry.

Akhirnya, mereka menjalin hubungan terlarang selama beberapa hari. Sampai akhirnya terjadilah kejadian saat Ayu memutuskan Henry.

Saat itu, sebenarnya Henry sangat ingin mengejar Ayu, tapi di belakangnya, Nia menyusulnya dan menahannya agar tidak mengejar Ayu. Padahal, saat itu Henry ingin sekali menjelaskan semuanya pada Ayu.

Tapi dia tidak pernah bisa menjelaskannya pada Ayu. Karena Nia selalu bersamanya, dan tidak pernah lepas dari sisinya.

Henry dilema. Dia memang masih mencintai Nia, dan dia senang kalau wanita itu kini sudah bersamanya. Tapi di satu sisi, Henry merasa menyesal karena telah menyakiti Ayu. Apalagi Ayu telah memberinya motivasi untuk mengubah sifatnya yang kurang baik. Karena saat bersama Ayu dia telah merasakan apa itu yang disebut dengan kebahagiaan.

Dia telah mencoba menghubungi Ayu, tapi selalu tidak dijawab. Henry sepertinya sudah benar - benar tidak diterima lagi oleh Ayu.

Di saat itulah, Henry memutuskan untuk kembali pada Nia.

Selama sebulan, hubungannya dengan Nia berjalan dengan baik. Tapi, itu semua hanya berlangsung sampai minggu lalu.

Tepat minggu lalu, Henry melihat Nia sedang bersama pria lain. Dan rupanya, selama ini Henry hanya digunakan untuk membuat mantan Nia cemburu. Dan setelah mantannya itu pergi, dia menerima pria lain yang ditemui Henry itu sebagai pacarnya.

Satu hal yang menyakitkan bagi Henry, saat itu rupanya Nia mengakui kalau sebenarnya dia tidak pernah mencintai Henry. Dia hanya menggunakan pria itu sebagai alat untuk mencapai apa yang dia inginkan.

Sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Mungkin pepatah kuno ini pas sekali untuk menggambarkan bagaimana perasaan Henry. Nia kini telah pergi, dan Ayu sampai saat ini tidak bisa di hubungi.

Dan kini Henry ingin kembali pada Ayu. Karena dia tau kalau perasaan Ayu tulus padanya. Begitu pula perasaannya yang sebenarnya tidak mau kehilangan Ayu. Dia tau kalau keegoisannya yang membuat dirinya begini. Dia egois, karenan hanya memikirkan perasaannya. Dan kini dia telah menerima rasa sakit yang berlipat karena keegoisannya sendiri.

"Hidupku jadi berantakan selama dua minggu ini, Ndri. Aku rasa, satu - satunya cara agar aku bisa hidup normal lagi adalah mendapatkan maaf dari Ayu." Ujar Henry, mengakhiri kisahnya.

"Hmm... berat juga ya? Aku tidak pernah merasakannya, dan aku tidak mau kalau aku harus merasakan hal seperti itu." Sahutku.

"Nah, karena itulah. Menurutmu bagaimana? Apa kau punya saran bagaimana agar aku bisa mendapatkan maaf dari Ayu?"

"Tidak ada cara lain selain kamu meminta maaf padanya secara langsung. Hanya itu kurasa cara yang bisa kau lakukan. Hmm... besok hari Selasa kan? Nah, lebih baik kau cari Ayu besok."

"Lalu?"

"Ya kau minta maaf padanya secara gentle. Bila dia lari, kau harus menahannya. Tidak usah pedulikan dimanapun kau berada saat itu, walaupun di depan umum sekalipun. Mungkin itu agak memalukan, tapi kurasa itu patut dilakukan. Dan jika kau sudah mengatakan maafmu, aku rasa semuanya tergantung pada Ayu, apakah dia masih menerima dirimu atau tidak."

"Tapi aku ragu apakah dia akan menerimaku lagi atau tidak. Karena, kulihat akhir - akhir ini dia sangat dekat dengan Wendy. Kau tau dia kan?"

Wendy. Ya, aku tau siapa dia. Dia adalah salah seorang pria yang cukup dekat dengan Ayu. Seingatku, Wendy ini anak jurusan Teknik Komputer. Dan kabarnya, dia berteman dekat dengan Ayu.

"Ya, aku tau. Tapi, tidak ada salahnya kan kalau kau mencobanya?"

"Yah, kurasa kau ada benarnya. Baik, aku akan coba melakukannya besok."

"Bagus."

"Lebih baik, aku pergi sekarang. Hari sudah mulai larut. Sampai jumpa."

"Sampai jumpa!"

Henry langsung meninggalkanku. Dari belakang, aku bisa melihat punggung tegapnya berjalan menjauh. Terlihat sangat sedih dan kesepian.

★★★★★

Keesokan harinya, aku baru saja sampai di kampus, saat ada seseorang menatapku tajam dari kejauhan.

Aku tau siapa dia. Dia adalah Wendy, teman dekat Ayu.

Dia menatapku tajam, dan aku mau tidak mau jadi penasaran kenapa dia menatapku seperti itu. Apa mungkin dia mau bicara denganku?

"Emm... ada apa ya?" Tanyaku, saat aku sudah berada di hadapannya.

Aku memerhatikan pria ini sejenak, karena aku memang tidak tau banyak soal dia. Wendy merupakan seorang pria dengan kulit yang sedikit kecoklatan, rambut yang agak berantakan dan garis rahang tegas. Tulang pipinya cukup menonjol, dan tinggi badannya sama denganku. Bisa dibilang dia adalah pria yang menarik. Tubuhnya yang ramping terbungkus dengan kemeja hitam bergaris - garis putih. Lengannya yang panjang digulung sebatas siku. Kemejanya dipadukan dengan celana jeans berwarna gelap dan sepatu kets hitam.

Kuharap ini tidak berakhir dengan perkelahian diantara aku dan dia. Serius, aku tidak siap jika itu harus terjadi. Dia kelihatannya bisa meremukkan tulangku hanya dalam beberapa kali serang.

"Andri kan?" Tanya Wendy. Tak kusangka kalau suaranya sangat manly.

"Hemm... ya." Jawabku.

"Apa yang kamu bicarakan dengan Henry kemarin?"

"Emm... tidak ada. Hanya cerita biasa saja."

"Lebih baik kamu katakan. Jangan kau kira aku tidak mendengar. Aku mendengar nama Ayu disebut kemarin."

Oh tidak, Wendy rupanya bisa lebih galak dari perkiraanku... kuharap dia tidak mematahkan tulang - tulangku jadi serpihan kecil. Kelihatannya dia sangat marah.

"Oke. Aku akan ceritakan intinya padamu."

Jadi langsung saja kututurkan inti dari pembicaraanku dengan Henry. Soal masa lalunya, dan juga rencana yang akan dilakukan Henry hari ini.

"Begitu ya? Baguslah, aku kira dia berusaha menyakiti Ayu lagi." Ujar Wendy, setelah ceritaku selesai.

"Tidak. Dia tidak akan menyakiti Ayu lagi. Dia akan berbaikan dengan Ayu." Sahutku.

"Kau yakin kalau Ayu akan memaafkan Henry?"

"Kenapa tidak?"

"Tapi itu tidak akan terjadi. Karena Ayu sudah sangat terluka. Dia tidak akan kembali pada Henry, apapun yang terjadi hari ini."

"Apa dia telah memberi tahukan semuanya padamu?"

"Tentu saja. Aku tau persis semua pria yang pernah menyakiti hatinya. Dia juga sudah beberapa kali terluka. Dan aku tidak akan membiarkannya terluka lagi."

"Apakah kau... pacar Ayu?"

Wendy tersenyum tipis. "Tidak. Aku bukan pacarnya. Aku hanya sahabatnya saja. Tapi bisa dibilang, aku lebih dekat dengannya dari siapapun. Dan aku tau semua hal yang pernah dirasakannya. Karena pada akhirnya, dia akan selalu kembali padaku."

"Baik, aku mengerti."

"Kau lihat saja nanti. Henry pasti tidak akan berhasil menaklukan hatinya. Karena bagi Ayu, sekali dia dilukai, maka jangan pernah berharap kalau dia akan kembali."

Sepertinya kali ini akan jadi saat yang pahit bagi Henry, jika saja apa yang dikatakan Wendy benar.

★★★★★

Saat jam istirahat, terjadi kehebohan. Dan sesuai dugaanku, itu adalah Henry dan Ayu. Dari depan kelas, aku bisa melihat bahwa Henry sedang mengejar Ayu. Aku langsung mendekat ke arah mereka, agar bisa melihat kejadiannya dengan lebih jelas.

"Ayu, tunggu!" Ujar Henry.

Kali ini, Henry berhasil menarik tangan Ayu. Dan dengan itu mau tak mau langkah Ayu terhenti, dan dia tidak bisa lari. Karena Ayu tidak bisa berkutik, maka dengan terpaksa dia menghadapkan wajahnya ke arah tatapan Henry.

"Ada apa lagi, Hen? Bukannya semua sudah jelas kalau antara kamu dan aku sudah berakhir?" Ujar Ayu.

"Aku tau, tapi kamu belum dengar penjelasanku."

"Kamu mau jelasin apa lagi? Semua sudah jelas kan?"

"Kumohon dengarkan aku, karena aku hanya akan mengatakannya sekali saja."

Dan entah sejak kapan, sudah banyak mahasiswa dan mahasiswi yang berkerumun di pinggir lapangan, dan termasuk Wendy entah sejak kapan sudah berdiri di sebelahku.

"Kumohon, aku tau aku salah. Ya, aku egois. Aku egois karena telah meninggalkan kamu hanya demi seorang cewe yang akhirnya mengkhianati aku. Aku sudah menyakiti kamu, dan aku tau itu salah. Aku rela mengakui semua kesalahanku di depan banyak orang, karena aku tau, hanya inilah cara yang bisa kulakukan untuk mendapatkan kamu."

"Jadi, apa maumu?"

"Mauku? Aku ingin... kamu mau memaafkanku. Aku tau kamu sangat terluka, tapi percayalah kalau aku juga merasakan rasa sakit yang sama denganmu. Kumohon, maafkanlah aku. Dan terimalah aku kembali di sisimu. Karena aku kini sadar hanya kamulah yang aku inginkan."

"Kalau aku tidak mau?"

"Itu semua terserah padamu. Tapi jika saja kau tidak menginginkanku kembali, setidaknya aku akan mengakui kalau aku salah padamu. Mungkin aku sudah sangat terlambat untuk meminta maaf padamu, tapi aku hanya ingin tidak ada lagi dendam diantara kita."

Keadaan hening sejenak, seolah semua penonton juga menantikan jawaban dari Ayu atas masalah ini.

"Karena aku bukan orang yang pendendam, sejujurnya aku bisa memaafkanmu. Tapi untuk kembali... aku sebenarnya punya tekad, jika aku harua dilukai oleh satu orang, maka aku tidak akan kembali lagi pada orang itu. Dan aku bukan tipe orang yang akan menarik kata - kataku sendiri. Jadi, aku tidak bisa, Hen. Dan kurasa, entah sejak kapan perasaanku padamu juga telah mati."

Tanpa sepatah katapun, Ayu langsung saja berlari meninggalkan Henry. Tapi, tanpa kuduga, dia malah langsung berlari ke arah Wendy. Dia memeluk pria itu erat - erat, dan Wendy hanya bisa mengelus kepala Ayu lembut.

"Iya, aku tau bagaimana perasaanmu, Yu. Mari pulang, aku tau kau perlu untuk menenangkan diri." Bisik Wendy.

"Thanks Wen. Kamu selalu mengerti aku." Ujar Ayu.

Langsung saja, Wendy mengantar Ayu pulang sambil merangkulnya.

Sementara itu, kerumunan penonton langsung bubar setelah melihat bahwa acara drama gratisan yang ada di hadapan mereka telah berakhir dengan tragis. Tersisalah Henry sendiri di tengah lapangan.

Aku hanya bisa menghela nafas. Yah, memang tidak semua hal bisa berakhir dengan indah.

★★★★★

Seminggu sudah semenjak kejadian itu berlalu, dan aku bisa melihat bahwa Henry berusaha menerima keadaan pahit itu. Walau aku yakin dengan pasti bahwa dia pasti merasa bahwa perasaannya hancur lebur.

Dan hari ini, entah karena apa, aku kebetulan melihat Wendy dan Henry tengah berdiri berhadapan di area hijau kampus.

Kuharap... tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan disana. Entah itu akan terjadi debat atau perkelahian. Tapi kuharap sih tidak terjadi. Dan untuk mengantisipasi, aku berdiri dari kejauhan, untuk mengamati apa saja yang mereka lakukan dan mendengar apa yang mereka bicarakan.

"Nah, jadi, apa maumu?" Tanya Wendy.

"Aku hanya sedikit berbicara denganmu." Jawab Henry.

"Cepat katakan saja. Kau ingin kembali padanya? Well, kalau masalah itu aku tidak bisa membantu."

"Bukan masalah itu. Tapi ini masih berhubungan dengan Ayu."

"Jadi apa? Jangan bilang kau ingin menyakitinya lagi! Kalau kau mau berurusan dengan perasaannya, hadapi dulu aku!"

"Nah, aku suka kalau kau berkata seperti itu. Tenanglah, karena yang pasti sekarang aku tidak akan mengusik kehidupannya lagi. Tapi, aku hanya minta kau untuk melakukan beberapa hal."

"Apa itu?"

"Kumohon... kau jaga Ayu baik - baik. Aku tidak ingin... ada orang lain yang melukainya. Cukup aku saja yang membuat hatinya terluka. Kumohon jangan biarkan ada orang lain yang melukai perasaannya." Ujar Henry, sambil memegang kedua bahu Wendy.

"Tanpa kau minta, aku pasti akan melakukannya."

"Baguslah. Kumohon... buatlah bahagia. Aku tau kau bisa jadi kekasih yang baik baginya. Tidak sepertiku. Aku ini pria yang buruk. Bahagiakanlah Ayu. Aku tidak mau melihatnya bersedih. Aku sudah melukainya, dan aku tak ingin melukainya lagi. Aku ingin membahagiakannya, tapi aku tak bisa. Hanya kau yang bisa melakukannya. Kumohon, lakukanlah hal itu sebagai ganti dari diriku. Aku tidak cukup baik untuknya. Sebagai gantinya, aku tidak akan pernah menganggu kehidupannya lagi."

"Baiklah. Aku mengerti. Aku akan laksanakan keinginanmu itu."

"Terima kasih. Sekarang, aku harus pergi. Masih banyak hal yang harus kulakukan."

Henry mulai melangkah menjauh, sementara itu Wendy masih berdiri di tempatnya.

"Tapi tunggu, aku tidak memiliki hubungan apa - apa dengan Ayu! Aku hanya... sahabat." Ujar Wendy.

Henry berbalik. "Tidak masalah. Tapi aku lebih suka menyerahkannya padamu daripada dia merasakan sakit hati dari pria lainnya. Karena aku percaya kau bisa menjaga Ayu dengan baik." Sahut Henry.

"Baiklah. Aku akan melaksanakan keinginanmu tadi."

"Bagus. Sekali lagi, terima kasih. Sampaikan maafku padanya, untuk kesekian kalinya. Dan aku berjanji tidak akan mengganggu kehidupan kalian lagi. Ini janji seorang pria jantan, dan aku tidak akan pernah mengingkarinya."

Henry pergi menjauh, dan begitu pula Wendy yang meninggalkan tempatnya berdiri tadi.

Aku hanya bisa tersenyum saat melihatnya. Mungkin hal itu menyakitkan bagi Henry, tapi aku senang saat melihat bahwa akhirnya dia bisa merelakan Ayu pergi dan menerimanya dengan lapang, walau aku tau sebenarnya perasaannya sangatlah terluka.

★★★★★

11 / 02 / 16
12 : 57

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top