I Belive
[Song : 1000 Tahun Lamanya]
Selama apapun itu
Aku kan setia menunggumu
Audio >>>>>
★★★★★
Apa kau suka beberapa cerita yang agak klise soal cinta sejati? Atau kau merasa kalau lima kisah sebelumnya yang kuturkan kebanyakan memamparkan bagaimana kegagalan dalam sebuah percintaan? Nah, kali ini aku akan memberikan satu kisah yang sederhana, tapi aku yakin setiap orang menginginkan akhir kisah ini terjadi di dalam hidupnya.
Diawali dengan desas - desus yang kudengar di kalangan teman - temanku. Disamping gosip antara Pak Agus dan Miss Risna yang bisa dibilang masih cukup populer, ada satu gosip teranyar, yaitu tentang kedekatan antara Wendy dan juga Ayu. Tentu masih ingat siapa mereka berdua kan? Nah, jadi kabarnya dikatakan bahwa setelah putus dengan dramatis dari Henry, Ayu dikabarkan malah diam - diam menjalin hubungan dengan Wendy.
Itu adalah kabar yang tersiar di luaran. Sementara itu, seperti yang kuketahui saat mengintip pembicaraan antara Wendy dan Henry, Wendy mengatakan bahwa dia dan Ayu hanyalah sahabat. Dan bukankah Wendy juga telah mengatakan langsung soal itu padaku saat dia menemuiku?
Nah, masalahnya, banyak orang yang tidak tau kenyataan itu.
Tapi tentunya aku tidak lebih tau hubungan mereka itu daripada dua orang yang bersangkutan. Dan hal itu terbukti di suatu hari Kamis, saat tiba - tiba aku yang sedang ingin pulang langsung diseret oleh sebuah tangan ramping. Dan saat aku menolehkan kepalaku, rupanya itu adalah Wendy.
Aku hanya mengikuti kemana dia menyeretku. Yah, sedikit banyak aku terbiasa diseret seperti ini. Dan ternyata dia membawaku ke area hijau kampus. Aku hanya mengikutinya dan menunggu sampai dia bercerita padaku.
"Tempat ini memang nyaman untuk digunakan buat ngobrol, iya kan Ndri?" Ujar Wendy.
"Yah, bisa dibilang. Jadi, apa yang mau kamu ceritakan?" Tanyaku.
"Kamu bertanya seperti seseorang yang sudah tau kalau aku perlu curhat denganku. Apa jangan - jangan kamu buka jasa konsultasi, karena bisa - bisanya kamu menebak apa yang orang mau lakukan padamu?" Sahut Wendy.
Aku terkekeh. "Tentu tidak. Aku tidak punya terlalu banyak teman, tapi kebanyakan mereka percaya padaku. Kurasa aku dikenal karena itu, sehingga kadang banyak orang menyeretku dengan cara persis sepertimu saat mereka perlu seseorang yang bisa dipercaya untuk mendengarkan kisah mereka."
"Tapi bisa saja kan mereka curhat sama sahabatnya?"
"Kadang mereka beralasan bahwa orang lain hanya tau dari luar saja dan tidak akan percaya apa yang mereka ceritakan. Mungkin mereka percaya padaku karena aku cenderung kurang percaya pada gosip yang sering beredar. Menurutku sih begitu."
"Yah, beralasan. Kurasa kamu juga penjaga rahasia yang baik. Karena aku tidak pernah mendengar gosip yang berhubungan denganmu atau apalah."
"Memang. Kurasa itu bukan hal yang baik untuk disebarkan. Karena menurutku kenyataan itu biarlah hanya sedikit saja yang tau. Selama hal itu tidak membahayakan jika dirahasiakan."
"Aku tau bagaimana rasanya, karena aku juga salah satu korban gosip dari beberap orang tidak bertanggung jawab."
"Soal kamu dan Ayu ya?"
"Ya, sesuai yang kamu tau. Aku kesal, apalagi saat mendengar gosip soal itu dibicarakan di depanku. Mereka kira aku tidak punya telinga apa?"
"Memang menyebalkan. Aku bisa mengerti kenapa kamu kesal."
"Kurasa para penggosip itu korban sinetron semua! Masa iya aku nolongin Ayu pas jatuh aja udah disorakin sama banyak orang?"
"Mungkin mereka hanya iri denganmu? Biasanya orang yang paling nyaring bersorak dia adalah orang yang paling cemburu."
"Ya, bisa jadi. Jadi, lebih baik aku ceritakan saja apa yang perlu kamu tau. Dan aku setuju dengan orang - orang yang membagi rahasianya denganmu, aku yakin kau bisa percaya dengan kata - kataku."
Wendy mulai menceritakan tentang persahabatannya dengan Ayu. Semuanya, dari awal hingga akhir.
Diawali dengan pertemuan keduanya yang terjadi secara tidak sengaja saat masih SMP. Di hari pertama mengenakan seragam putih biru itu mereka tanpa sengaja saling bersenggolan saat masuk kelas. Dan dari situlah pertemanan mereka dimulai. Mereka awalnya hanya teman sekelas biasa, dan mereka semakin dekat karena ternyata mereka memiliki kesukaan yang sama di bidang atletik, tepatnya di bagian lari jarak pendek dan menengah.
Dikarenakan dikirim ke perlombaan, hal itu mengharuskan mereka untuk lebih sering berinteraksi. Mulai dari latihan bersama, sampai saling menyemangati dan berbagi jawaban saat mengerjakan tugas yang tertinggal karena mereka tidak hadir karena harus bertanding. Mereka semakin dekat dan selalu membagi semua susah senang bersama. Dan sepertinya bisa dibilang kalau mulai saat itulah mereka menjadi sepasang sahabat.
Mendapat beasiswa prestasi dibidang olahraga, hal itu membuat mereka bertemu lagi di sekolah yang sama, di kelas yang sama pula. Sebetulnya Wendy dan Ayu bisa dibilang cukup terbiasa dengan gosip kedekatan antara mereka berdua, karena mereka sudah merasakannya semenjak SMA. Mereka menanggapinya dengan biasa saja, karena toh pada kenyataannya mereka hanya sahabat.
Dan hal itu kembali terjadi saat memasuki masa perkuliahan. Walau mereka sudah agak jarang bersama karena mereka mengambil jurusan yang berbeda, dan juga Wendy yang hanya menjadikan atletik sebagai hobi memilih untuk tidak mengikuti klub dan masuk kuliah melalui jalur normal, sementara itu Ayu mengambil kuliah khusus atlet karena dia ingin serius di bidang yang satu itu. Intensitas kebersamaan mereka semenjak kuliah memang tidaklah banyak, tapi mereka tetap berusaha untuk bertemu sesering mungkin.
Ayu dan Wendy jelas pernah merasakan bagaimana memiliki kekasih. Tapi hal itu biasanya tidak berlangsung lama, karena pada akhirnya mereka kembali bersama. Wendy hanya beberapa kali memiliki pacar, sementara itu Ayu, karena sejak dulu dia memang bisa dibilang adalah seorang tipe cewe idola, dia sering sekali mendapat pernyataan cinta dari lawan jenisnya, tapi hanya beberapa yang bisa menjadi sebuah hubungan. Walau begitu, kebanyakan kisah cinta Ayu berakhir dengan sakit hati karena berbagai masalah. Hal yang klasik seperti ketidakcocokan, perkelahian, atau perselingkuhan. Di saat itulah biasanya Ayu kembali pada Wendy.
Wendy selalu menerimanya dengan tangan terbuka, karena dia tau yang dibutuhkan oleh sahabatnya itu adalah sebuah tempat dia bisa kembali, tempat dimana dia bisa menyenderkan bahunya dan mencurahkan keluh kesahnya. Dan Wendy memutuskan untuk jadi orang yang selalu Ayu cari saat dia ingin melakukan hal tersebut.
Mungkin kedengarannya seperti pelarian, tapi Wendy tidak peduli. Karena dia akan selalu bersama sahabatnya itu saat dia diperlukan. Ayu bisa melakukan berbagai kesibukannya dengan bebas. Dia bisa pergi ke pelukan siapapun, tapi Wendy tau pada akhirnya Ayu akan kembali padanya.
Dan itu masih berlangsung sampai sekarang. Ayu setidaknya tau selama ini dia sering meninggalkan sahabatnya itu saat dia bersama orang lain, sementara itu Wendy tidak pernah merasa tersakiti saat Ayu selalu datang dan pergi darinya. Dia hanya menginginkan sahabatnya itu bebas, tidak merasa terikat bersamanya.
Dia hanya ingin melihat gadis itu tersenyum dan bahagia, makanya dia membiarkan Ayu datang dan pergi sesukanya.
Tapi selama ini, Wendy sebenarnya menyimpan sebuah rahasia dari Ayu. Dan Wendy telah menyimpan rahasia ini dalam waktu yang lama. Dan rahasia ini juga telah membuatku sukses kaget saat mendengarnya.
Ternyata, selama ini Wendy terus memendam perasaannya pada Ayu.
Aku heran kenapa Wendy bisa kuat menyimpan sebuah perasaan seperti itu dalam waktu lama. Apalagi saat aku mengetahui kenyataannya bahwa Wendy sudah memendam perasaannya semenjak SMA.
Ya, Wendy mencintai Ayu dengan sepenuh hatinya, walau dia bisa dibilang hanya dianggap sahabat oleh Ayu. Yah, memang sedikit menyakitkan bagi Wendy saat melihat Ayu tersakiti, terutama setelah putus dari Henry, tapi dia hanya bisa menahan perasaannya dan membiarkan wanita itu melampiaskan semua kesedihannya di hadapannya.
Wendy sangat ingin mengatakan perasaannya pada Ayu, tapi dia merasa tidak siap untuk itu. Dan lagi, Wendy sangat tidak ingin merusak hubungan persahabatannya dengan Ayu.
Itulah kenyataan yang selama ini banyak orang tidak mengetahuinya.
"Setelah ini bagaimana nasib rahasia ini di tanganmu, itu terserah padamu. Walau kamu mau mengatakan hal ini pada semua orang, termasuk pada Ayu, aku tidak peduli. Biarlah semua orang di dunia ini tau aku mencintainya, itu tidak masalah. Karena aku memang yakin, semua orang tidak akan pernah bisa menyimpan semua rahasianya tanpa bisa diketahui siapapun. Cepat atau lambat, semuanya pasti terkuak. Termasuk perasaanku pada Ayu." Ujar Wendy, mengakhiri kisahnya.
Aku terdiam sejenak saat mendengarnya. Sungguh berani. Dan aku sangat senang bisa mendengarkan semuanya langsung dari Wendy.
"Tidak, aku tidak akan memberitahukannya pada orang lain sampai kurasa waktunya memang pantas untuk diungkapkan. Tapi kalau Ayu bertanya... kurasa aku akan memberitahukannya." Sahutku.
"Terima kasih, Ndri. Aku tau kamu bisa dipercaya. Yah, bisa dibilang hubunganku ini adalah apa yang disebut dengan friendzone, tapi aku tidak peduli. Biar seabad sekalipun, akan kutunggu sampai perasaan Ayu siap untuk menerimaku."
"Kau terlalu puitis. Dan agak hiperbolis."
"Yah, bisa dibilang. Baiklah, aku harus pergi sekarang. Ayu pasti sudah menungguku karena aku janji untuk menjemputnya dari tempat latihan. Sampai jumpa."
"Sampai jumpa!"
Aku hanya memandang punggung Wendy yang menjauh. Dia memang pria yang hebat. Ayu beruntung memiliki sahabat seperti dia. Dan aku hanya bisa berharap bahwa kelak nanti mereka akan jadi sepasang kekasih.
★★★★★
Di hari Sabtu, aku mendengar ada seseorang yang berlarian di koridor. Dia sepertinya mengejar sesuatu, dan saat aku menoleh rupanya itu adalah Ayu. Kenapa ya, dia berlarian seperti itu? Dan yang aneh, tatapannya tertuju padaku.
Apa dia mencariku?
"Andri!" Serunya.
Nah, tuh kan? Sudah kuduga dia mencariku.
Aku memandangnya, sampai akhirnya Ayu menghentikan larinya tepat sebelum menabrak tubuhku. Dia melakukannya dengan sempurna, persis seperti atlit lari pada umumnya.
"Ya, ada apa?" Tanyaku.
"Bisa kita bicara sebentar? Disini juga boleh." Ujar Ayu, dengan suaranya yang khas.
"Ya, boleh."
"Hari Kamis kemarin Wendy sedikit telat saat menjemputku, dan saat kutanya kenapa, dia hanya jawab kalau dia menemuimu, apa benar?"
"Ya, memang benar. Kami memang sempat ngobrol saat itu. Memang ada apa?"
"Kalian... membicarakan soal apa?"
"Yah, karena Wendy bilang aku tidak perlu merahasiakannya, aku akan bilang. Intinya, yang kami bicarakan adalah soal gosip tentang kalian, dan juga... perasaan Wendy."
"Ceritakan semuanya."
"Apa kita perlu pindah tempat?"
"Bicarakan saja disini. Biarpun hal itu bersifat rahasia, aku tidak peduli." Ujarnya, sambil memandang ke sekeliling koridor tempat kami berada.
Aku langsung saja menceritakan apa saja yang aku bicarakan dengan Wendy. Dan aku menceritakan semuanya tanpa dipotong sedikitpun, sementara itu Ayu menyimaknya dengan seksama.
"Wendy sepertinya sudah menunggu terlalu lama karena aku. Dan entah kenapa, aku jadi merasa agak bersalah." Ujar Ayu, setelah aku selesai bercerita.
"Kalau aku jadi kamu, mungkin aku akan merasakan hal yang sama." Sahutku.
"Sepertinya, aku harus melakukan sesuatu agar hubungan kami bisa berkembang. Benar kan?"
"Kurasa itu adalah tindakan yang bijak."
"Oh ya, kamu sudah dengar tentang lomba atletik antar kampus yang akan dilaksanakan lima hari lagi?"
"Ah ya, aku sudah mendengarnya. Apakah kamu akan mengikutinya?"
"Tentu saja. Seperti biasa, aku akan ikut untuk kategori lari jarak menengah 500 meter."
"Wah, semoga sukses ya!"
"Terima kasih doanya! Aku memang tidak pernah menargetkan untuk menang, tapi tentu perasaanku sedikit berharap."
"Begitu ya? Apa nanti para mahasiswa bisa melihat pertandingannya langsung?"
"Ya, bisa. Karena aku dengar di hari itu nanti katanya kuliah akan diliburkan."
"Waah~ sepertinya menyenangkan. Apa nanti pertandingannya menggunakan lapangan atletik milik kampus yang terletak di sebelah."
"Ya. Karena kebetulan kampus kita jadi tuan rumah maka lapangannya akan dipakai."
"Kalau begitu, aku akan mencoba menonton nanti. Sekalian jadi suporter, boleh kan?"
"Tentu saja! Aku akan senang jika kamu membawa banyak suporter!"
"Aku punya teman - temanku. Kurasa mereka akan cukup banyak untuk membuat hari itu jadi lebih heboh."
"Bagus! Kalau begitu, aku pergi dulu! Aku janji sama pelatih untuk latihan sore ini, dan aku tidak boleh telat. Maklum saja, beliau agak galak. Oke, sampai ketemu, Ndri!"
"Sampai ketemu!"
Ayu bergegas meninggalkan koridor dengan berjalan cepat, nyaris berlari malah. Aku hanya memandang dia menjauh, dan aku sendiri juga bergegas pergi.
Tadi Ayu bilang, kalau dia akan ambil tindakan untuk membuat hubungannya dan Wendy bisa segera berlanjut. Tapi... apa sih sebenarnya yang Ayu rencanakan untuk lakukan untuk membuat hubungannya berlanjut? Aku jadi penasaran...
★★★★★
Lima hari telah berlalu, dan akhirnya hari dimana pertandingan atletik antar kampus dilaksanakan datang. Semua orang menyambutnya dengan meriah, dan aku tentunya juga ikut menonton pertandingan tersebut. Aku membawa kelima sahabatku, yang tak lain adalah Amanda, Linda, Novi, Ryan dan Ridho untuk menonton. Mereka sangat antusias untuk menyaksikan para atlet dari kampus kami bertanding melawan kampus lain dan beradu ketangkasan di ajang lomba ini.
Perlombaannya dimulai jam sepuluh pagi, dan kami datang lima belas menit sebelum lomba dimulai. Dan beruntung kami mendapatkan tribun tepat di depan garis finish, dan berada di posisi yang cukup strategis untuk menyaksikan detik - detik kemenangan para atlet lari. Tak lupa aku membawa topi untuk melindungi kepalaku dari panas menyengat khas daerah tropis yang menghiasi hari yang cerah tanpa awan ini.
Dalam lomba ini ada banyak cabang atletik yang dilombakan, sehingga perlombaannya dibagi menjadi dua hari, yaitu hari ini dan besok. Dan dalam pertandingan ini ada banyak pertandingan dari cabang lari yang akan dilombakan, antara lain lari jarak dekat yang terdiri atas lari 100 meter, 200 meter, dan 300 meter. Dilanjutkan dengan lari jarak menengah yaitu lari 500 meter, lari 800 meter, lari estafet, dan juga lari rintangan. Sementara itu, besok akan dilombakan cabang atletik lainnya, seperti loncat indah, loncat jauh, lompat galah, tolak peluru, dan lempar cakram.
Aku melirik ke arah agenda lomba yang dibagikan di depan pintu masuk tadi. Aku melihat bahwa cabang lari 500 meter akan diperlombakan nanti siang. Yah, tapi tidak salah kan kalau aku duduk disini selama sekitar tiga jam dan menyaksikan pertandingan awal sebelum melihat apa yang paling ingin kulihat?
Aku dan kelima temanku sedang asik berbincang, saat aku merasakan bahwa ada seseorang sedang berdiri disampingku.
"Apa disini kosong?" Tanya orang itu.
"Eh, iya." Jawabku.
Aku merasa kalau aku mengenali suara itu. Jadi, aku menolehkan kepala dan aku menemukan bahwa suara itu berasal dari Pak Agus dan Miss Risna yang entah sejak kapan sudah ada disampingku.
"Pak Agus?" Ujarku.
"Eh, Andri~ rupanya kamu ada disini?" Ujar Pak Agus, dengan nada kagetnya yang sangat khas.
"Wah, Andrian... kita ketemu disini! Gimana kabarmu, baik kan?" Kali ini Miss Risna yang bersuara.
Pak Agus dan Miss Risna langsung duduk berjejer tepat di sisi kiriku, dan kelima temanku yang tepat berada di sisi kananku langsung menoleh seluruhnya. Mereka tidak percaya kalau bisa melihat kemesraan Pak Agus dan Miss Risna langsung dihadapan mereka. Bagaimana tidak mesra kalau mereka berdua saling bergandengan tangan. Iya kan?
"Halo Pak Agus, Miss Risna... iya, saya kabar baik kok. Bagaimana dengan anda?" Sahutku.
"Kabar kami baik." Sahut mereka berdua.
Kelima temanku ternganga, saat melihat bahwa kedua hot couple itu duduk saling bersisian dan bercanda riang. Ryan yang ada tepat di sebelahku langsung saja mencolek pundakku.
"Hei, Ndri. Bagaimana bisa mereka kenal baik kamu?" Tanya Ryan, sambil berbisik.
"Aku kan ambil kelas Bahasa Inggris - nya Miss Risna." Jawabku, dengan berbisik juga.
"Lalu, Pak Agus?"
"Aku dikenalkan sama Miss Risna."
"Kapan?!"
"Kapan aja kan bisa."
"Dan kamu gak kaget saat liat mereka berdua?"
"Kenapa memangnya? Mereka memang sepasang sahabat."
Ryan terdiam, dan aku hanya bisa menahan tawaku. Ah, andai saja mereka tau apa saja yang sebenarnya aku ketahui soal Pak Agus dan Miss Risna, pasti mereka semua akan kaget. Tapi aku tidak akan memberitahukannya sampai mereka benar - benar menikah nantinya.
Pak Agus menyentuh bahuku. "Mereka belum tau soal kami ya?" Tanya beliau.
"Belum, untuk saat ini." Jawabku.
"Kamu gak mau kasih tau soal itu? Saya banyak dengar soal gosip itu. Kami enggak keberatan kok kalo mereka tau."
"Nggak lah, gak seru kalo dikasih tau kalau anda belum nikah. Lagian, kalau saya kasih tau juga yang ada mereka nggak bakalan percaya sama saya."
"Begitu ya? Ada bagusnya juga kalo dirahasiain sih. Nanti aja kalo mau honeymoon baru kita kasih tau, biar surprise, iya gak Ris?"
"Agus... jangan keras - keras dong!" Sahut Miss Risna.
"Hehe... sori."
Aku hanya tersenyum simpul saat melihat sepasang kekasih itu kembali asik dalam dunia mereka. Dan di saat yang sama aku melihat Wendy memasuki tribun yang ada di bawahku. Dia menatapku, dan kami saling bertukar senyum.
Aku nyaris lupa soal Wendy. Dia pastinya datang untuk memberi support pada Ayu. Dia memang sahabat yang baik. Dan bisa dibilang dia sangat ideal kalau dijadikan kekasih. Ayu beruntung kalau sampai beneran pacaran sama Wendy.
Lebih baik kita abaikan saja soal pertandingan - pertandingan awal yang kusaksikan, karena yang lebih penting adalah saat bagaimana Ayu bertanding.
Dalam lomba lari jarak 500 meter untuk putri, disebutkan bahwa ada 20 peserta yang ikut. Karena cuma tersedia sepuluh jalur, maka dibagi menjadi tiga pertandingan. Yang pertama adalah penyisihan yang terdiri dari dua gelombang, sepuluh peserta pertama akan ditanding, dan akan diambil lima orang paling cepat diantara mereka, dan begitu pula dengan gelombang kedua. Setelah tersisa sepuluh orang, maka akan dilaksanakan pertandingan terakhir yang akan menentukan siapa juaranya.
Dalam penyisihan gelombang pertama, aku tidak melihat akan keberadaan Ayu. Jadi kurasa dia berada di gelombang kedua.
Dan saat gelombang kedua dilaksanakan, aku bisa melihat Ayu disana. Dia berada di lintasan nomor 4, dengan nomor peserta 14. Dia merenggangkan tubuhnya sedikit, dan dia bersiap. Saat peluit ditiup, Ayu langsung melesat dengan cepat. Para suporter dari kampus kami memberikan sorakan yang meriah padanya, karena aku yakin sebagain dari mereka kesini hanya untuk menonton Ayu saat bertanding. Terutama para cowonya.
Ayu berhasil meninggalkan lawannya dengan jarak yang cukup tipis, dan dia menyentuh finish pertama kali. Senyumnya tak berhenti terpasang sejak dia berlari, dan sangat kelihatan bahwa dia sangat menyukai apa yang dia lakukan.
Tak lama kemudian, pertandingan terakhir berlangsung. Sepuluh orang yang tersisa bersiap di depan garis start. Begitu pula Ayu.
Saat peluit dibunyikan, semua peserta melesat dengan cepat. Ayu sempat tertinggal, dan itu membuat para penonton yang menjagokannya jadi sedikit khawatir. Mereka berpikir bahwa sepertinya Ayu hanya bisa menjadi juara dua dalam pertandingan kali ini.
Tapi, sepertinya keajaiban terjadi. Sekitar sepuluh meter sebelum garis finish, Ayu tiba - tiba melesat melewati peserta terdepan. Dan karena jaraknya sudah terlalu tipis untuk mendahului, lawannya harus bisa puas dengan juara dua. Karena Ayu telah menjadi orang yang memutuskan pita di garis finish.
Semua orang bersorak. Terutama para cowo. Tentunya mereka senang kalau idola mereka menang. Sementara itu Ayu langsung melakukan selebrasi dengan melambai ke arah semua suporternya. Semua sangat senang dan penuh dengan ekspresi kegembiraan, dan itu juga terjadi padaku. Kelima temanku bersorak nyaring, bahkan Pak Agus dan Miss Risna juga langsung bersorak senang sambil memberi tepuk tangan yang meriah.
Ayu menepi ke pinggir lapangan sambil dihujani oleh flash dari para kameramen yang ingin menjadikannya bahan headline berita olahraga mereka. Begitu pula para reporter yang haus akan penuturan langsung dari Ayu atas kemenangannya. Mereka berjubel di depan Ayu untuk bisa mendapat setiap perkataan Ayu secara akurat demi melengkapi artikel yang akan mereka buat nantinya.
Ayu meladeni mereka dengan sabar, sambil berusaha berjalan menuju kursi yang disediakan untuk para atlet dan pelatihnya. Aku juga mencuri dengar dari wawancara dadakan yang dilakukan seorang reporter.
"Bagaimana perasaan anda setelah berhasil mencapai garis finish?" Tanya si reporter.
"Wah, pastinya saya sangat senang! Saya sangat berterima kasih kepada Tuhan yang telah mengizinkan saya untuk menang hari ini dan membuat semua hasil latihan saya tidak sia - sia." Jawab Ayu.
"Kira - kira, untuk siapa kemenangan ini anda persembahkan?"
"Saya persembahkan kemenangan saya ini untuk semua orang yang telah mendukung saya selama ini. Untuk kedua orang tua yang selalu mendukung penuh keinginan saya, pak pelatih yang udah sabar melatih saya, para dosen, dan teman - teman saya yang selalu membuat saya bisa bersemangat dan menikmati saat dimana saya berjuang seperti ini."
"Ada pesan spesial? Buat pacar misalnya?"
"Wah, masalahnya saya single, jadi gak ada yang bisa dikasih pesan spesial!"
"Hahaha! Kalo gitu, buat siapa aja deh!"
"Oh, ada! Kemenangan ini spesial kuberikan untuk seseorang, yang selalu mensuport aku penuh, yang selalu ada buatku disaat susah dan senang. Sahabatku yang paling karib dan paling setia menemaniku dari SMP sampai sekarang. Dan orang yang perasaannya nggak pernah kusadari sampai sekarang ini. Kalian semua adalah saksi, karena sekarang aku mau bilang satu hal penting padanya."
Wendy yang ada di tribun bawahku langsung berdiri. Dia menyadari bahwa Ayu hendak mengatakan sesuatu padanya.
"Untuk Wendy, aku tau kamu sudah memendam perasaan sejak lama padaku. Dan aku tidak pernah menyadari perasaanmu. Sampai akhirnya aku berpikir ulang tentang hidupku. Cuma kamu yang bisa membuatku nyaman, bukan yang lain. Karena pada akhirnya, biar pergi kepada laki - laki manapun, aku pasti akan kembali padamu. Dan disini, aku akan menjawab satu pertanyaan yang ada di benakmu, yang mungkin kamu sangat ingin tau apa jawabannya. Wendy... aku mau kita lebih serius, dan melanjutkan hubungan kita. Aku cape sahabatan sama kamu, karena aku maunya pacaran sama kamu. Kamu sudah mau menungguku sekian lama, dan selalu percaya kalau aku akan jadi milikmu. Jadi, biarkan aku balas kepercayaanmu itu dengan cara aku mempercayakan hatiku padamu. Aku mungkin bisa juara disini, dan saat ini aku yakin tidak ada yang bisa menandingiku saat di lapangan. Tapi ada satu orang yang tidak bisa kutandingi, yaitu kamu, Wendy. Kamulah juara di hatiku. Jadi, sekarang turunlah kesini, dan beri aku sebuah pelukan kemenangan, karena aku sekarang ini sangat ingin mendapatkan pelukan dari kekasih baruku."
Aku cuma bisa ternganga disana. Aku tidak percaya ini! Ayu meyatakan perasaannya di depan orang banyak! Di depan wartawan pula! Dengan alat perekam mereka yang menyala, dan dia tanpa ragu menyatakan semuanya!
Jadi, ini yang dia rencanakan?
Wow, sungguh berani! Aku bahkan tidak akan menyangka kalau Ayu akan melakukannya! Itu sangat luar biasa, dan sangat... manis, kurasa.
Wendy langsung saja turun dari tribunnya, dan dia menyeruak dari balik kerumunan wartawan, tanpa melepaskan senyum dari wajahnya sedikitpun. Wendy akhirnya berhadapan dengan Ayu, dan pria itu langsung memeluk Ayu erat - erat.
Sementara itu para wartawan sedikit memberi mereka ruangan dan bersorak diiringi dengan tepuk tangan. Beberapa di antara mereka mengucapkan selamat dan mengambil foto. Ayu dan Wendy tidak peduli pada kamera. Yang penting, akhirnya mereka bisa bersatu.
Para penonton juga bersorak riuh diiringi dengan tepuk tangan. Kelima temanku sempat menampakkan ekspresi kaget mereka, tapi akhirnya mereka bersorak nyaring atas kejadian bersejarah itu. Pak Agus dan Miss Risna juga kaget akan kejadian itu, dan mereka hanya bisa bertepuk tangan.
Dari kejauhan, kedua pasangan baru itu menangkap padanganku. Mereka hanya menatapku sambil tersenyum, dan melambaikan tangan mereka padaku. Aku hanya bisa balas tersenyum dan melambai pada mereka.
Sepertinya Pak Agus menangkap gerakanku tadi, karena setelah itu beliau bertanya.
"Andri, ini ulahmu ya?" Tanya Pak Agus.
"Bukan. Ini semua adalah kehendak Ayu. Tapi... kalau aku yang memberi tahu soal perasaan Wendy ke Ayu, itu benar." Jawabku.
"Entah kenapa saya merasa seperti melihat film romantis."
"Yah, memang. Kisah mereka memang indah. Mereka beruntung."
Aku hanya tersenyum sambil menyaksikan kehebohan yang ada. Aku pastinya tidak akan kaget kalau saja besok pagi koran akan memasang headline dengan judul "Juara Di Hati Sang Juara".
★★★★★
12 / 02 / 16
20 : 03
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top